CHAPTER 4

41 28 7
                                    

          Malam ini rumahku diguyur oleh beribu tetesan air hujan. Ditambah dengan besarnya petir, serta angin yang berhembus kencang.

        Malam ini juga, aku tak kunjung juga menutup mataku. Sepertinya sulit sekali untuk tidur. Entah kenapa, aku masih memikirkan ucapan ku tadi di sekolah. Aku tak habis pikir, kenapa bisa-bisanya aku keceplosan bicara? Mulutku menjawab"ya" dengan tiba-tiba. Seakan-akan aku tak merasa jika mulutku berbicara sendiri tanpa terkontrol olehku.

        Hmm,, sampai kapan aku harus memikirkan nya?

       Kulihat jam dinding berwarna ungu ku, ternyata sudah hampir tengah malam. Dan hujan kini masih tetap mengguyur bahkan lebih deras.
Suara petir pun sangat bergemuruh.

       Ayo tidur...merem merem..,
   ku paksakan mataku untuk tidur. Tapi, tetap saja aku tak bisa menutup kelopak mataku.

       Ku nyalakan gadget ku kali aja ada yang belum tidur, kan bisa aku ajak chattingan.

         Ternyata, sama sekali tak ada yang aktif satu anak pun temanku sekelas. Bahkan Tiara anak yang selalu aktif dalam dunia maya setiap waktu itupun tak juga aktif. Tumben banget ya,,

         Sampai akhirnya aku pun tertidur pada jam 1 malam.
         Tidurku biasa-biasa saja. Jarang sekali aku bermimpi saat tidur. Paling satu atau dua kali aku mimpi dalam seminggu. Itu juga aku selalu bermimpi ada Tiara hadir pada setiap mimpiku sebagai pengrusuh. Tidak di mimpi, tidak di nyata Tiara tetaplah pengganggu. Tapi pengganggu yang menyenangkan.

        Jam 2 malam...






   

        Jam 3 pagi...








        Jam 4 pagi...




         Jam 5...jam 6...


    


           Dan........
         Jam 7 pagi...


  ***

       "Wulan bangun! Ini udah jam 7! Kamu nggak berangkat ya?! Cepetan bangun!!!" Teriak bunda sangat menggelegar dari kamarku. Walaupun bunda lagi di dapur, tapi aku bisa mendengar suara teriakan itu.

        Aku mencoba tak menghiraukan teriakan bunda. Aku kembali menutup mataku dan menaruh bantal di telingaku.

          Karena tak ada sahutan dariku. Akhirnya bunda menghampiriku ke kamar.

      Ceklek..

      "Wulan bangun ini udah jam 7 lebih." Kata bunda. "Cepetan bangun "  lanjut bunda.

        Aku kembali merapatkan bantal di telingaku.

       "Aku nggak berangkat bun, kepala ku sakit." Rintihku .

        "Emang kamu sakit?" Bunda menempelkan punggung tangannya di dahiku. "Nggak panas ko. Kamu mau bohongi bunda ya?" Bunda tak percaya bahwa aku sakit kepala. Walau kenyataannya memang benar sih.

        "Aghh..aku nggak berangkat ya bun,,pliss..." mohonku memelas.

         "Hmm,,yaudah bunda mau buat surat untuk kamu dulu. Habis ini kamu ke dokter." Jelas bunda kemudian berlalu keluar kamar.

       "Yeessss" sorakku dengan suara kecil sekecil kecilnya.

###

Author pov

IF I SAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang