Happy Day but Also a Bad Day

177 5 1
                                    

          Tanggal 19, hari membahagiakan bagi Dinar karena tepat jam 12 malam nanti ia akan terbangun dari koma nya. Sekarang Dinar dibebas tugaskan oleh malaikat Rizael. Artinya Dinar dibolehkan jalan-jalan kemanapun Dinar suka. Dinar memilih menghabiskan waktunya di Rumah Sakit, meskipun Dinar tidak bisa menyentuh, setidaknya Dinar bisa puas melihat orang tuanya dan kekasihnya Nadya.

          Sesampainya disana, Dinar senang melihat kedua orang tuanya dan Nadya gembira karena dokter mengatakan bahwa Dinar sudah mulai sembuh dari koma, dan Dinar akan segera sadar. Nadya sangat gembira mendengar hal itu, dia berterima kasih kepada Tuhan atas terkabulnya doanya. Dinar melihat nadya berbicara "Bangunlah sayangg, aku rindu sama kamu Dinar, aku pengen pas kamu bangun nanti, kita bisa berdua kaya biasanya, bisa hidup lebih lama lagi. Aku gak mau kehilangan kamu kedua kalinya, jadi tolong janji jangan pergi sebelum mengucapkan seseuatu." Air mata Dinar mengalir seketika, ibu dan ayahnya pun saling berpelukan melihat begitu mesranya Nadya kepada Dinar, dan begitu setianya Nadya menunggu Dinar.

          Malam harinya sekitar jam tujuh, Dinar menghampiri Malaikat Rizael yang sedang bernyanyi dengan gitarnya di sebuah gedung yang sangat tinggi,
"Heyy Rizael, bagaimana kabarmu?" Dinar nampak sangat begitu bahagia, lalu duduk disamping Rizael. Rizael menjawab,
"Aku baik-baik saja." tersenyum kasihan. "Kau terlihat sangat bahagia." Lanjut Rizael. Dinar tertawa lepas
"Hahaha~ Ya! Sekarang aku sangat bersemangat karena sebentar lagi aku kembali hidup" Rizael menggelengkan kepalanya lalu lanjut bermain gitar.
Jam menunjukan angka 9 malam, 2 malaikat itu masih betah duduk dan bernyanyi di gedung yang tinggi. Dinar berhenti bernyanyi, dan ingat sesuatu persyaratan yang masih belum dikasih tau oleh Rizael. Dinar menanyakannya pada Rizael "Oh iyaa, waktu itu kau berjanji akan memberi tahuku tentang persyaratan yang ke lima? Apa itu?" Rizael nampak serius dan menghentikan permainannya itu, dia melempar gitar itu membuat Dinar kaget tetapi seketika gitar itu hilang ditelan angin. Dinar memandang sinis kepada Rizael "sepertinya dia ingin pamer, huuu" di dalam hati Dinar berkicau. Tetapi Rizael nampak cuek meskipun dia tahu, Rizael mulai menghela nafas dan berbicara,
"Persyaratan yang ke lima kau harus bisa menerima bahwa kau hidup hanya bisa sehari saja." Dinar kaget akan jawaban Rizael itu, lalu memarahi Rizael,
"Apa kau gila, selama ini aku hidup menjadi malaikat penjemput roh ternyata aku hanya bisa hidup sehari saja? Bisa apa aku hanya sehari?" Rizael nampaknya sudah tahu jika Dinar tidak bisa menerimanya. Rizael menjawab dengan sabar meski dia sudah emosi,
"Percuma kau marah, meskipun marah jika takdirnya seperti ini, aku tidak bisa mengubahnya. Kau pun tahu malaikat sepertiku hanya bisa mengantarkan roh ke alam baka. Bukan mengubah takdir dari Tuhan." Dinar masih belum menerima,
"Kenapa tidak kau katakan dari awal, jika dari awal kau katakan, lebih baik kau panggil saja malaikat pencabut, agar dia mencabut nyawaku." Dinar sedih. Rizael berusaha menenangkannya dengan menyemangatinya,
"Kau ingat lelaki yang kau jemput rohnya saat dia memasang cincin kepada istrinya lalu ia meninggal seketika tanpa mengucapkan sesuatu? Bagaimana perasaannya? Apa dia memohon kepadamu? Apa kau tidak bisa mengabulkannya? Itulah yang sekarang aku rasakan. Kau lebih beruntung dari dia, karena kau masih bisa merayakan hari jadimu dengan kekasihmu, dan masih punya banyak waktu untuk bersenang-senang. Jadikan hari esok hari yang sangat panjang dan hari yang sangat berharga. Bahagiakan dia, meskipun itu hanya sehari dan perlu kau ingat jangan pergi tanpa mengucapkan sesuatu. Ucapkanlah selamat tinggal dan maaf seperti yang dilakukan Rita kepadamu. Jangan jadi seperti pria yang mabuk yang tidak mempunyai arah dan tujuan. Apa kau mengerti sekarang?" Dinar diam sejenak untuk mencerna semua perkataan Rizael, "Ternyata benar katamu, semua perkataanmu benar. Aku harus mengucapkan sesuatu sebelum pergi seperti teman kecilku Rita dan aku lebih beruntung ketimbang pengantin pria itu dan lagi aku tidak boleh seperti pria yang pertama kali ku jumpai yang selama hidupnya tidak ada artinya dan selalu terlihat frustasi. Aku harus menjadi diriku, Dinar yang Nadya kenal, dan Dinar anak dari kedua orang tuaku yang hebat, terima kasih selama ini kau sudah menjadi teman sekaligus guru bagiku. Sampai ketemu nanti." Rizael pun tersenyum dan ternyata waktu sudah menunjukan pukul 12 malam Rizael menyuruh Dinar untuk bangun menyambut orang sudah kau tinggali. Dinar tersenyum dan hilang.

Malaikat Penjemput RohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang