Bagiku dia adalah cahaya kemerahan di langit sore. Indah dan menyenangkan. Namun, cahaya kemerahan itu tak bisa dilihat saat awan mendung dan hujan datang. Hingga aku sadar, dia yang begitu indah hanya bisa menghadirkan kebahagiaan, tapi hanya sesaat.
Bagiku lelaki itu adalah langit malam. Memang tak semenarik langit kemerahan, tapi aku sadar dia selalu hadir. Tak peduli hujan dan awan pekat, langit malam selalu punya waktu untuk menampakan kegelapannya.
-Zahya-Bagiku, cinta seperti angin. Tak bisa dilihat namun bisa dirasakan. Angin menyejukkan, jika tidak terlalu pelan dan tidak terlalu kencang. Aku berharap cintaku seperti angin sedang. Bisa menyejukkan meski kau tak bisa melihat kehadirannya.
-The Past-Cinta itu bagaikan pelangi. Dia akan indah dan terlihat setelah hujan datang. Namun satu yang kulupa. Pelangi tak bisa hadir di semua tempat setelah hujan itu reda. Seperti cinta. Bagiku cinta tak bisa hadir di setiap hati insan manusia.
-Someone-Aku menganggap, diriku adalah hujan. Hujan yang sering membuatmu berdecak pelan. Kau tak pernah sadar, aku datang untuk memberimu kesejukan dan ketenangan.
-Someone Else-
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow
General Fiction[TERSEDIA DI DREAME] Rutinitas Zahya setiap sore adalah duduk di taman komplek di sebuah bangku kayu yang telah usang sambil mendengarkan musik. Usai mengenang pujaan hatinya dengan sebuah lagu, Zahya akan menatap cahaya kemerahan di langit senja. D...