Tak kan pernah habis airmataku
Bila ku ingat tentang dirimu
Mataku terpejam saat mendengar lirik lagu Krispatih Mengenangmu. Aku meresapi lagu itu, dengan sendirinya bayangan seseorang yang selalu ada di hatiku hadir. Seperti lirik mengenang, air mataku tak pernah habis mengenang pujaan hatiku, meski empat tahun telah berlalu. Lagu Mengenangmu, lagu yang menggambarkan bagaimana perasaanku ke Ahmar, tentunya.
Mungkin hanya kau yang tahu,
Mengapa sampai saat ini kumasih sendiri
Sudut bibirku tanpa sadar tertarik ke atas. Hanya aku, Tuhan dan Ahmar yang tahu, mengapa aku masih betah menyendiri. Bukannya tak ada lelaki yang mendekat, tapi karena rasa itu masih ada dan tak mampu bergeser sedikitpun. Membuatku menolak cinta lelaki yang mendekati.
Adakah di sana kau rindu padaku,
Meski kita kini ada di dunia berbeda,
"Ahmar."
Aku menyebut nama kekasihku-- Kekasih yang sudah berbeda dunia denganku. Bagiku jiwa Ahmar masih setia di sisihku. Cinta Ahmar selalu ada untukku, begitu pula cintaku hanya untuk Ahmar.
Bila masih mungkin waktu kuputar, kan kutunggu dirimu
Ingatan sebelum kecelakaan berputar. Masih teringat jelas saat aku merengek minta pulang.
"Ahmar!! Ayo pulang, Mar. Ini udah malem!!"
"Bentar, Sayang," jawab Ahmar sambil meneguk minuman di depannya.
Aku mulai gondok, karena Ahmar sibuk dengan botol di depannya. Sebenarnya aku tak mengizinkan Ahmar minum, tapi entahlah sepertinya dia tak bisa menahan. Aku melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku mulai gelisah, pasalnya aku berjanji ke Kak Scarla akan pulang di bawah jam sepuluh.
"Ya udah, Mar. Aku pulang dulu ya, nanti Kak Scarla nyariin."
"Jangan!! Ayo sekarang aku anter!"
Ahmar berdiri dari kursinya. Dia melebarkan mata agar terlihat terjaga. Tanpa sadar senyumku mengembang mendengar jawaban Ahmar, lelaki itu masih memerdulikanku. Aku lalu menggandeng Ahmar ke pintu keluar.
Air mataku luruh mengingat kejadian sebelum kecelakaan. Andai waktu bisa diputar, aku akan berusaha agar Ahmar tak mengkonsumsi minuman beralkohol.
Andai waktu bisa diputar, aku tak akan merengek meminta pulang dan melupakan fakta jika Ahmar sedang dalam pengaruh alkohol.
Andai waktu bisa diputar, harusnya aku bisa membujuk Ahmar agar aku pulang sendiri. Yah, andai andai dan andai. Namun, berandai sebanyak apapun, tak akan menjadi nyata. Kecelakaan itu telah terjadi, Ahmar telah tenang di alam sana, dan aku akan menunggu. Menunggu waktu bertemu lagi dengan Ahmar.
Biarlah ku simpan, sampai nanti aku kan ada di sana
Tenanglah dirimu dalam kedamaian
"Hiks!!"
Aku tak bisa menahan isakan. Dadaku sesak menahan sakit dan rindu yang menghimpit. Sakit memendam cinta pada lelaki yang telah damai di sana. Ingin kubuang sakit itu, tapi aku tak sanggup mengganti nama Ahmar dengan nama lelaki lain. Tidak, aku tak akan mampu.
Telapak tanganku terangkat menyentuh dadaku yang sesak. Aku selalu berdoa untuk Ahmar, agar lelaki itu bahagia di alam sana. Aku akan berjuang menyimpan rasa cinta itu, hingga aku bertemu dengan pujaan hatiku, di alam kedamaian.
Ingatlah cintaku, kau tak terlihat lagi
Namun cintamu abadi
"Cintamu abadi, Mar. Seperti cintaku padamu!"
Aku kembali memejamkan mata. Mendengar musik itu dengan perasaan sesak.Tak berapa lama, musik itu berhenti. Buru-buru aku mengusap air mata dengan ibu jari. Aku menarik napas panjang lalu mengembuskan napas pelan.
Suara bising kembali terdengar. Aku menyandarkan punggungku di sandaran bangku. Tatapanku menyapu taman yang ramai dengan pangunjung.
Beginilah rutinitasku. Setiap sore menghabiskan waktu di taman, duduk di bangku kayu yang sedikit usang. Ketika lagu Krispatih di ponselku mengalun, aku seolah ditarik dari ramainya taman ke sebuah ruang sunyi. Percaya atau tidak, dalam kondisi seramai apapun aku selalu bisa meresapi lagu Mengenangmu hingga menangis.
Empat tahun berlalu. Empat tahun, Ahmar tak di sisihku. Empat tahun aku masih setia. Dan empat tahun sudah aku selalu mengenang Ahmar dengan lagu Krispatih di waktu senja.
Dulu saat kakiku belum sembuh, aku mendengarkan lagu itu dari dekat jendela sambil memandang cahaya kemerahan. Sekarang, aku bisa melihat cahaya itu dengan bebas, tanpa sekat kaca jendela.
Aku mendongak, menatap cahaya kemerahan yang berpendar di langit. Sudut bibirku tertarik ke atas. Aku pengagum lukisan langit ciptaan Tuhan itu. Seolah cahaya kemerahan bercampur birunya langit adalah persembahan terakhir sebelum langit kelam datang.
Seperti kehidupanku, Ahmar datang bagai cahaya kemerahan di langit. Ahmar seolah hadiah terindah Tuhan, sebelum Tuhan memberikan goresan kelam di hidupku. Meski hidupku sekarang kelam tanpa cahaya kemerahan itu, setidaknya aku pernah merasakan bahagia. Hingga waktunya tiba, aku akan kembali bersama Ahmar. Cahaya kemerahan dalam hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afterglow
General Fiction[TERSEDIA DI DREAME] Rutinitas Zahya setiap sore adalah duduk di taman komplek di sebuah bangku kayu yang telah usang sambil mendengarkan musik. Usai mengenang pujaan hatinya dengan sebuah lagu, Zahya akan menatap cahaya kemerahan di langit senja. D...