2. Jangan Mengulang Sejarah

3.3K 189 8
                                    

Rendra menggelengkan kepalanya saat melihat manusia ajaib di hadapannya. Bukan-bukan ajaib. Melainkan Aneh. Jika pagi tadi dia marah-marah tak karuan, jusru kini tengah tertawa riang sembari melangkahkan kakinya menuju mobilnya.

"Senengnya.. kesambet setan apa lo?" Tanya Rendra sembari mengikuti langkahnya dari belakang.

"Seneng lah. Seneng banget. Kan mau di beliin novel sama Rendra. Dua lagi." Ucapnya sembari menekan kata 'dua'. Sementara Rendra mendengus.

"Elo mah sukanya meres gue Rel.. padahal gue nggak sengaja ngilanginnya." Keluh Rendra.

"Lo denger kata Rama kan? Jadi cowok itu harus tanggung jawab." Pekik Aurel yang membuat Rendra menengok ke arah sekelilingnya.

"Lo kalo ngomong tanggung jawab jangan keras-keras dong. Emangnya gue ngehamilin elo apa?" Ucap Rendra yang langsung mendapat ketukan buku di kepalanya.

"Amit-amit deh.. lo kalo ngomong jangan ngasal kenapa?" Gerutunya.

"Yudah sih. Bawel banget. Buruan jalan lagi. Masih mau gue beliin novel kan?"

Dan tanpa menjawab ucapan Rendra. Aurel langsung melenggangkan kakinya menuju mobil.

Rendra lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya untuk menyusul Aurel. Namun langkahnya terhenti saat ada dua gadis menghadang langkahnya. Dahinya mengernyit menatap dua gadis itu.

"Bang!" Panggil salah satu dari mereka.

"Apa?" Tanya Rendra berpura-pura. Sejujurnya ia tau apa maksud gadis di hadapannya ini. Dan ia hanya bisa menghitung detik saja sampai gadis itu berkata..

"Nebeng pulang." Ucapnya disertai dengan cengiran khasnya.

"Bukannya lo berangkat sama Zhafran? Terus tuh bocah kemana?" Tanya Rendra.

"Dia udah pulang lah. Kan hari ini dia cuma MOPD." Jawab Adinda.

"Loh. Ada Clarista?" Tanya Rendra pada gadis di sebelah Dinda dan mengabaikan ucapan Adinda.

"Ish.. bang Rendra itu loh. Gimana Dinda boleh nebeng nggak? Sama Clarista juga." Ucap Adinda lagi.

Namun baru saja Rendra akan membuka mulutnya saat sebuah suara menginterupsinya.

"Ren.. lama banget sih." Ucap Aurel sembari menghampiri Rendra.

"Loh. Adinda.. Clarista.. ada apa?" Tanya Aurel pada kedua adik kelasnya itu.

"Hai kak." Sapa Dinda.

"Hai Din.. kalian ngapain sih? Lagi malak Rendra ya?" Tanya Aurel disertai dengan bibir yang berkedut menahan tawa.

"Enggak kak. Ini.. kita mau nebeng pulang bang Rendra. Soalnya umi nggak bisa jemput."

"Dan tante Hana juga nggak bisa jemput?" Tanya Aurel pada Clarista.

"Iya kak." Jawab Clarista.

"Gimana Ren? Boleh nggak?" Tanya Aurel pada Rendra.

"Gue mau ke toko buku sama Aurel." Jawab Rendra menjelaskan. Namun detik berikutnya ia menepuk keningnya. Merasa salah dalam menjawab. Maka sebelum dua gadis itu membuka mulutnya. Ia segera memanggi Rama yang berjalan tak jauh darinya.

"Ram.. Rama!!" Teriak Rendra anarkis yang membuat beberapa orang menoleh kepadanya.

Rama yang merasa terpanggil pun memutar arahnya dan berjalan menghampiri Rendra.

"Ada apa?" Tanyanya cool. Lalu matanya melihat ada tiga gadis di hadapan Rendra.

Aurel, Clarista dan Adinda.

"Lo mau pulang kan?" Tanya Rendra dan tentu saja di angguki oleh Rama.

Sementara ketiga perempuan itu di tambah Rama menatapnya oenuh kebingungan.

"Nah kebetulan lo pulang. Gue boleh minta tolong anterin Dinda sama Rista pulang ya. Gue pergi dulu. Assalamu'alaikum." Ucap Rendra lalu menarik Aurel pergi.

Aurel menatap Rendra bingung.
"Lo kenapa sih?" Tanya Aurel saat ia sudah mendudukkan badannya di kursi mobil Rendra.

"Gila aja. Dinda sama Clarista itu tipe cewek macem elo yang doyan banget sama novel. Kalo mereka ikut. Bisa ludes uang jajan gue. Gue aja kapok ngajakin Dinda ke toki buku. Sumpah deh. Dia beli buku banyak banget. Minta di bayarin lagi." Gerutu Rendra yang membuat Aurel tergelak.

"Terus-terus?"

"Ya gue minta tagihan sama tante Ara lah." Ucapnya santai dan membuat Aurel semakin terbahak.
***

Sementara Rama yang di tinggalkan bersama dua perempuan di hadapannya hanya bisa menggaruk tengkuknya kaku.

"Jadi kalian mau pulang?" Tanya Rama kepada dua perempuan itu.

"Iya kak. Tapi kakak nggak usah khawatir. Kita pulang sendiri kok." Ucap Clarista tak enak hati.

"Iya kak. Kak Rama kalau mau duluan nggak papa." Lanjut Dinda.

Dan kini Rama dibuat semakin bingung. Ia harus bagaimana?.

"Yasudah kalian aku antar aja. Ayo." Ajak Rama Akhirnya.

"Tapi kak. Kita malah ngrepotin kakak." Ucap Dinda semakin tidak enak. Dalam hatinya ia sudah menggerutu tidak karuan karena ulah Rendra.

"Nggak papa. Yaudah. Ayo.. sekalian juga kan." Ucap Rama yang akhirnya tidak bisa di bantah oleh Dinda maupun Clarista.

"Oh iya. Clarista kamu itu sepupunya Aurel kan??" Tanya Rama membuka percakapan saat mereka telah berada di dalam mobil.

"Iya kak. Ada apa?" Tanya Clarista.

"Enggak papa kok. Tanya aja." Jawab Rama. Dan selanjutnya yang ada hanyalah keheningan. Baik Rama, Dinda maupun Clarista tak ada yang berbicara.
***

"Arghh..." Zhafran berteriak frustasi saat lagi-lagi gawangnya kebobolan. Berada satu tim dengan pamannya-Devan dan melawan papanya yang satu tim dengan Rendi tidaklah mudah.

"Ish.. harusnya papa itu satu tim sama Zhafran." Keluhnya. Sementara Syam hanya tertawa melihat tingkah anaknya.

"Kalo papa satu tim sama kamu. Ya mana bisa papa ngalahin kamu." Jawabnya lalu berjalan ke arah Zhafran lalu menepuk bahu anaknya.

"Ran. Kamu satu sekolah kan sama Rendra?" Tanya Rendi yang tengah mengelap peluhnya.

"Iya om."

"Kok dia belum pulang?"

"Kalo soal itu Zhafran kurang tau. Tadi Zhafran pulang awal. Kan Zhafran cuma MOPD." Jawabnya.

"Biasanya yang MOPD sama yang biasa pulang bareng. Kok kamu pulang dulu?" Kini giliran Syam menelisik anaknya curiga.

"Entah. Emang peraturannya gitu."

"Kamu nggak bolos kan?" Tanya Syam memastikan.

"Ya enggak lah pa. Papa nggak percaya sama Zhafran? Coba deh tanya bang Rendra atau kak Dinda."

Baiklah. Syam memilih untuk percaya. Lagipula Ia kenal dengan anaknya. Dan anaknya tidak mungkin begitu.

"Terus Dinda pulang sama siapa? Tadi pagi kan kamu yang jemput?" Tanya Syam lagi.

"Paling juga bareng bang Rendra. Atau minta jemput umi atau om Abhi mungkin."

"Hati-hati Ran. Jangan sampai mengulang sejarah." Ucap Rendi pada Zhafran yang membuat Syam menatap Rendi penuh ancaman. Sementara yang di tatap hanya tertawa.

"Sejarah apa om?" Tanya Zhafran tidak paham.

"Tanya aja sama papamu." Ucap Rendi lalu segera berlari pergi.
***
-hks-

Hexagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang