Penculikan

2.2K 183 77
                                    


Dua bulan lagi aku berulang tahun ke-18. Selama beberapa bulan ini, semua berjalan baik-baik saja.

Vanessa dan calon suaminya masih seperti biasa, romantis tetapi gengsi. Aku melihat mereka seperti sepasang merak yang sedang jatuh cinta. Saling menampakkan pesonanya, tetapi juga saling angkuh satu sama lain.

Lizzy dan Dave? Jangan tanya! Aku heran, bagaimana mungkin Lizzy tidak risih Dave begitu mengikutinya. Aku yakin, satu-satunya tempat yang tidak dimasuki Dave hanya kamarnya. Bahkan, Dave pernah masuk asrama putri dan kamar mandi putri untuk menyelamatkan Lizzy beberapa tahun lalu 'kan. Ah, aku harap mereka bisa lebih menjaga jarak. Namun, mungkin ada baiknya Lizzy dan Dave sedekat itu. Ada yang menjaga adik kecilku setidaknya.

Aku masih sendiri. Mengingat Evan yang tewas akibat pertempuran. Aku bukan tipe yang tidak bisa melupakan mantan kekasih. Namun, Evan itu berbeda. Aku melihat kekosongan di wajahnya. Dia tidak jahat, tidak. Aku yakin Ben 200 kali lipat lebih jahat. Evan hanya dimanfaatkan.

***

Hari ini langit tiba-tiba kelabu. Ada aura aneh yang berseliweran di sekitarku.

"Flo, sudah makan?" tanya Vanessa tiba-tiba di sampingku. Entah sejak kapan Vanessa duduk di situ.

"Belum," jawabku.

"Ada tas branded baru yang sedang hitz di Paris. Mungkin kau mau beli?"

"Vanessa, kau lihat sesuatu dari masa depan?" tanyaku.

"Tidak. Ada apa?"

"Ada seseorang yang masuk ke sekolah ini dan auranya kelabu. Sangat kelabu. Aku takut dia..."

"Anggota ordo?"

"Ya, itu yang kutakutkan."

Namun, Vanessa tidak melihat apa-apa. Aku diam. Aura kelabu adalah aura yang paling menyeramkan. Dia tidak putih, juga tidak hitam. Dia kelabu.

"Kau bisa melihat dia laki-laki atau perempuan?" tanya Vanessa.

"Tidak."

"Sial!"

"Setelah Apple, aku yakin ordo akan mengirim pasukannya yang kebih kuat dan tidak bisa diprediksi. Kita harus lebih berhati-hati. Aku akan menghubungi Dave," kuambil posisi di depan laptop. Namun, sambungsn skyp tidak juga terkoneksi. "Dave tidak bisa dihubungi."

"Kita harus berjaga-jaga di sekitar asrama putri," kata Vanessa.

"Aku akan menghubungi Bang Zaman dari telepon asrama."

Zaman lalu datang secepat kilat. Kami bertemu di perpustakaan asrama.

"Seperti apa yang kau lihat, adik kecil?" tanya Zaman padaku.

"Seseorang dengan aura kelabu. Hanya itu."

"Kapan tepatnya?"

"Setengah jam yang lalu," jawabku.

"Vanessa, coba baca masa setengah jam yang lalu. Telusuri seluruh sekolah," kata Zaman.

Lalu Vanessa menutup matanya dan berkonsentrasi. Dia lalu berkeringat.

"Aku tidak melihat apa pun yang mencurigakan," kata Vanessa.

"Kalian tenanglah. Kalian harus beristirahat malam ini. Biar aku yang berjaga-jaga."

***
Hingga subuh rupanya Zaman berada di sekitar asrama putri. Dia melaporkan hal ini kepada Kepala Sekolah, sehingga Kepala Sekolah dan beberapa guru yang mendukung kami ikut berjaga. Namun, tidak ada yang terjadi.

"Aku takut dia sedang mengincar titik lemah kita atau titik lengah kita," kata Vanessa.

"Maksudmu?"

"Jika kita setiap malam terjaga, pasti akan kelelahan juga. Pada saat kita lelah, dia akan beraksi."

"Vanessa, bacalah masa depan. Apa pun. Jangan sampai terlewat sedikit pun," pintaku.

"Flo, kau tahu 'kan masa depan memiliki sejuta kemungkinan untuk berubah?"

"Setidaknya kita tahu garis besarnya," sergahku.

"Baiklah."

***

Dave datang ke meja perpustakaan tempat kami menunggu.

"Terang saja tidak bisa kalian temukan. Yang masuk bukan manusia, tapi hantu. Hantu tidak punya kehidupan dan masa depan 'kan?" kata Dave.

"Hantu?"

"Ya. Hantu. Dua hantu yang masuk. Lizzy bilang kepadaku."

"Atas dasar apa mereka ke sekolah kita?" tanya Vanessa heran.

"Menurut Lizzy, mereka bermigrasi karena mencari tempat yang aman. Sekolah mereka pikir tempat yang aman," jawab Dave.

"Aman? Hantu butuh keamanan?" tanya Vanessa heran.

"Begitu yang kudengar dari Lizzy."

"Tapi aura mereka kelabu," sergahku.

"Lalu?" tanya Vanessa dan Dave berbarengan.

"Yang beraura kelabu hanya manusia. Manusia itu makhluk paling menyeramkan. Andai kalian tahu."

"Ckckck... Bukan manusia, tapi nafsunya."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Pembaca KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang