I might have been in love before
But it never felt this strong
***
This was definitely not where she had envisioned herself sitting today. Harusnya dia tau ini hanya jebakan Velina. Harusnya dia tau ini hanya akal-akalannya temannya.
**Beberapa jam sebelumnya**
"Ra, jadi kan hari ini?" ucap Velina ketika Yura baru mengangkat panggilan telepon darinya
"hmm"
"lo ngambek? Sorry ya gue baru inget kalo hari ini mama papa ngajak gue kerumah nenek, apalagi lo tau kakak gue baru balik"
"..."
"tapi tenang Ra, gue udah nyuruh seseorang kok yang bakal jemput lo, sekalian juga dia mau ke toko buku, jadi kalian bisa tuh diskusiin buku yang bagus!!"
"siapa? Jangan macem-macem Ve, gue juga bisa sendiri ke toko buku!"
"gak, lo jangan sendiri ya. Lo kenal kok sama dia, tenang dia bukan teman kita di kampus kok!"
"..."
"ya?"
"iya, gue siap-siap kalo gitu!"
"okay, dia juga udah otw rumah lo kok, heheh! Have fun ya my best friend! Muachhh"
Bersamaan dengan berakhirnya percakapan via telpon, Yura mendengar kakaknya memanggil dari bawah, dengan enggan Yura keluar untuk melihat apa gerangan yang terjadi. Namun apa yang dilihatnya di ruang tamu membuatnya mematung. Lelaki itu, lelaki yang selalu membayangi malam-malam nya hampir seminggu ini, duduk tepat di sofa ruang tamunya. Lelaki yang hampir satu minggu ini tak pernah lagi dia temui, lelaki yang sama, lelaki yang memporak-porandakan hidupnya
***
"kamu mau diem disini?" ucapan dingin dari lelaki yang persis duduk dibelakang kemudi tepatnya disebelahnya memudarkan lamunannya
"eh, maaf kak!" dengan kikuk Yura melepas safety belt dan keluar dari mobil itu. Lelaki itu keluar dan berjalan mendahuluinya. Jujur saja perjalanan yang harusnya memakan waktu sekitar 15 menit entah kenapa terasa 30 menit. Tidak ada obrolan yang menemani selama perjalanan tersebut, hanya alunan lagu dari radio. Hanya beberapa kata, ketika dia menanyakan arah ke toko buku selebihnya dia lebih memilih memandang jalanan yang terasa lebih menarik
"kamu lama sekali!" sekali sentak lelaki itu memegang tangan Yura mensejajarkan tubuhnya dengan sedikit menyeretnya. Entah mengapa pegangan ini membuat Yura membeku, dia merasa seperti ada sesuatu yang membuncah dari dalam perutnya. Perasaan ini, sangat sulit diartikan hanya dengan kata-kata.
"Ai.." ucapan lelaki itu membuyarkan lamunannya, Siapa yang dia panggil Ai?
"Ai, are you ok?" guncangan di pundaknya mengembalikan kesadarannya
"Ai?" ini sebuah pertanyaan dari mulutnya
"I forgot your name actually. I just remmember your last name, Aishley? So i decided to call you Ai. Is it ok?" sedikit mengedikkan bahu lelaki itu menjelaskan apa yang dia pertanyakan dalam otaknya
"oh, its not big deal!" sedikit senyuman sambil membalas pertanyaannya, meskipun dia sendiri bingung kenapa lelaki ini bisa tau nama belakangnya.
"ok, kamu mau cari buku apa?"
"Novel mungkin..."
"baiklah, saya mau ke tempat buku disana! Nanti kalau sudah selesai kamu bisa susul saya kesana" ujarnya sambil menunjuk rak buku dimana disana terpampang tulisan "Science"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Conquered Heart
RomanceKetika 2 orang yang belum pernah merasakan jatuh cinta akhirnya bertemu di sebuah persimpangan jalan yang mengharuskan mereka memilih keputusan yang sangat berat. Everyone says that loves hurts, but that's not true. Loneliness hurts. Rejection hurts...