Perfect Stranger

105 4 2
                                    

You were looking at me like you wanted to stay

When I saw you yesterday

***

"jadi lo mau kan anterin gue ke bandara jemput kakak gue?" tanya Velina. Ia membereskan buku yang masih berserakan di atas mejanya.

"gak bisa Ve, gue kan udah bilang gue mau ke toko buku nyari novel, ini jadwalnya gue di toko buku seharian. Lo gak lupa kan, kalo jumat gue gak bisa di ganggu?" sanggah Yura, teman Velina yang bersiap-siap untuk pergi dari kelas yang baru saja berakhir.

"Plis Ra, hari ini aja. Gue gak mungkin jemput sendirian, lo tau kan gue gak berani nyetir mobil sendirian? Janji deh minggu depan gue traktir bayarin buku yang pengen lo beli, berapapun..."

Yura langsung menghadap ke arah Velina "itu kan kakak lo Ve, gue sama sekali gak kenal kakak lo, lagian kan masih ada supir lo, lo bisa nyuruh supir lo buat jemput!"

"makanya gue mau ngenalin lo ke kakak gue, biar lo tau siapa kakak gue! Ya pliss Yura Brigita sekali aja" suara memohon Velina sedikitnya membuat Yura tidak enak hati, bagaimanapun Velina selalu membantu Yura ketika kesusahan

"huftt... yadeh, gue gak bisa nolak, lagian ini pertama kalinya lo minta bantuan gue" Yura merangkul Velina seraya beranjak dari tempatnya

"YEAAAA!!!...................." teriakan Velina menggelegar di lorong kampus yang membuat mahasiswa lainnya menolehsedikit risih karena teriakan yang sungguh memekakan telinga

"bisa gak gak tereak, sakit tau kuping gue!"

Yura mengusap telinganya seraya melepas rangkulannya, bergegas meninggalkan Velina yang sedang tersenyum bahagia seperti sedang memenangkan lotre, sungguh aneh batin Yura

"jadi nanti jam 6 sore gue jemput di rumah lo ya! Kakak gue sih bilang landing nya paling jam setengah 6!" Velina berusaha mengejar Yura yang meninggalkannya di belakang

"terserah deh, yang penting gue dapet tidur bentar!" sahut Yura sebelum mereka berpisah menuju kendaraannya masing-masing

***

Suasana bandara di kedatangan international yang sangat ramai membuat Yura agak jengkel. Yura paling benci menunggu, Yura paling benci tempat keramaian. Dia selalu menghindari tempat ramai seperti ini, Yura lebih menyukai tempat yang tenang, sunyi, senyap seperti perpustakaan, toko buku. Hampir 1 jam Yura harus menunggu kakak Velina, dia lebih memilih untuk duduk di kursi tunggu sedangkan Velina sendiri berdiri sambil berjinjit dan melihat-lihat kakaknya.

"duduk aja Ve, bosen gue liatin lo berdiri-diri gitu kayak anak kehilangan ortunya" ujar Yura mencoba membujuk Velina untuk duduk sedangkan dia sibuk membaca tanpa menoleh Velina

"gue takut kakak gue lolos Ra, gue kan gak bilang kalo gue bakal jemput di bandara" Velina menoleh kearah Yura dan melanjutkan pencarian kakaknya, melihat orang-orang yang keluar dari pintu kedatangan

"lo gak liat papan informasi, pesawat kakak lo baru aja landing, kakak lo pasti masih di imigrasi deh!" celetuk Yura

Velina tidak menggubris perkataan Yura. Dia masih mencoba mencari kakaknya diantara rombongan turis-turis yang keluar dari pintu kedatangan. Velina sendiri agak cemas, pasalnya dia tidak memberi tahu kakaknya bahwa dia akan menjemputnya. Dia sendiri tau bahwa bisa saja kakaknya sudah memesan taksi untuk mengantarnya kerumah jika saja Velina lolos mensortir orang-orang yang berlalu lalang. Dia ingin memberikan kejutan untuk kakak tersayangnya yang hampir 2 tahun belakangan ini jarang pulang. Walaupun dia bisa menunggu kakaknyadengan duduk manis di sofa nya yang empuk. Namun Velina sendiri yang akan memberikan kejutan untuk kakaknya bukan kakaknya yang memberi kejutan dengan tiba-tiba berdiri di depan pintu rumah.

Velina hampir putus asa dan akan duduk bergabung dengan Yura jika saja dia tak melihat sosok yang keluar tepat ketika ia menoleh ke pintu kedatangan

"KAK VALDO!!" teriakan Velina yang cukup keras membuat semua orang yang berada disana menoleh, bahkan sang empu sendiri terlihat kaget melihat gadis yang meneriakkan namanya tersebut. Berusaha merubah raut wajahnya dengan senyuman dan melangkah lebar-lebar

"kak Valdo!" seraya berlali kecil menuju kakaknya, yang dibalas rentangan tangan oleh kakaknya. Bagaimanapun baik Velina dan Valdo sangat merindukan satu sama lain. Velina memeluk Valdo seraya menyandarkan kepalanya ke dada sang kakak, menghirup aroma yang selama ini sangat dirindukannya.

"hei gadis kecil, berhenti berteriak seperti itu. Atau kamu gak bakal dapet jodoh!" ujar Valdo sambil mengelus rambut sang adik dalam dekapannya

"kangen tau!" gerutu Velina mencoba memisahkan diri dari dekapan sang kakak

"Yura sini!" teriakan Velina yang mau gak mau mebuat Yura harus melangkah mendekati kakak adik tersebut

"kenalin dong kakak aku Valdo" sambil bergelayut di lengan sang kakak

"hai kak Valdo, aku Yura!" lambaian Yura seraya tersenyum memasang wajah seramah mungkin

"hai cantik!" balas Valdo mengelus puncak kepala Yura

"jangan di godain sahabat aku kak!" Velina menepis tangan Valdo yang masih mengusap-usap kepala Yura dan memeluk Yura possesif

Valdo tertawa seraya memegang perutnya sedikit geli melihat kelakuan sang adik yang sedikit possesif terhadap temannya yang sangan manis ini "Yaelah dek, gitu amat sama kakak!"

"tar deh, kakak kesini ngajak temen" Valdo menoleh kebelakang berusaha mencari seseorang yang diajaknya kesini, rekan sesama kantornya sekaligus senior nya

"RAI!" lambaian Valdo membuat seorang lelaki berperawakan jakung yang berwajah sedikit bule dengan garis rahang yang tegas menoleh dan berjalan mendekati mereka

***

Yura bukan type orang yang akan langsung akrab dengan seseorang yang baru dikenalnya. Yura perlu berhari-hari untuk bisa berteman dengan seseorang yang masih asing untuknya. Bagi Yura tidak masalah jika hanya memiliki 1 atau 2 teman, dia merupakan sosok pendiam bahkan ketika dia sedang berkumpul dengan teman-temannya. Dia adalah pendengar yang sangat baik, dan sesekali menanggapi apa yang menurutnya melenceng. Namun teman-temannya tau Yura merupakan a friend who understands their tears.

Yura merupakan seseorang yang tidak mempercayai cinta pada pandangan pertama. Bagaimana mungkin seseorang bisa jatuh cinta bahkan ketika dia sendiri baru mengenal orang tersebut. Namun entah mengapa saat ini Yura merasakan hal yang beda ketika melihat sosok lelaki yang dijumapinya kemarin. Sosok yang memiliki badan yang tegap, jakung, dengan pahatan wajah yang sempurna, rahang yang tegas, dan tatapan mata yang tajam. Kesan pertama bagi Yura untuk lelaki tersebut adalah sexy, bagaimana tidak selain memiliki wajah sedikit bule, dia juga membiarkaan potongan rambutnya yang rapi. Bayangan wajahnya yang masih menghantui bahkan ketika dia akan terlelap tidur.

Dalam 21 tahun hidupnya baru kali ini dia merasakan hal yang tak pernah dia rasakan sebelumnya, bahkan ketika dulu dia mengidolakan kakak kelasnya dia tidak merasakan debaran yang hampir memporak porandakan seluruh saraf dalam tubuhnya. Dia masih memikirkan bagaimana senyum lelaki yang diketahuinya bernama Raikan, teman dari kakak Velina. Senyuman yang entah mengapa membuatnya merasa seperti ada kupu-kupu yang terhempas dari dalam perutnya.

He is a perfect strangers. No one but you got me feeling this way. There's so much we can't explain.

.

.

.


-To be continued


***


Bali, 03 Januari 2017

The Conquered HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang