chapter 1

62 15 11
                                    

       Seorang perempuan terlihat memasuki ruang kosong dan gelap itu. Perlahan ia melangkahkan kakinya lalu menyalakan lampu ruangan. Ia terus melangkahkan kakinya mendekati lemari yang berada di pojok ruangan tepatnya di sebelah jendela.
     Ia meraba, mengusap lembut pintu lemari. Digenggamnya erat sebuah kunci. Ragu-ragu ia mencoba membuka lemari dengan kunci yang sedari tadi ia genggam. 'Krek' dengan sekali putaran kunci itu, lemaripun terbuka. Perempuan dengan mengenakan piyama biru mematung melihat apa yang ada dalam lemari.
***
       Seorang gadis berambut coklat sebahu terlihat sedang menunggu seseorabg di sebuah halte yang berada tepat di depan kampusnya. Dengan tas selempangnya sesekali ia menengok jam yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Berdiri, kemudian duduk lagi. Mengamati setiap kendaraan yang berlalu didepannya.
      Sebuah honda jazz merah terlihat menepi di depan halte kemudian pengemudinya segera menampakkan diri menghampiri Rara yang dari tadi menantinya.
"Lama banget sih mas." Rara berdecak kesal
"Duh, maaf yaa. Kamu udah nunggu lama? Tadi tuh macetnya ampun dehh."
"Aku nunggu setengah jam tau gak!"
"Iya, kan aku udah minta maaf. Oke deh gimana kalo kita ke es teler kesukaan kamu? Gimana?" Dio mengerlingkan sebelah matanya
"Gak!" Rara memalingkan wajahnya
"Udahlah ayo, panas banget nih pas banget kalo minum yang seger-seger gitu. Jangan malu-malu lah Ra"
"Dih, siapa yang malu-malu"
Dio terkekeh melihat tingkah gadis didepannya ini. Ia segera menarik tangan Rara memasuki mobil.
"Eh!" Rara sedikit terkejut namun tidak bisa menolak.
10 menit setelah melajukan mobilnya kini mereka telah sampai di sebuah mall. Mereka berjalan dalam diam menuju kedai es teler yang berada dalam mall itu.
"Jadi kamu masih ngambek gara-gara aku telat jemput Ra?" Dio memulai pembicaraan dengan pertanyaannya. Kini mereka duduk berhadapan dengan meja sebagai penghalangnya.
Seorang pelayan datang dengan pesanan mereka.
"Makasih mbak." Dio tersenyum ramah pada pelayan itu. Menghembuskan nafas pelan.
"Ra, jawab dong"
"Aku sih gak ngambek cuma kesel aja." Rara sedikit memenyunkan bibirnya.
Menurut Dio, Rara terlihat lucu saat bertingkah seperti ini.
"Aku udah berusaha jemput tepat waktu lho ra, tapi yah ngerti sendiri kan Jakarta kaya apa. Yaudah sekarang kita minum dulu es telernya biar keselnya ilang." sebuah senyuman mengembang dari bibir Dio
Rara menghembuskan napas kasar, "Iya deh, aku ngerti kok, oke aku maafin." Rara membalas dengan senyum manisnya. Kemudian mengeluarkan jepit rambut dari dalam tas, nenyibakkan rambutnya menguncirnya dengan jepit rambut tadi. Kini terlihat jelas leher jenjang itu. Dio yang berada didepannya menatap penuh 'Wanita memang semakin terlihat mempesona saat menguncir rambutnya seperti ini.' batin Dio.

      Dio dan Rara sudah 3 tahun saling mengenal. Dio, pria tampan dengan kulit putih dan hidung mancungnya, ia seorang pewaris tunggal di Loyal Group, sebuah perusahaan terbesar di ibu kota. Kini ia sudah menjabat sebagai direktur utama. Sedangkan Rara seorang mahasiswi di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta. Mereka bisa kenal seperti ini karena ayah Dio merupakan rekan bisnis ayah Rara.

Hubungan mereka memang tak lebih dari teman. Namun jika Rara menelpon atau mengajak bertemu, Dio selalu meluangkan waktunya sesibuk apapun dia, dia akan meninggalkan pekerjaannya untuk menemui Rara. Sampai akhirnya Rara merasakan hal yang beda antara mereka. Dengan terpaut usia 5 tahun, Dio terlihat seperti seorang kakak bagi Rara. namun, Rara merasakan rasa 'lain' Rara mencintainya, iya Rara mencintai Dio.
Hingga suatu saat Rara demam dan menelpon Dio.
"Hallo, mas Dio?"
"Hallo cantik, kenapa? What happen?" Suara ramah itu memenuhi ruang telinga Rara
"Mas Dio lagi sibuk gak?" Rara membalas dengan suara manjanya
"Ya sebenernya sibuk sih, aku lagi di Loyal Mall lagi cek persiapan hujan salju buatan buat nyambut natal. ada apa Ra?"
"Aku sakit, udah 3 hari."
"Kamu sakit? Kok gak ngabarin aku? Yaudah aku ke rumah kamu ya, kamu mau dibawain apa?"
"Gak usah mas, kamu kan lagi sibuk. Aku nelfon cuma pengen denger suara kamu aja udah lama gak ketemu juga."
"Sesibuk apapun kalo kamu butuh aku kaya gini, aku bakal tinggalin kerjaan aku buat nemuin kamu. Yaudah pokoknya sekarang aku ke rumah kamu, kamu mau apa? Es teler?"
"Mas Dio ngaco banget sih orang lagi sakit masa mau minum es."
"Hahaha ya kali aja kan kamu es teler lovers. Yaudah kamu mau apa?"
"Aku pengen coklat."
***
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Rara.
"Pasti mas Dio" Dengan semangat ia membuka pintu kamarnya.
"Hai Ra, kamu sakit apa sih?"
"Demam biasa sih." Rara mengisyaratkan Dio untuk masuk ke kamarnya dengan keadan pintu tetap terbuka.
"Kamu istirahat aja, jangan banyak gerak dulu" Kini Dio mengisyaratkan Rara untuk berbaring.
"Udah periksa? Udah minum obat kan? Ini aku bawain jeruk sama coklat. Mau makan yang mana? Biar aku suapin."
Kini Rara duduk dengan meluruskan kedua kakinya di ranjang sedang Dio duduk di sebelahnya.
"Aku gak pengen dua-duanya"
"Katanya pengen coklat?"
"Aku kangen sama kamu, hampir sebulan gak ketemu."
Dio menunjukkan barisan giginya tersenyum ramah.
"Aku juga kangen Ra sama kamu. Aku minta maaf ya akhir-akhir ini aku emang sibuk banget sama kerjaan aku. Kamu juga kenapa gak nelpon aku kaya biasanya sekalinya nelpon ngabarin kalo lagi sakit. Aku khawatir Ra," Dio menangkup pipi kanan Rara, meraba dahinya.
"Kamu masih panas."
Rara mematung mendapat perlakuan seperti ini dari orang yang ia cintai. Terlihat cairan bening itu mengalir pelan dari ujung matanya.
"Ra, kamu kenapa?" nada panik terlihat dengan jelas dari pertanyaan Dio. Tak menunggu waktu lama Dio menarik tubuh Rara dalam pelukkannya. Rara mendekap erat.
"Cerita sama aku, ada apa?" Dio mengusap lembut punggung Rara
"Aku sayang kamu mas."
***
Setelah pertemuan di kamar Rara, Dio tak lagi menunjukkan dirinya. Entah kemana. Atau mungkin Dio sengaja menghilang setelah mengetahui perasaan Rara padanya? Nomor teleponnya juga jarang aktif. sekalinya aktif, Rara tak kunjung mendapat respon atas telponnya.

***
Karya pertama, mohon kritik dan sarannya ^_^

When You're GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang