Bagian Empat

5.8K 403 23
                                    


Aku sedang berada di sebuah restoran cepat saji di Grand Plaza sekarang. Rini sedang senang, dikarenakan pacar yang telah di pacarinya 3 tahun semenjak SMA terpilih menjadi ketua HMJ di jurusannya. Saking senangnya, Rini mentraktir kami sepulang kuliah ke Grand Plaza, plaza terbesar di kotaku. Terlebih, dipastikan pamornya akan naik diantara teman-teman sejurusannya -karena Rini merupakan pacar dari ketua HMJ-. "Ya hitung-hitung syukuran," ujarnya sambil memain-mainkan ponselnya beberapa saat yang lalu. Jam tanganku menunjukkan pukul satu lewat lima belas menit saat ini.

"Kok lo liat jam sih? Ada rencana dengan Reza?" tanya Doni setelah melihatku melirik jam tangan. Aku sudah menceritakan kepadanya tadi pagi dan dia sangat senang kami telah berhubungan kembali.

"Reza?" potong Rini, "Kalian udah kontekan lagi?" tanyanya mendekatkan wajah kearah kami.

Gue mengangguk sambil tersenyum malu-malu. "Biar Doni yang jelasin," dikteku pada Doni sambil merogoh ponselku. "Gue mau ngingetin Reza, nanti makan siangnya ketinggalan," jelasku sambil mencari-cari nomor ponsel Reza di kontak. Aku tidak sanggup di ledekin Rini nanti.

"Cie yang udah rujuk," goda Rini yang aku balas dengan cengiran lebar. Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengannya sekarang. Apalagi pilihan kata 'rujuk'nya yang bagiku kurang pas dengan hubunganku dengan Reza. Tapi sudahlah, aku tidak usah memikirkan itu. Biarlah Rini dengan Doni dan aku dengan Reza. Hehehe.

"Nomor yang anda hubungi sedang sibuk atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi."

Terdengar suara wanita itu kembali. Aku memutuskan panggilan sambil mengerutkan kening memandang ponselku. Apa Reza sengaja mematikan ponselnya supaya dia bisa fokus buat tugas? Ah aku juga lupa menanyakan kenapa mematikan ponsel belakangan ini.

Aku kembali menghubungi Reza. Masih terdengar suara yang sama, suara cewek yang lama-kelamaan membuatku jengkel. Aku lalu memutuskan kembali sambungan telepon sambil menghela nafas berat. Reza kamu dimana sih.

"Kenapa?" tanya Rini sambil memasukkan kentang goreng ke mulutnya.

"Nomor Reza nggak aktif lagi," jawabku tanpa memandang kearahnya. Mataku sedang fokus mengetik pesan menanyakan kabar serta mengingatkan Reza supaya dia tidak lupa makan.

"Emang dia nggak bilangin ke lo dia mau ngapain?"

"Katanya sih mau bikin tugas PKM*," jawabku menatap layar ponsel. Pesanku terkirim, dan semoga Reza cepat membaca pesanku. Rini menatap Doni sejenak sebelum tersenyum kepadaku, menenangkanku.

"Mungkin dia sekarang nggak bisa di ganggu kali. Lagian batas pengumpulan proposalnya kan tinggal beberapa minggu lagi," ujar Rini melihat layar ponselnya. "Nggak sampai sepuluh hari lagi malah."

"Kok lo tau gitu sih Rin? Lo ikut juga?" Kini Doni yang bersuara. Aku lalu memasukkan ponselku ke saku celana sambil mencomot kentang goreng yang ada di meja. Aku mungkin lebih memilih mendengarkan mereka saat ini.

"Gue sih ogah ikut gituan. Ngabisin waktu gue aja. Mending ngumpul deh bareng kalian kayak gini. Ato ya..." dia menggantung perkataannya sambil menggigit bibir, "... main sama ayang lah." Dan Rini pun tersipu malu.

Doni memutar bola matanya jengah, "dasar jablay," gumamnya yang sontak membuatku tidak tahan untuk tidak tertawa. Bakalan pecah perang dunia nih. Rini sangat anti kata-kata kasar mengenai dirinya.

"Terserah lo deh," sahut Rini mengibas-ngibaskan tangannya kearah Doni. "Kalian semua suci, aku penuh dosa. Biarlah jablay asak tak pakai narkoba," tandas Rini yang membuat tawaku pecah seketika, menggema di restoran cepat saji tersebut. Syukurlah saat ini tidak begitu banyak pengunjung, sehingga hanya beberapa orang yang menoleh kearah kami. Gue bisa merasakan pipi gue memanas saking malunya.

AFTER YOU GO [boyxboy] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang