Bab 14

11 0 0
                                    

Suasana rumah saat ini sedang ramai karna banyak keluargaku yg datang untuk pengajian. Hari ini tepat 40 hari Ka Buki meninggalkan aku serta keluarga. Pengajian berlangsung dengan lancar. Sesekali terdengar isak tangis Bunda yg masih teringat akan Ka Buki. Aku pun sama seperti Bunda masih selalu ingat Ka Buki tapi aku tidak bisa menangis karna aku harus kuat. Aku harus mengikhlaskan kepergiannya.

Aku yang sedang membantu Mbok Nah di dapur tiba-tiba di kagetkan dengan suara tanteku. "Aduuuh anak gadis rajinnya. Pacar mana nih pacar? Masa udah kuliah belum punya pacar. Bawa kemari dong de". cerocos tanteku yg bawel. Iya namanya Tante Fifi. Beliau seorang guru di salah satu sekolah menengah atas. Tanteku ini terkenal bawel di keluarga. Dia adalah adik ipar Bunda.

"Yailah tante Fi, ga punya pacar dea mah. Ada sih yg deket tp pacar orang hahhaha" jawabku sambil membereskan piring.

"Duuh jangan deh sama pacar orang de, eh tapi gapapa deh selagi itu belum suami orang. Lagian elu sih bukan cari yg single aja"

"Yeilah tan yg single kaga ada. Adanya yg punya pacar, jd yaudahlah deketin aja dulu hahahaha"

Tante Fifi memang terkenal gaul. Jadi jangan heran kalo dia ngomongnya pake gw elu. Tapi dia paling perhatian sama pendidikan. Setiap ketemu selalu saja nanya tentang kuliah. Ya maklum dia juga sarjana hukum. Jadi dia selalu ngasih wejangan tentang kuliah hukum kepadaku.

"Deuh dasar lu dea. Haha" ucapnya sambil berlalu. Aku dan Mbok nah hanya bisa senyum dan geleng-geleng ngeliat kelakuannya.

Setelah selesai membereskan piring di dapur lalu aku beranjak ruang tengah yg sudah di penuhi anggota kluarga besarku. Semua berkumpul jadi satu. Apa saja di bicarakan dan sekedar informasi keluargaku tuh suka bercanda, jadi tak heran di setiap pertemuan selalu saja ramai dengan tawa kecuali dalam suasana berkabung tetapi karna ini pengajian 40hari jadi kluargaku sudah tidak terlalu sedih. Ya hitung-hitung menghibur Bunda juga agar tidak selalu sedih.

Aku duduk di sebelah sepupuku yang sedang asyik memainkan smartphonenya. Aku pun tidak ketinggalan. Aku mengecek smartphoneku ternyata ada satu pesan dari Dirga.

From : Dirga
Lagi apa mbul? Gimana acara pengajiannya? Maaf ya aku ga bisa dateng. Salam buat kluarga kamu :*

Aku senyum senyum membaca pesannya. Tanpaku sadar sepupuku memperhatikanku.
"Heh kenapa lu de? Dapet sms dari cowo yaa??" tanyanya yg membuat pipiku bersemu.

"Kepo lu ah" aku langsung beranjak dari tempat dudukku dan menuju sofa. Langsung ku balas pesan nya.

To : Dirga
Aku lagi duduk aja tadi abis bantuin Mbok Nah. Acara pengajiannya lancar kok. Iya nanti aku sampein yaa. Kamu lg apa? Kangen ;(

Langsung aku pencet tombol send. Ku letakkan smartphone ku di atas meja kecil sebelah sofa. Lalu aku bergabung dengan sepupu-sepupuku untuk mengobrol. Dari hal-hal kecil seputar kuliah, kerja sampe masalah cinta. Kalo sudah begini aku pasti paling tidak banyak bicara. Lagipula apa yg harus aku ceritakan tentang masalah percintaanku? Memikirkannya saja sudah membuatku pusing.

Hari sudah menjelang malam dan satu persatu keluargaku pulang ke rumah mereka. Dan keadaan rumah kembali seperti biasa. Bunda yg terlihat lelah langsung masuk ke kamar ditemani oleh Papa. Sedangkan Ka Ares sudah masuk kamar dari tadi. Setelah mencuci tangan di wastafel, aku pun langsung pergi ke kamar. Ku rebahkan tubuhku diatas kasur sembari aku mengecek smartphoneku tetapi tidak ada balasan dari Dirga.

Setelah itu aku beranjak dari kasur dan menuju ke kamar mandi. 15 menit aku di dalam kamar mandi membersihkan tubuhku, setelah berpakaian aku keluar kamar mandi sambil mengelap mukaku. Tiba-tiba lagu cheap thrills mengalun indah dari smartphoneku. Langsung kusambar ponselku diatas kasur. Ternyata Dirga menelponku.

"Hallo"

"Iya hallo"

"Kamu lagi apa mbul?"

"Aku baru selesai mandi. Knp?"

Dan kami bertelpon ria sampai 2 jam lamanyaa..

"Yaudah kamu tidur gih. Sampe jumpa besok gembulnya aku. Daah"

"Iyaa kamu juga tidur yaa. Dah"

Kututup telpon dengan hati bahagia. Lalu aku bersiap untuk tidur dan menyambut hari esok.

Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di kampus. Seperti biasa suasana kelas masih sepi. Aku masuk kedalam kelas dan menaruh tasku di atas meja dan berjalan keluar teras kelas. Kuhirup dalam-dalam udara pagi yang menyejukan ini. Aku menerawang jauh, jika aku sudah lulus dari sini entah aku bisa menghirup udara sesegar ini lagi atau tidak. Mungkin aku akan rindu dengan semua yang terjadi disini. Aah entah kenapa aku sudah melow pagi ini.

Tiba-tiba sesuatu yang dingin menempel di pipiku. Kulihat Dirga sedang senyum menatap ke arahku sambil membawakan yoghurt kesukaanku.

"Pagi mbul" sambil menyodorkan sekotak kardus kecil yoghurt kepadaku.

"Pagi orang tua" jawabku usil sambil mengambil yoghurt tersebut.

"Eh sembarangan kamu kalo ngomong. Aku ini masih muda tau".

"Hehe. Tapi kan tuaan kamu daripada aku. Jadi ga salah dong kalo aku manggil kamu orangtua?" ucapku sambil menyedot yoghurt.

"Huuu dasar. Awas aja kamu kalo manggil aku orangtua lagi. Aku nikahin baru tau rasa" jawabnya sambil mengelus kepalaku lembut.

"Mau dong di nikahin. Hehe. Tumben kamu dateng jam segini?" tanyaku heran.

"Karna kamu alasan aku untuk dateng pagi ke kampus tiap hari mbul" jawabnya sambil mengelus pipiku yang chubby .

"Ish. Gombal pagi-pagi"

"Aku ga gombal tau.. Emm gimana acara pengajian kemaren mbul? Terus kamu udah ngomong sama Bunda dan Papa soal rencana ke puncak?".

"Acaranya lancar kok, ya tapi Bunda masih nangis sesekali. Aku belum ngomong. Mungkin nanti pas pulang kuliah. Acaranya rabu ini kan?".

" iyaa rabu ini kalo kamu ga berani ngomong sama mereka, biar aku yang minta ijin ya".

"Ga usah biar aku aja yang ngomong. Aku sih ga yakin bakal di ijinin tapi nanti aku bakal berusaha biar Bunda sama Papa ngijinin" jawabku sambil tersenyum tulus.

"Emm yaudah kalo gitu tapi kalo mereka ga ngijinin aku yang bakal minta ijin" ucap Dirga tegas.

"Iyaa pak tua yang bawel. Hehe". Dirga hanya mengelus kepalaku lembut tanpa menjawab ucapanku yang usil. Mungkin aku harus bersyukur dengan kebahagiaan kecil di pagi ini. Senang rasanya jika Dirga bisa menjadi seseorang yang selalu mengelus puncak kepalaku atau yang selalu tau bagaimana menghadapi sifatku yang keras kepala dan seperti anak kecil. Seperti tak rela jika membayangkan Dirga memanjakan gadis lain selain aku. Tapi apa daya aku hanya sebagai orang ketiga yang tanpa permisi dan kurang ajar masuk kedalam hidupnya. Dan yang sebenarnya tidak aku inginkan.

Tanpa terasa ternyata kelas sudah mulai ramai. Jam kuliah pun sebentar lagi akan dimulai. Aku dan Dirga masuk kedalam kelas dan bergabung bersama anak-anak yang lain. Tak lama dosenku pun masuk dan jam kuliah pertama dimulai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My banned loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang