Pacar Baru Arazie

161 21 6
                                    

Baru saja kemarin ia berhadap-hadapan dengan Arazie. Baru saja kemarin ia nongski berdua. Di cafe dekat sekolah yang sudah terkenal suasana romantisnya. Baru saja kemarin mereka pulang bareng dengan motor vespa yang selalu Rarra sukai.

Tetapi hari ini, entah mengapa, gosip atau memang kenyataan yang baru saja ia dapatkan sungguh ingin menghampiri Arazie sekarang juga dan tentunya meminta penjelasan.

Bukan matanya yang menangis, melainkan hatinya yang sudah terkikis cukup dalam. Lalu, selama ini, Rarra hanya menjadi temannya? Teman saat Arazie membutuhkannya saja? Atau pelampiasan? Atau bagaimana? Yang jelas, Rarra butuh penjelasan Arazie. Tetapi ia juga ragu karena bisa saja Arazie memang menganggapnya tidak lebih dari teman.

Katakanlah Rarra terlalu geer dan sangat berharap lebih kepada Arazie. Tetapi perlu ditekankan, Rarra juga butuh balasan perasaan seorang Arazie. Lelah rasanya hanya begini-begini saja dengan Arazie. Tidak maju, juga tidak mundur. Ingin maju, tetapi apa daya tidak ada keberanian dalam diri Rarra.

"Nih, Ra, gue beliin jus alpukat," celetuk Willy tiba-tiba sambil meletakkan jus kesukaan Rarra di hadapan gadis itu.

Tidak peduli dengan ucapan Willy barusan, Rarra mendengus pelan. Ia mendongak, menatap Willy yang sudah duduk di depannya. "Wil."

"Ha?"

"Siapa sih pacarnya Arazie yang sekarang?" Saat menanyakan itu, Rarra menoleh ke kanan, menghindari kontak mata dengan temannya itu.

Sembari menyeruput jus milik Rarra, Willy menopang dagunya dengan tangan kanannya, "Setau gue sih anak SMA Bakti Luhur."

Rarra diam. Tidak bertanya apapun yang berkaitan dengan Arazie.

"Kenapa sih, Ra? Cemburu lo?"

"Ya iyalah, bego!" Rarra berdecak, menatap Willy tajam. "Kalo lo suka sama cewek trus si cewek udah pacaran sama orang lain, masa lo ga cemburu? Aneh lo pake tanya segala."

Salah satu ujung bibir Willy terangkat dengan kedua matanya yang melirik Rarra sebal, "Kan gue bukan tipe cowok yang menye-menye."

"Tapi banci."

"Suka ngaco, anjing."

Rarra berdiri cepat, menggeram ke arah Willy, dan melongos pergi begitu saja tanpa pamit. Ia berjalan keluar kantin, menuju perpustakaan yang kemungkinan pada jam segini tidak akan ramai. Karena hampir seluruh warga sekolah

Beyond the GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang