Bersama Arazie

193 24 11
                                    

"Kenapa, Ar?" tanya Rarra ketika Arazie tiba-tiba berjalan di samping tubuhnya. Untung saja Relly tidak melihat kejadian ini. Kalau tahu, habis sudah dicie-ciekan olehnya.

Hari ini sekolah pulang satu jam lebih awal karena para guru dan OSIS ada rapat mendadak terkait acara ulang tahun sekolah sekitar satu atau dua bulan lagi.

"Temenin gue ke cafe mau gak, Ra?"

Pertanyaan itu cukup mengejutkan Rarra. Walaupun lagaknya tidak terkejut tetapi tetap saja dalam hati ia tidak mengira akan ajakan tersebut.

"Lo bukannya ada rapat OSIS?" Rarra ingat satu hal bahwa Arazie merupakan Wakil Ketua OSIS. Meskipun ia masih junior di SMA itu, tetapi karena pengalaman Arazie di organisasi tersebut sangat bagus, maka dari itu Ketua OSIS SMA Bhakti Jaya menunjuknya untuk menjadi Wakil Ketua OSIS.

Arazie tersenyum lebar. "Lagi males gue ikut rapat. Ya masa rapat OSIS sampe tiap hari. Dan yang dibahas itu nggak jelas banget."

Rarra pernah ikut organisasi tersebut waktu kelas 8 di SMP nya dulu. Saking sibuknya, waktu keluarganya jadi tersita banyak. Tugas-tugas pelajaran yang diberi gurunya juga semakin menumpuk karena ia selalu sibuk dengan kegiatan OSIS. Waktu SMP aja kayak gitu, apalagi SMA ini.

"Lo harus bisa me-manage waktu sih, Ar. OSIS jangan terlalu diutamakan. Soalnya kalo lo mengutamakan OSIS, ntar yang ada hasilnya buruk. Tugas-tugas lo numpuk. Waktu sama keluarga kesita banyak. Gak bisa main sama temen-temen lo karena gak ada waktu luang."

Tanpa disadari, kedua sudut bibir Arazie terangkat membentuk sebuah senyuman manis yang selalu ia perlihatkan kepada orang-orang terdekatnya.

•••

Setelah memesan minumannya masing-masing, mereka berdua duduk di dekat jendela yang memperlihatkan SMA nya. Duduk berhadapan dan saling diam karena tidak ada topik yang harus dibahas sungguh ingin membuat Rarra pulang saja. Tetapi seketika ia sadar bahwa ini waktu yang tepat agar bisa lebih dekat lagi dengan laki-laki itu.

Ponsel Rarra berbunyi, menandakan bahwa satu pesan baru saja masuk.

Mama👱🏻‍♀️: Dek, dimana?

Rarra Macz: cafe, Ma. sorry lupa ngabarin tadi hehe

Mama👱🏻‍♀️: kebiasaan deh. pulang sm siapa? maaf ya hari ini mama gabisa jemput

Kebiasaan juga. Anaknya ditinggal ke luar kota buat liburan, batin Rarra jengkel.

Rarra Macz: iya mak ga ape ape gue mah udah sering elu tinggal ye.

Mama👱🏻‍♀️: lebay lu tong. ati-ati ya dek pulangnya. jangan malem-malem. mama vacation dulu, xixixixi😘

Rarra Macz: y lur

"Ar, mau pulang jam berapa?" tanya Rarra setelah mengalihkan pandangannya hari layar ponsel.

Arazie berpikir sebentar sebelum menjawab Rarra dengan wajah datarnya. "Abis ini? Lo buru-buru ya?"

Rarra menggeleng pelan. "Gue gak boleh malem-malem sih pulangnya."

"Gue anterin ya?" Arazie tersenyum tipis. "Tanda terima kasih gue karena lo udah nemenin gue."

Untungnya, jantung Rarra tidak meledak saking berdebar-debarnya. Udah ganteng, baik lagi. Apa sih yang kurang dari seorang Arazie?

"Emang kita searah?"

"Gampang," Lagi-lagi Arazie menunjukkan senyumannya. "Gue anterin lo dulu pokoknya."

Meleleh.

Beyond the GalaxyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang