"Kyungmin-ah, saranghaeyo"~ 7 Tahun Yang Lalu ~
Aneh.
Itu adalah kata yang pantas ku ucapkan saat bertemu dengannya. Betapa tidak? Saat pertama kali bertemu dengannya, ia sudah tahu namaku, bahkan nama lengkapku. Dan ia juga tahu tentang seluk beluk keluargaku, hingga nama kakek buyutku yang aku sendiri juga tidak tahu siapa namanya.
Dan beberapa hari kemudian, ia menyatakan perasaannya padaku. Katanya hanya butuh sedetik untuk bisa suka padaku. Karena ia telah jatuh cinta padaku sejak pandangan pertama.
Tapi aku dengan tegas menolaknya, karena bagiku, cinta bukanlah sesuatu yang bisa kita ungkapkan hanya dalam beberapa hari.
Love at first sight? Menurutku, kalimat itu hanya sebuah ungkapan belaka. Mana bisa kita langsung merasakan cinta pada orang yang belum kita kenal? Suka atau sekedar kagum mungkin, tapi kalau langsung jatuh cinta, aku rasa tidak. Itulah prinsip hidupku. Terlebih karena pengalaman masa laluku, membuatku sulit sekali untuk mempercayai seseorang ataupun menjalin hubungan dengannya.
Kalau tidak salah, namanya seulong. Im Seulong. Usianya 5 tahun lebih tua dariku, dan baru saja lulus dari SMA. Ia adalah tetangga baruku. Atau lebih tepatnya, aku lah tetangga barunya. Karena baru seminggu aku pindah di daerah ini bersama keluargaku. Rumahnya berjarak beberapa blok dari rumahku.
Ia adalah orang yang pertama kali menyapaku saat kami pindah di daerah ini. Ia juga lah yang mengenalkan diriku pada semua remaja di daerah itu. Dan ternyata ia lumayan terkenal di daerah itu. Karena hampir semua orang mengenalnya.
Kembali pada pernyataan perasaannya padaku. Seminggu setelah kami berkenalan, ia mengatakan kalau dia menyukaiku dan ingin menjadikanku sebagai pacarnya. Namun, karena tidak mempunyai perasaan apapun padanya akupun langsung menolaknya.
Tapi setelah penolakanku itu, ia tidak begitu saja menyerah. Malah ia semakin berusaha untuk menunjukkan perasaannya padaku. Ia sering mengajakku untuk berkumpul bersama anak-anak yang seumuran denganku.
Pernah suatu ketika saat kami berkumpul bersama, salah satu temannya bercerita bahwa ia sangat menyukaiku. Kapanpun ia bersama mereka pasti selalu membicarakan tentang diriku. Dia yang berada di tempat yang sama hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatannya bermain gitar dan bernyanyi bersama teman-temannya yang lain.
Ia kembali memintaku untuk menjadi pacarnya sebulan kemudian. Namun kali ini aku menolaknya secara halus, dengan dalih ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Saat itu, ia merasa senang sekali dengan perkataanku. Mungkin ia mengira aku memberikannya lampu hijau, namun bagiku, itu hanya salah satu alasan agar ia menyerah. Rencanaku adalah melakukan segala hal yang menyebalkan di hadapannya, agar ia melupakanku.
Rencana pertama adalah dengan tidak sengaja menghilangkan hadiah yang pernah ia berikan padaku.
"Mianhae, seulong-sshi. Aku tidak sengaja meninggalkan walkman yang kau berikan di kelas. Dan saat aku kembali sudah hilang."
"Ah...tidak apa-apa. Sebaiknya kau lebih berhati-hati lain kali." ucapnya.
Sebenarnya walkman pemberiannya sedang kupinjamkan kepada salah seorang temanku di kelas. Ia membelikanku walkman karena tahu satu-satunya walkman yang kumiliki sudah rusak. Dan ia tahu kalau aku suka sekali mendengarkan musik saat sendirian, jadi ia membelikanku walkman tersebut tepat saat kembali menyatakan perasaannya padaku.
Rencana selanjutnya adalah aku akan menolak semua ajakannya untuk berkumpul bersama teman-temannya yang lain.
"Jadi, malam ini kau juga tidak bisa keluar rumah?" tanyanya
Sepertinya begitu, aku harus mengajari adikku belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Even If I Die, I Can't Let You Go
FanfictionKyungmin tak pernah menyangka, pertemuannya dengan Seulong akan mengubah hidupnya. Dari perempuan polos yang hanya tahu belajar saja, kini mulai mengerti artinya Cinta. Mencintai dan Dicintai. Mempercayai, hingga akhirnya tersakiti. Ikutila...