Even If I Die, I Can't Let You Go ~ Part 2 ~

14 0 0
                                    

"Jongmal mianhae, kyungmin”

~ 1 Tahun Kemudian ~

Tidak terasa 1 tahun sudah kami bersama. Dan selama itu pula aku sudah mulai benar-benar menyukai kekasihku, seulong.

Ia telah membuka mataku kalau tidak semua laki-laki seperti changmin, huh...menyebut dan mengingat namanya saja aku sudah merasa jijik.

Sikapnya padaku tidak pernah berubah, masih sama lembutnya seperti saat pertama aku mengenalnya. Dan untuk mengimbangi kebaikannya, aku berusaha memberikan perhatian yang lebih padanya. Tentu saja, dia kan kekasihku.

Tapi, ada satu masalah mendasar yang sering kali membuat kami bertengkar.

Hingga satu tahun kami berhubungan, kami belum pernah sekalipun berciuman. Maksudku, ciuman yang benar-benar disebut ciuman, dengan kata lain, kami belum pernah melakukan ciuman di bibir.

Jika sekedar kecupan sayang di pipi atau kening itu sudah sering dilakukannya, tapi saat ia mencoba untuk mencium bibirku, aku menolak.

Kadangkala, terlihat sekali wajahnya yang kecewa karena penolakanku, tapi saat aku mulai meminta maaf padanya, ia langsung mengubah raut wajahnya menjadi seperti semula.

Hingga suatu saat....

"Jadi, sampai kapan aku harus menunggu?" tanyanya kala aku kembali menolak ciumannya.

"Mianhae, jongmal mianhae...". ujarku.

Dia menghela nafas cukup panjang. "Kupikir, waktu 1 tahun sudah cukup untuk membuatmu melupakan mantanmu itu. Tapi ternyata kau masih saja memikirkannya."

"Aniya.... aku tidak pernah memikirkannya. Kau tau kalau aku membencinya, tapi kenapa kau selalu menyangkut pautkan hal itu?"

"Entah sampai kapan aku bisa bertahan seperti ini, kyungmin. Bukankah aku adalah pacarmu?

"Tidak bolehkah aku sedikit menunjukkan rasa sayangku dengan menyentuh bibirmu?" ia menatap ku dengan pandangan yang sedikit memelas.

"Kalau kau ingin menunjukkan rasa sayangmu, bukankah bisa dengan cara lain, tidak hanya dengan ciuman. Jika kau selalu menuntut hal itu, kau sama saja seperti changmin yang bejat itu." aku merasa agak kesal dengan tingkahnya itu.

Entah kenapa belakangan ini dia sering sekali marah saat aku terus-terusan menolaknya.

”Jadi, kau mulai menyamakan aku dengan mantanmu itu, hah?" hardik seulong.

Baru kali ini kudengar ia membentakku. Dan sepertinya hari ini adalah puncak kemarahannya padaku.

"Kyungmin-ah, jangan berisik. Ini sudah malam." Tegur ummaku dari dalam rumah.

"Nde, umma"

Memang saat ini kami berada di rumahku, setelah beberapa bulan kami resmi pacaran, ia mulai datang ke rumahku setiap minggu.

Orang tuaku, sepertinya tahu kalau dia adalah laki-laki yang sedang dekat denganku, tapi mereka hanya menganggap nya sebagai salah satu teman laki-lakiku saja. Kata mereka, aku masih belum pantas untuk menjalin hubungan khusus dengan seorang laki-laki.

"Aku pergi saja... " ujar seulong yang benar-benar pergi dari rumahku.

Namun, beberapa menit kemudian ia kembali.

"Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Jika kau menganggapku pacar, maka kau akan membiarkanku menciummu. Tapi jika kau tetap tak mau, berarti kau masih berada dalam bayang-bayang mantanmu itu, dan belum sepenuhnya membuka hatimu untukku."

Setelah berkata seperti itu, ia mengecup keningku lembut dan pergi meninggalkanku yang masih terdiam di depan pintu rumahku.

***

Even If I Die, I Can't Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang