capter 1

245 28 30
                                    

Seruan Jam weker berdering menggantikan kokokan ayam yang biasa membangunkan, waktu tepat menunjukan angka pukul 07.00 pagi. Aku bangun lalu mengucek mataku dan duduk disisi ranjang untuk mengumpulkan nyawa agar lebih sadar, ku ambil jam weker lalu menekan tombolnya supaya tidak berdering lagi.

Dengan malas aku berjalan mengambil handuk yang tergantung di balik pintu. Kemudian menuju berjalan menuju kamar mandi dengan wajah yang masih mengantuk ditambah lagi rambut yang acak acakan. Setelah mandi ku gunakan baju kemeja biru dan celana jeans, seharusnya aku memakai rok hitam yang hanya selutut untuk kerja tetapi aku harus bersepeda ke tempat kerja jadi harus menggunakan celana jeans supaya lebih enak dalam perjalananya.

Sepatu hall ku masukan kedalam tas untuk dibawa kerja. Aku menggunakan sepatu sket yang bewarna kuning, belum selesai aku memakai sepatu sudah ada yang mengetuk pintu kamar.

" Tok...tok...tok, Kinan kamu udah bangun." Teriak seseorang di depan pintu kamar.

Mendengar terikan itu aku segera menyahut.
" Sudah bik, Kinan sudah bangun dan sudah siap nih untuk berangat kerja." Aku berteriak dari dalam kamar.

Begitulah setiap hari hidup ku yang selalu dibangunkan bibik Lina karena tidurku seperti kebok.

Tunggu...kalian belum tahu namaku siapa?

Namaku Kinan Zakira, biasanya di panggil Kinan. Aku tinggal di Jakarta, tapi aku ini asli dari Kalimantan. Disini aku tinggal dengan bibik atau lebih tepatnya kakak dari ibu ku. Orang tua ku berada di Kalimantan sedangkan aku disini untuk bekerja membantu perekonomian orang tuaku. Mereka disana tidak sendiri mereka di temani oleh adik ku yang bernama Rommy.

" Kinan cepat berangkat nanti kamu terlambat loh." Kata bibik Lina yang masih didepan kamarku.

"Iya bik." Teriak ku.

Aku keluar dari kamar dan berpamitan dengan bibik Lina untuk berangkat kerja. Aku keluar dari rumah lalu mengambil sepeda di samping garasi yang begitu kecil. Ku simpan tas dikeranjang sepeda setelah itu aku berangkat untuk pergi kerja dengan seutas senyum.

Saat di perjalanan aku yang sedang asik mengayuh sepeda tiba-tiba sebuah mobil BMW atau mobil sport bewarna merah masculin berhenti mendadak didepan ku yang sepontan membuatku kaget.

Ia sempat menambrak ku sedikit sehingga aku terjatuh dari sepeda, tangan dan lutut ku berdarah beserta memar, rasanya cukup sakit. Pemilik mobil tersebut merasakan kalau mobilnya menambarak sesuatu sehingga membuatnya dirinya keluar dari mobil. Iya berjalan ke depan mobilnya sambil melihat ke arahku sekali sekali sedangkan aku juga menatapnya balik dengan tatapan intens yang kemudian itu kuangkat sepeda.

Aku masih saja melihat wajahnya yang putih mulus dengan rambut yang agak kecoklatan tertata rapi yang membuat cewek setengah mati melihatnya, begitu juga tubuh tegap dan dada bidang maskulin yang menambah ketampananya. Tapi itu semua tak menjadi alasan untuk aku memaafkanya karena salah tetap salah.

Aku yang rada emosi langsung saja marah marah atas prilakunya.
" Lo cuma berdiri aja, bukanya bantuin." Aku berteriak sambil membersihkan baju dari noda kotoran.

Laki laki itu hanya terdiam menatap ku penuh kebisuan dibalik kecamata hitamnya yang menambah betapa cutenya dia.

" Lo tuli ya....." Aku melontarkan kata ketidak terimaan atas prilakunya, tapi
Ia masih terdiam begitu saja.

" Lo benar benar tuli atau buta atau apa haaa....Bukannya minta maaf malah diliatin gitu aja." Aku yang mulai emosi karena tingkahnya yang hanya diam.

Emosi ku sudah meluap luap dengannya tersebut, tapi...ia malah langsung masuk ke mobil tanpa memperdulikan ku yang sedang kesakitan.

Setelah masuk mobilnya melaju cukup cepat meninggalkanku begitu saja, aku lansung meneriakinya yang hampir raip dari mata.

"Hai......" Teriak ku yang keliatannya mobilnya sudah jauh.

Setelah kejadian itu tanpa sadar aku jadi pusat perhatian orang yang sedang berlalu lalang. Dengan cepat aku mengayuh cepat cepat sepeda ku karena malu.

***

Akhirnya aku pun sampai di tempat kerja, aku bekerja di salah satu butik terkenal dan terbesar di Jakarta. Ku parkirkan sepeda lalu aku masuk kedalam butik, ketika aku masuk ke dalam butik bos sudah berdiri di depan ku yang membuat ku sontak terkejut.

" Maaf pak saya terlambat, tadi saya mengalami sedikit kecelakaan pak." Kata ku yang cukup sopan ditambah dengan nada canggung agar meredakan amarah bos.

" kamu itu selalu banyak alasan, Bapak nggak percaya dengan alasan mu kali ini. Kemarin saja kamu bilang ban sepeda kamu bocor, kemarin lagi sepedanya yang rusak dan sekarang kamu bilang kamu kecelakaan. Kamu selalu seperti itu." Bentak pak Burhan, bos butik tempat aku bekerja yang kealiatanya sudah emosi.

" Pak saya ada buktinya, ini bapak bisa lihat lutut sama tangan saya berdarah...." Ku lihatkan luka lukaku ke pak Burhan sebagai tanda bukti bahwa aku habis kecelakaan.

" Ya sudah hari ini saya maafkan kamu tapi jangan diulang lagi ya, kemudian cepat obati luka mu dan ganti celana kamu." Kata pak Burhan

Setelah menyuruhku mengobati luka dan mengganti celana, Pak Burhan langsung masuk kekantornya yang berada di ujung butik. Setelah pak Burhan pergi aku langsung kekamar mandi untuk mengganti celana. Kemudian aku ke meja dekat kasir untuk minta diobati temanku si Luvia.

" Baru dateng lo kinan, pasti bangun kesiangan lagi iyakan." Serepot Via menegur ku yang menghampirinya.

" Enak aja hari ini gue udah bangun pagi supaya gak telat seperti kemaren-kemaren." Kata ku karena Via menuduh ku yang tidak tidak.

" Alasan aja lo, tiap hari gitu mulu." Kata Via yang heran sambil mengeritkan keningnya meliahatku hampir membuat alasan terus menerus jika aku terlambat.

" Sumpah kali ini gue benar, Gue tadi itu ditabrak mobil. " Aku menjelaskan kejadian tadi.

" Terus lo gak papakan." Via mengubah ekspresi wajah khawatir dengan ku.

" Gak sih, tapi gue masih kesal aja sama tu cowok yang udah nabrak gue, yang paling gue benci saat gue jatuh dia nggak nolong gue malah pegi gitu aja, dan lebih parah lagi dia nggak minta maaf sama gue."

Via hanya geleng geleng kepala sambil mengobatiku, saat kami lagi asyik mengobrol suara lonceng pelanggan berbunyi yang artinya pelanggan datang ke butik.

" Eh ada pelanggan tu layanin dih..... sana." Kata via yang memerintahkanku untuk melayani pelanggan itu.

" Elo aja yang layanin, gue males." Aku balik menyuruh Via.

" Kok gue lo lah, lokan melayani pembeli, dia itu anak dari pelanggan tetap disini jadi dia harus di beri keistimewaan, sana gih layanin." Kata via mengoceh panjang lebar.

Aku pun langsung pergi ke sisi kiri pintu masuk dengan maksud untuk menyambutnya, tapi ada yang aneh sepertinya aku kenal dengan wajah orang itu?

Hore💥💥💥 karya pertama ku akhirnya jadi juga setelah melakukan banyak revisi... Saya sebagai Author mau mengucapkan terimakasih🤝🤝🤝 untuk teman teman readers yang udah mau baca cerita pertama ku yang dibilang masih absurd😅😅. saya minta maaf kalau ada kesalahan kata yang bertebaran dan minta dukungan ya sebagai penyemangat dengan cara voth dan comennya.

Aku Memilih...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang