Capter 2

182 26 21
                                    

Aku pun langsung pergi ke sisi kiri pintu masuk dengan maksud untuk menyambutnya, tapi ada yang aneh nampaknya aku kenal sama wajah orang itu?

************************************

Aku begitu terkejut saat tahu bahwa pelanggan yang datang ini adalah orang yang sudah menabrak ku tadi dan tidak mau bertanggung jawab. Dengan perasaan benci aku langsung mengeluarkan unek-unek ku yang tertimbun di pikiranku.

" Eh tunggu, bukannya Lo cowok yang tadi pagi sudah tabrak gue kan, ngaku aja deh...sekarang ini Lo itu sudah ketangkap basah." Aku menunjuknya dengan nada tinggi.

Ia melepas kacamatanya sehingga memperlihatkan mata hezel yang indah.
" Maaf apa saya kenal dengan Anda, saya sekarang ini tidak ada waktu untuk mengurusi hal yang tidak penting dan jangan menuduh orang sembarangan ya...." dia menjawab dengan nada santai tanpa ada masalah.

" Apa...tidak penting kata Lo, ini adalah urusan penting karena Lo itu tidak bertanggung jawab dan siapa juga yang menuduh sembarangan karena itu kenyataanya." Aku meledak karena dia berbohong.

* Luvia *

Kinan pergi menemui pelanggan tersebut dengan muka males. Aku seorang teman tau pasti sifat dari temanku ini yang begitu males dan ingin serba simple, tapi dibalik sifat buruknya dia begitu baik dan mau menolong temannya.

Sebelum itu perkenalkan nama ku Luvia Anastasya biasanya dipanggil Luvia atau Via. Aku salah satu pekerja dari sekian puluhan pekerja disini dan merupakan teman akrab Kinan dari SMA
Ku lanjutkan kembali membaca majalah tadi yang sempat tertunda karena masalah dengan Kinan tadi.
Belum beberapa lama aku membaca, terdengar suara teriakan yang sepontan aku melihat ke sumber arah tersebut. Terlihat Kinan sedang memarahi salah satu pelanggan dengan muka penuh amarah seperti orang kesurupan, aku yang melihatnya lansung menghampiri Kinan karena menjadi pusat perhatian serta ingin tahu pasti apa masalahnya.

" Apa...tidak penting kata Lo, ini adalah urusan penting karena Lo itu tidak bertanggung jawab dan siapa juga yang menuduh sembarangan karena itu kenyataanya." Kata Kinan dengan nada emosi.

Aku yang mendengar itu sedikit kaget dan sesegera mungkin untuk berada disamping Kinan dengan maksud memberitahukan agar bisa menjaga sikap serta sopan kepada pelanggan.

" Kinan Lo kenapa sih, kan sudah gue bilang jaga sikap, dia itu anak dari pelanggan tetap kita jika bos tau pasti dia akan memecat Lo." Aku membisikan ketelinga Kinan agar tidak kedengaran dengan pelanggan yang lain.

" Tapi Vi, dia itu yang sudah nabrak gue dan gak mau tanggung jawab." Ia membalas dengan suara pelan.

" Udah lupain aja masalah itu, sekarang Lo layanin saja nanti malah membuat pelanggan yang lain gak suka dengan tingkah dari karyawan di butik ini hanya karena ulah Lo." Aku membalas perkataan Kinan.

" Maaf atas prilaku dari teman saya ini jika kurang mengenakkan dan mohon jangan diambil hati. Untuk tuan tuan silahkan masuk semoga suka dengan barang barang yang ada disini." Aku mempersilahkan 3 pelanggan ini masuk.

* Kinan *

Rasanya ini tak adil karena aku dari orang yang tidak mampu tidak bisa menuntut adil dan sekarang dia harus disegani karena kaya, itu sangat sangat tidak adil. Saat memperbolehkan mereka bertiga masuk rasanya aku ingin menjambak dan mencakar cakar muka soknya itu, terlebih lagi cowok yang sudah menabrakku ini ingin rasanya aku meludahinya.

Tapi aku harus berusaha sabar karena mereka adalah pelanggan istimewa katanya. Ya selama aku bekerja disini tidak ada aku melihat orang ini, jadi apanya yang istimewa.

" Kinan, Lo layanin mereka ya... Gue harus ke kasir sedangkan karyawan yang lain juga lagi melayani pembeli yang lain." Via menyuruhku melayani mereka.

" Apa sebaiknya kita gak tukaran tempat aja hari Vi...gue malas mau melayani mereka. Lo taukan gue lagi marah dan benci sama orang itu, masa Lo nyuruh gue." Aku mencoba untuk menukar tugas dengan Via dengan alasan.

" Tidak Nan lagian Lo kemarin kan udah jaga kasir ya... Sekarang giliran gue dan Lo itu harus sabar menghadapinya." Via menolak kemudian pergi.

Mendengar penolakan dari Via, aku hanya bisa pasrah ditambah lagi rasanya hidupku makin apes karena sudah ditabrak dia. Bukanya minta maaf, tapi aku harus melayaninya di butik seperti aku ini lemah didepan mereka dan rendah . Awas saja jika berbuat macam macam dengan aku, bisa bisa RIP besoknya dia.

* Stevan *

Bisa dibilang hari ini aku cukup sial karena pagi pagi harus berurusan dengan orang yang tidak penting dan sekarang aku harus bertemu dengan dia lagi disalah satu butik langganan nyokap.

Perkenalkan aku Stevan Dellvy salah satu anak dari orang terkaya dan tersukses di Asia tenggara. Bukanya sombong tapi itu memang benar jadi aku harus memberitahukannya. Kedua orang tuaku bernama Marco Dellvy dan Riana Dellvy sedangkan 1 orang kakak yang berkerja di Singapore melanjutkan pekerjaan orang tua, Wiliam Dellvy. Aku berdarah campuran atau bisa dibilang belasteran karena mama berasal dari Bandung tapi papa yang berasal dari Inggris. Jadi tidak sulit jika apa yang ku mau, karena semua itu tersedia untuk ku.

Disini aku tidak sendiri melainkan dengan dua orang teman laki laki ku yaitu Aldo Aldama dan Doni Siregar yang dapat dibilang dari kalangan atas juga tapi masih kayanya aku lah...

Karena kejadian ini rasanya aku sedikit risih atas keberadaaan perempuan ini dan apa lagi dia berani meneriaki aku dibuktikan dengan banyak orang sehingga jadi bahan tontonan orang. Biar bisa menjaga sopan santun akan ku beri sedikit pelajaran bersama dua teman ku ini.

* Kinan *

Masih di tempat dan waktu yang sama yang membuatku muak dengan hal ini. Saat ini dia memilih kemeja, sedangkan aku hanya mengekorinya dari belakang ya.....sekedar melayaninya, tapi rasanya dia membuatku kaya kambing congek yang hanya diam dari tadi. Dapat kulihat ia melirik ku sebentar dengan senyuman jahilnya. Dia mengambil sebuah kemeja, pertama dilihatnya dan wow ia melemparkanya kebelakang dengan sontak aku berusaha menyambut pakaian yang dilemparkan olehnya agar tidak kotor, Sampai begitu seterusnya sehingga pakaian yang ada ditangan ku ini menumpuk bagaikan gunung himalaya. Rasanya kesabaran ini sudah habis dan amarahku sepertinya sudah tidak bisa tertampung lagi.

" Awas saja kalau dia melempar satu lagi baju akan ku marah habis habisan." Aku bergumam.

Dan benar dia melepar lagi pakaian ke arah ku yang sontak pas mengenai wajah ku. Sekarang amarah ku udah di ujung taduk(memuncak). Tidak ada lagi namanya sabar dan ku jatuhkan semua pakaian yang ada di tanganku. Ku tarik bahunya sehingga kami berhadapan dengan mata yang saling melotot.

" Hei bisa nggak." aku menunjuknya dengan jari telunjuk ku.

Dia yang melihat ku dengan muka yang emosi dan marah hanya malah senyum dengan tangan yang dilipat ke depan dadanya yang bidang.

" Lo itu ingin beli pakaian atau buat butik ini berantakan hah... Lo gak lihat apa semua pakaian yang Lo ambil itu sudah penuh ditangan gue sampai sampai gue pegel memegang nya dan lebih parahnya lagi tidak ada sapu pun yang Lo pilih."
Aku berteriak denganya.

" memang apa masalahnya buat gue, itu semua kan memang tugas Lo yang harus melayani pelanggan jadi terserah gue mau pilih yang mana dan mau beli yang mana." Dia menjawab dengan santai.

" Mentang mentang Lo itu pelanggan jadi seenaknya gitu mau berbuat apa di butik ini. Sadar sedikit dong...ini itu butik orang bukan butik Lo jadi tidak sepantasnya Lo kaya gini. Pikirkan juga orang yang berkerja disini, gue itu capek harus melayani Lo." Aku berteriak sambil menunjuknya sampai sampai menjadi pusat perhatian orang.

Dia mendekat ke arahku dengan senyum entah apa tujuannya dan aku hanya mematung saja.

Bagian kedua sudah selesai, nah bagaimana... Resek ya cowoknya...
Nah beri tanggapan kalian melalui komen💬💬 dan jangan lupa untuk terus dukung cerita ini ya❣️❣️...

Terus ikuti kelanjutannya...


Aku Memilih...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang