Cinta Tertepis Mimpi Part II

56 5 0
                                    


"Jutaan kata tertulis tapi kelu menjawab satu tanya. Membeku di ujung lidah. Miliaran aksara itu menguap lenyap. Beri waktu. Beri waktu. Kau akan tahu. Kau harus tahu. Dan lidahku semakin terbelenggu. "

Mataku terbelalak*

Hng~~ jam berapa ini? 
Ya ampun...  sudah jam 06;10 .
Kenapa mama tidak membangunkan ku.
Aku tidur terlalu nyenyak, mungkin karna kecapekan.
Ku buka tirai jendela yang menjuntai panjang tak jauh dari tempat tidurku, masih saja gerimis. Kupalingkan wajahku dari jendela.
Aku segera bergegas menyiapkan berbagai buku yg harus ku bawa ke sekolah.
Sekejap aku teringat mimpi ku sesaat. Apa itu?  Mimpi macam apa?  Siapa yang bicara?  Tanpa terlihat, hanya ada suara. Kelabu.
Kata kata itu..  apa maksudnya?

"Ah sudahlah, lebih baik aku mandi saja. sudah telat ."

***

Aku bergegas menuruni tangga dari kamarku,  menuju meja makan. Mama sudah siap sedia di tempat duduk nya menunggu ku dengan senyuman tulusnya.

"Sarapan dulu sayang. " mama menyodorkan sebuah piring berisi nasi kepadaku.

"Enggak deh ma udah telat nih, Dita bawa roti aja.  dah mah emuach. "

"Eh eh eh ini anak… nanti kalau gk sarapan gk fokus belajarnya. "  Cegahnya.

Aku hanya lari menuju garasi depan rumahku. Aku berhenti seketika melihat motorku tak ada di garasi, rasa panik menguasaiku.

"Mama motorku kok gk ada!? " teriakku yang langsung memenuhi seisi garasi.

"Makanya sini makan dulu biar mama jelasin nak. "

"Huh! Motorku kemana sih! Biasanya kan duduk cantik di garasi. "gerutuku.

Akhirnya aku kembali ke meja makan yg tadi hanya ku lewati begitu saja. Menyambar sepiring nasi hangat yang disediakan oleh mama

"Motor kamu mama taro di bengkel. "

"Eh??! "

Hampir saja kepala ikan kesukaan ku itu terlompat dari mulutku yang sudah hampir tertelan masuk ke tenggorokan ku. Ku raih minum yg sudah disiapkan bi Ijah, salah satu pembantu di rumahku.

"Mama kapan bawa ke bengkel nya? pantesan dari tadi Dita nyariin kunci motor nya gk ada ."

Mukaku merah padam. bagai besi yg sedang di tempa di api yg panas,  untung saja tidak disiram air oleh mamaku.

"Setau mama kalau motor di bengkel, kunci juga ikut di bengkel deh dit. " gurau mamaku.

gak lucu ma gurau saat terburu Buru begini. yg ada malah muka dita jadi kayak upik abu ntar.

"Tadi pagi mama minta pak osep ke pasar, tapi malah ban nya bocor di jalan. Ini pak osep blom pulang, jadi kamu berangkat sama mama ."

"oh gtu..  "

Teganya mamaku.. itu motor kesayanganku ma. Kenapa juga si pak Osep gk di belikan motor sendiri buat keseharian dia disini *gerutuku

Selesai makan akupun bergegas masuk ke mobil mama yg sudah siap di depan garasi. Kami pun berangkat~

              #_#

Sesampai di sekolah aku langsung berlari menerjang gerbang skolah yg hampir tertutup itu. Akhirnya masuk ke dalam sekolah juga.
Ku lewati beberapa kelas dan gedung perpustakaan. Ku lewati tangga satu, tangga dua dan sampai juga di lantai tiga.
Ugh lelah sekali … 
untung saja tidak bertemu Elfina Dkk. kalau sampai ketemu mereka, habis lah aku. Aku memasuki kelas ku dan duduk manis di samping Jacinda.

"Pagi Cin" sapaku pada Jacinda, teman sebangku ku yg imut sekali,  dia pink girls banget, semua aksesori yg ia punya berwarna pink. Pagi ini saja dia mengenakan jam pink, jepit rambut pink,  dan anting anting nya pun tak kalah pink juga.

"Pagi juga, Pradita. Hampir telat ya dit?" tanyanya.

"Iya,  duh rambutku masih berantakan banget. Eh ini pelajaran Math ya? "

Duh ketemu pak butar lagi. Guru matematika killer di kelasku. Tau sendiri aku adalah murid yg paling rajin di hukum saat pelajaran nya si butar itu muncul.  Padahal aku ini kan siswa baru disini. huh*
Tak lama guru killer itu pun masuk dalam kelas ku. Ia pun menjelaskan berbagai materi yg sama sekali tak kumengerti. Ku paling kan pandangan ku ke jendela dengan kaca tebal tak jauh dari singgasanaku.

Masih tersisa rintik rintik air hujan tadi malam di dedaunan Taman. Pikiranku terbuyar tatkala melihat laki laki memakai baju sekolah, mengenakan kacamata. Ya!  dia laki laki kemaren yg membantuku berdiri. Dya melambaikan tangan dan tersenyum padaku .
Aku pun tersenyum kecil melihatnya.
apa ini? aku seolah Menemukan hati di sudut gerimis. Ku tatap matanya dari kejauhan,aneh. Rasanya perih teriris. Dia seperti punya tujuan Dalam sebuah mimpi utopis.

"Dita lihat apa? "

Suara guru killer itu mengagetkanku saat itu juga.

"Tidak pak, tidak ada apa apa kok. " jawabku ngelak.

Kulihat kembali ke jendela,  laki-laki itu sudah tidak ada! 
Ah sudahlah mungkin dya masuk ke dalam kelasnya. siapa tau nanti ketemu lagi :)

****

Hallo readers…
Jangan lupa vote dan coment yak 😂😂
Maaf akan jarang update, harap maklum typo bertebaran ✌😉

Next chapter~
"Taman"

CINTA TERTEPIS MIMPI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang