Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap. Padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi buram, padahal dunia sedang terang benderang.
Terkadang dalam banyak keterbatasan,kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan."Ngapain bengong?! Mau gw siram lgi lu?!"
Pikiranku buyar seketika.
Aku menghela nafas, lalu berjalan menuju koridor sekolah * sepi~ sangat sepi..
Bagaimana tidak,ini sudah hampir maghrib.
Aku memasuki ruang kelas di lantai tiga ,lalu turun menuju lokasi drama tadi. Ya, drama. Drama yg tak kunjung usai dalam hidupku."Hhhhhhhaaaa~~~ " *menghela nafas *
"Lama banget sih lo. Cuma ngambil tas aja kayak siput jalan nya! "
"Sini! "
"Udah kelar kan fin? Yuk ah cabut, males gw lihat muka dia lama lama dsini. "
Mereka pergi meninggalkan ku, dengan mobil mereka. Bisa kupahami karna mereka anak orang kaya. Beda sekali dari diriku. Tpi stidaknya aku masih bisa skolah di skolah yg Bagus ini.
Puk*
"Ada yang menepuk pundakku? " tanyaku dlm hati.
"Kamu tidak apa apa? "
Mengangguk*
Dia membantuku berdiri. Aku hanya menengok dan langsung pulang tanpa bicara sepatah kata pun padanya.
Tapi dia itu siapa? Kukira sudah tidak ada siswa di skolah, karna sudah sangat sepi dan terlebih lagi ini hampir malam.
Ah sudahlah mungkin itu kakak senior~
Aku menuju parkiran, sepeda motor pink ku masih tertata rapih di parkiran. Menyendiri tiada yg menemani.. *apasih*
Tak lama aku pun meninggalkan sekolah, lampu lampu jalan malam pun mulai mengeluarkan cahaya nya. Suasana hiruk pikuk jalan Raya pun terasa sangat jelas. Panas, meski bajuku basah karna beberapa jam lalu aku disiram satu ember air oleh para pembuli itu.Huh! Geramku.
Namaku Pradita Larasati.Baru beberapa hari aku masuk sekolah SMA ini, karena kepindahan orangtuaku dr Jakarta ke Lampung lah yg membuatku seperti ini.
Tidak! Bukan karena mereka, mungkin karena lingkungan saja yg membuatku di bully.aku berteduh di sebuah minimarket karena tiba tiba turun hujan. mengambil sebuah minuman pergi ke kasir, membayar nya dan langsung menuju tempat duduk di teras minimarket.
aku duduk di sebuah kursi depan minimarket yg sudah disediakan bagi siapa saja singgah.
sepi sekali~
hanya suara hujan lebat yg meramaikan suasana.
kulihat hp ku, jam menunjukan pukul 18;07.
tak berapa lama hujan mereda. aku pun langsung menghampiri motorku dan pulang. masih sedikit gerimis, tapi tidak apa. setidaknya aku bisa pulang, dari pada kemalaman.****
"aku pulang… "
"selamat datang sayang. duh kamu kehujanan ya. cepat kekamar ganti baju ya. "
mama menyambut kedatangan ku.aku langsung ke kamar tanpa menghiraukan mamaku. aku lelah. lelah dengan rutinitas harian ku yg tiada ujungnya. seharusnya hari ini aku mampir ke perpustakaan kota, aku sudah janji pada mika bahwa aku akan menemuinya di perpustakaan. tapi kejadian kemarin terulang lagi hhh~
ku hempaskan badan ku diatas tempat tidurku. aku tidak menceritakan apa pun pada ibuku tentang apa yg terjadi padaku setiap hari di skolah. untuk sekarang aku hanya tidak ingin dia tau.
yg kumiliki sekarang hanya ibuku..
Ayahku sudah tiada beberapa tahun lalu saat aku masih duduk di bangku SMP.
karna itulah aku tidak ingin membebani fikiran ibuku.mungkin hanya kau yg mengetahui posisi ku saat ini ayah~
selamat malam aku rindu ayah^^
zZzzzzz.………
##
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERTEPIS MIMPI
Short StoryPradita Larasati, murid pindahan asal Jakarta. menjalani hari hari nya di sekolah Baru dan lingkungan yg Baru. menjadi bahan bully dr kaka senior nya. hingga akhirnya dia bertemu seorang laki laki tampan berkacamata, Rifki Nugraha. "Ada yg aneh...