1. Belum Terfikir Apa Itu Cinta

168 66 31
                                    

(Cerita Stella)


Sabtu, 23 Juli 2016/ 06.50wib

Pagi cerah, langit biru mengulumkan senyum matahari pagi. Hangat sinarnya ditambah hembusan udara pagi yang menenangkan. Di sini sekarang aku berada dekat dengan halte bus diantara pohon-pohon yang menjulang tinggi membuat sebuah koridor jalanan.

Kesibukan rutinitas menambah warna-warni perputaran lika-liku kehidupan. Jalanan raya dipenuhi berbagai kendaraan. Jalanan setapak dipenuhi para pejalan kaki. Sepotong kecil porus kehidupan seolah mempertontonkan pertunjukannya sekarang. Keceriaan, amarah, kasih sayang, kegelisaan, bahkan sebuah harapan terlihat kali ini, untuk saat ini.

Ini merupakan sebuah moment, moment yang dapat aku abadikan untuk mejadi sebuah kenangan. Aku jepret setiap kali aku inginkan dengan kamera yang aku pegang. Ada banyak hal yang dapat dilihat di sini.

Aku dongakkan kepalaku ke atas saat aku merasakan satu persatu bunga berwarna kuning jeruk mulai mengenai bajuku. Sangat indah,..

Pohon Angsana atau dapat juga disebut dengan Pterocarpus Indicus, pohon itulah yang aku lihat sekarang. Angin sepoi-sepoi dan suasana yang aku rasakan membuatku ingin tersenyum saat aku tutup mataku sekilas. Ini merupakan hari liburku, dimana setiap orang masih disibukkan dengan rutinitas masing-masing.

Lalu di situlah mataku mulai tertuju, kepada empat sekawan yang sedang berjalan di pagi hari untuk mendapatkan kewajiban dan hak sebagai anak remaja yaitu pergi ke sekolah untuk mendapatkan ilmu dan belajar.

"Kemarin, apa ada anak baru?" ucap Welly membuka obrolan. "Aku lihat pak Antok waktu lewat kelas ngobrol sama cowok dan aku nggak tahu siapa."

Ikut penasaran, Stefy pun mulai bersuara. "Cakep nggak? Kelas mana?" sembari tersenyum, dia mulai menggoyang-goyangkan tangan temannya itu seakan ingin penjelasan akan rasa penasarannya. Tidak hentinya dia mengulang kalimat yang sama.

"Lumayan sih,.. Tapi, kalau kamu tanya dia kelas mana,..." Welly menggelengkan kepalanya, dia juga tidak mengetahui perihal cowok yang sedang dia bahas barusan.

"Sebenarnya aku juga ingin tahu mangkanya aku tanya,..." Tukas Welly menjawab.

Stefy diam, tidak bersuara dengan kehebohannya lagi, dia menghembuskan nafas kasar ada rasa kecewa di sana karena keingintahuannya tidak terjawabkan.

Felly yang berjalan di sebelah Welly ikut berkomentar setelah melirik sekilas kedua temanya. "Kelas A1. Lumayan cakep seperti kata Welly,"

"Benarkah?" Stefy seketika memalingkan pandangannya ke Felly.

"Tapi aku nggak begitu suka sama tuh anak. Lihat tampangnya aja, udah bikin,..." Felly menggantungkan ucapannya sedikit kesal. "Pokoknya ingin rasanya ini tangan menghampiri mukanya." Felly mengepal kedua tangannya dan mulai mengekspresikan kekesalannya.

"Kenapa?" tanya Stefy penasaran.

"Udah ahh, males bahas dianya." Lanjut Felly risih ingin mengakhiri pembahasan mereka sekarang juga.

"Kenapa?" tanya Stefy lagi.

"Kelas kamu dong Fell,.." Seru Stella setelah itu, sembari meraba tasnya untuk mengambil HP.

Felly tidak membalas ucapan Stefy, dia malah tersenyum miris seakan mengiyakan pernyataan Stella.

"Felly nggak seruh. Cowok cakep di-sia-sia-in." Gerutu Stefy seolah ada rasa kekecewaan di sana. "Cerita dong, memangnya itu cowok kenapa?"

Me And KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang