A m e l i a
Tunggu! Tunggu! Jangan ditutup dulu!" seruku sambil berlari seperti orang sinting.
"Dek, terlambat lagi hari ini?" Senyum tercetak jelas di bibir pak satpam yang telah berkumis.
"Iya, Pak." Aku menjawab sembari masuk ke dalam sekolah sebelum pagarnya benar-benar tertutup.
Tin! Tin!
Aku terlonjat kaget saat mendengar suara klakson yang memekakan telinga itu.
Kupandangi pelaku tersebut. Yah, walaupun aku tak bisa lihat siapa karena kacanya yang hitam. Aku bergeseran agar mobilnya bisa masuk sempurna, kemudian membungkuk maaf. Mataku membulat sempurna melihat plat nomor yang sudah kuhafal di luar bumi itu.
Dengan senyum mengembang, aku berlari ke arah parkiran mobil. Dan kudapati seorang cowok yang tengah keluar dari mobilnya.
"Kak Devin!" seruku seraya menghampirinya.
Wajahnya memaling ke arahku. Tak lama kemudian, dia menoleh kembali seolah tak kenal denganku. Bibirku melengkung ke bawah seketika.
"Kak Devin!" teriakku saat ia sudah beranjak pergi.
Aku bermaksud mengejarnya, tapi suara klakson meneriakiku yang membuat jalanku terhalang. Aku memandang sosok kak Devin yang menjauh.
💕💕💕
"Amel, rumah lo mati lampu ya?" Aku mengerutkan kening tak mengerti saat aku baru menempelkan pantatku di kursi. Dan mendapat pertanyaan lucu dari kursi sebelahku.
"Itu loh, wajah lo kok kayak belum disetrika aja," ledek Graciela, sahabatku. Yang biasa suka kupanggil Grace.
Aku menggelengkan kepala, kemudian membaringkan kepalaku ke meja.
"Grace, nanti pulang gue ke rumah lo lagi ya?"
"Wokey!" Grace mengacungkan jempolnya. "Tapi sebelum itu, lo cerita dulu kenapa pagi-pagi wajah lo udah kusut-kusut begitu?"
Aku menghela napas. Grace menatap sedih seolah sudah tahu alasannya. Hanya satu alasan yang dapat membuatku uring-uringan seperti ini. Yaitu seorang laki- laki bernama Devin Navaro.
"Dia nyakitin lo lagi?" tanya Grace dengan kesal. Aku menggeleng tanda tidak ada.
"Loh? Jadi?"
"Kak Devin seolah nggak kenal dengan gue, dia juga nggak menyahut panggilan gue."
Grace geleng-geleng kepalanya. "Dia perlu diberi pelajaran."
"Dia kok tega gitu sih ama gue, Grace?"
"Awas aja! Nanti pulang gue bantu lo menjedotkan kepalanya ke dinding!" ujar Grace dengan marah.
"Eh! Jangan! Jangan! Nanti kepalanya benjol kan ... kan nggak tampan lagi," kataku sambil senyum malu-malu.
"Cieee ... yang perhatian," goda Grace yang membuat pipiku memanas.
Tet! Tet!
Bunyi bel sekolah masuk membuat murid-murid di kelasku berkeluh kesal. Terkecuali aku. Aku ingin cepat-cepat melewati pelajaran yang membosankan ini agar dapat lekas pulang dan melihat wajah kak Devin. Senyum pun merekah di kedua titik sudutku.
💕💕💕
Sepulangnya sekolah, Grace membawaku ke parkiran mobil. Ia tahu bahwa kak Devin bawa mobil.
"Kak!" panggil Grace sambil menarikku mendekati mobil Audi Q7 milik kak Devin.
Yang merasa dipanggil itu menolehkan ke sumber suara, sontak aku menundukkan kepalaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend Brother [ON HOLD]
Teen FictionHot? Pasti. Sexy? Sudah pasti. Berotot? Tak usah diragukan lagi. Tampan? Tak bisa dipikirkan lagi. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan kriteria lelaki seperti itu? Tentu saja para gadis akan berbaris untuk merebutnya. Ya, termasuk diriku sendiri. ...