02 ∵ Be Strong

1.2K 19 0
                                    

Grace menggerutu sebal kepada cowok yang ada di hadapannya.

"Kak! Bisa nggak lo baik-baik sama Amel?!" seru Grace geram.

"Apa peduli gue memangnya? Bukan urusan gue juga."

Grace ingin sekali menimpuk kepala Devin yang seperti besi itu. Keras dan dingin.

"Dulu lo masih perhatian dengannya. Lo jadi dingin sama Amel karena dia cinta sama lo atau karena lo takut kejadian itu terulang lagi?!"

"Keluar!" bentak Devin yang seperti tidak ingin membahas masa lalunya.

"Sadar dong Kak!" teriak Grace keras.

"Gue sadar sekali, Grace! Untuk apa gue peduli dengan gadis ingus seperti dia?!"

"Lo tahu kalau dia mencintai lo, Kak. Kenapa lo tega kali sama Amel, sampai menyakiti hatinya?"

"Gue nggak menyakitnya. Gue hanya sangat membencinya yang selalu berpura-pura itu!"

Tanpa diketahui mereka, jika orang yang disebut-sebut itu tengah mendengar percakapan mereka.

Darahnya berdesir perih. Hatinya seperti tersayat mendengar penuturan dari sang pujaan hatinya. Tanpa ingin mendengar lebih jauh lagi, Amel melenggang pergi dari kamar Devin.

"Gue nggak ngerti, Kak. Apa yang membuat lo membencinya? Dia gadis yang baik dan pengertian. Gue nggak tahu itu alasan lo untuk menutupi ketakutan lo dulu atau lainnya. Yang gue tahu, lo itu pengecut!"

💕💕💕

Amel menyiapkan makan malam, dia memang suka memasak dari kecil. Menurutnya, seorang gadis itu harus pintar masak agar menjadi istri idaman.

"Mel, lo masak apa?" Suara Grace mengejutkan Amel yang pikirannya masih melayang ke percakapan Grace dan Devin.

"Eh? Oh itu ... nasi goreng seafood," sahut Amel dengan senyum paksaan.

"Oh ... masak makanan kesukaan Kak Devin nih?" Amel tersenyum malu-malu kemudian menganggukkan kepalanya.

Setelah masakan Amel siap saji, Grace memanggil Devin untuk makan malam bersama.

Devin turun ke ruang tamu dan mendapati Amel yang sedang menyiapkan perlengkapan untuk makan. Seketika suasana Devin memburuk, kemudian menghampiri Amel.

"Lo ngapain masih di sini?" tanya Devin dingin. Amel tersenyum gembira karena Devin yang berbicara kepadanya terlebih dulu.

"Masak makan malam, Kak."

Devin menatap nasi goreng yang dibuat Amel dengan parno.

"Lo yakin ini makanan manusia? Kelihatan seperti makanan anjing."

Wajah Amel yang awalnya tersirat sinar bahagia itu redup seketika mendengar pertanyaan Devin yang sarkastik.

"Kak! Lo keterlaluan!" tegur Grace. "Dia udah berbaik hati memasak untuk kami!"

Devin memandang Grace dengan males kemudian meninggalkan ruang makan.

Butiran kristal bening mengalir di pipi Amel. Hatinya serasa ditusuk ribuan jarum. Grace yang mendapati Amel menangis itu menghampirinya dan memeluknya.

Grace tak enak hati dengan Amel. Ia benar-benar tidak menduga Devin bisa mengatakan hal seperti itu. Ditepuk-tepuk punggung Amel agar ia bisa tenang.

Tangis Amel makin menjadi-jadi. "Apa salah gue, Grace? Kenapa ... kenapa dia membenci gue? Apa gue nggak pantas diakuinya barang sejenak?"

Grace tahu seberapa besar hati Amel terluka. Awalnya Devin masih perhatian dan tersenyum kepada Amel walau singkat. Namun, semenjak Devin tahu bahwa Amel ternyata menyimpan perasaan kepadanya saat 2 tahun lalu, Devin menjadi dingin kepada Amel.

"Lo harus bersabar, Mel. Gue tahu, seberapa besar cinta lo kepadanya. Seberapa banyak garam yang udah ia taburkan. Namun, lo harus tahu jika cinta itu harus merasakan pahit. Bukankah orang-orang pada bilang kalau cinta itu ada rasa pahit dan manis? Setelah merasakan pahit akan merasakan manis, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, lo harus kuat!"

Amel mengangguk tanda ia mengerti. Benar yang dikatakan Grace, ia harus kuat. Jika seperti ini terus, ia tidak akan mendapatkan hati Devin.

"Terima kasih, Grace. Untung gue punya lo sebagai sahabat gue."

💕💕💕

"Kak Dev, bangun!" panggil Amel dengan senyum mengembang terukir di bibirnya.

Devin masih bergeming di tempatnya, Amel terpaksa menggoyangkan tubuh Devin agar cowok itu segera bangkit.

"Kak, ayo bangun. Jangan tidur lagi, udah waktunya sarapan loh."

Devin yang merasa terganggu, segera membuka matanya. Yang pertama di lihatnya wajah Amel yang cetar membahana.

"Keluar!" Devin berseru sambil turun dari kasur.

"Kak Devin jangan galak-galak terus, nanti kan cepat tuanya."

Devin masih tidak peduli dengan perkataan Amel. "Keluar semasih gue bicara baik-baik!"

Amel tak putus asa mendekati Devin. "Kak, cepat mandi dan gosok gigi ya. Aku tunggu di bawah."

Tanpa mendengarkan percakapan Amel lagi, Devin masuk ke dalam kamar mandi.

Amel menghembuskan napas, ia tahu Devin membencinya. Tapi, Amel ingin menunjukkan kepada Devin bahwa Amel itu bukan gadis ingus yang lemah.

Di dalam kamar mandi, Devin menikmati aliran air yang membasahi tubuhnya. Ia tahu jika sikapnya kepada Amel sudah keterlaluan. Ingatannya kembali ke kejadian semalam di mana Grace mengatakan Devin membenci Amel itu alasan menutupi ketakutannya di masa lalu.

Perkataan Grace salah total. Devin bukan takut dengan kejadian masa lalunya itu. Melainkan masa lalu itu menjadikannya sebagai pelajaran untuk tidak boleh dengan mudah mempercayai seorang makhluk berjenis perempuan.

Sebenarnya tidak ada yang salah dari Amel, entah kenapa saja Devin benci dengan Amel—gadis ingusan yang masih labil, lemah dan sok polos itu.

💕💕💕

Bestfriend Brother [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang