3 - [Private]

4.8K 574 10
                                    

"Prill please, gue gak bisa nonjok orang." Lagi, lagi Prilly di ganggu oleh keberadaan Ali yang sedari tadi tak henti-hentinya meminta permintaan yang ah, mengapa dengan cowok feminim ini?

Prilly meletakan pulpen nya dan segera menutup buku catatan miliknya. Prilly memegang bahu Ali dengan kedua tangan mungil miliknya. "Yang dibully itu elo, kenapa gue yang nonjok mereka?" Ali meneguk ludahnya sendiri. Perkataan Prilly memang benar.

"Tapi 'kan gue gak—"

Prilly memutarkan bola matanya jengah "KALAU GAK BISA YA UDAH DIEM AJA. RIBET IDUP LO. BEGO DIPELIHARA. HERAN."

Ali tertegun. Dirinya benci dibentak. Kini raut wajah Ali berubah. Matanya panas siap meneteskan air mata. Prilly yang melihatnya jadi panik sendiri.

"Eh kok lo nangis sih? Lo kan cowok," Ah, Prilly memang seperti ini. Tak bisa mengontrol mulutnya sendiri. Terlihat blak-blakan, tapi dirinya senang seperti itu. Tidak munafik.

"Aduh gimana sih ini. Ali diem ih, tangisan lo gak merdu!" Prilly menoleh ke arah sekitar yang melihat mereka aneh, lebih tepatnya Ali. Prilly sangat malu saat ini. Sungguh.

"Gak lucu." Ketusnya dan menelungkupkan tangan diwajahnya.

"Duh maaf deh, maaf." Ucapnya malas.

Reflek Ali mendongkak menatap wajah Prilly. Tangisnya seketika terhenti.

Hening. Prilly memandangnya aneh.

"HAHAHAHA," tawa Ali pecah seketika. Prilly mnatapnya murka, jadi tadi hanya berpura-pura?

"Sialan lo ya," Prilly bangkit setelah Ali telah berlari meninggalkannya. Tak tinggal diam, Prilly berlari mengejar Ali.

Setelah mendapatkan tubuh Ali, dengan cepat ia dorong sampai Ali tersungkur di tanah. Prilly tertawa puas karenanya "Puas—"

"Prilly kamu ngapain bully Alivaro?" Prilly memejamkan matanya dan berbalik menatap guru konseling yang kemarin ia hadapi. Guru yang menurutnya sangat sangat menyebalkan.

"Sekarang juga kamu ke ruangan saya." Ucapnya tegas dan membantu Ali untuk bangkit.

Shit.

***

Ali mendapat tugas membawakan setumpuk buku tugas harian Biologi kelas XII - IPA 2, kelasnya sendiri untuk di bawa ke meja guru yang menurutnya sangat menyebalkan. Bagaimana tak menyebalkan? Karena dirinya, saat ini Ali jadi harus merelakan waktu untuk makan di kantin. Terlebih jarak antara kelasnya ke ruang guru itu lumayan jauh. Jika ia ke kantin setelahnya, waktu istirahatnya tak akan cukup. Ayolah, Ali tak bisa berjalan cepat untuk mempersingkat waktu.

"Tapi Bu, saya masih bisa perbaikin nilai-nilai saya yang merah-merah ini. Atau Ibu mau nilainya jadi warna pink? Ah enggak Bu, saya gak suka warna pink."

"Astaga Prilly, kamu tidak bisa bilang seperti itu ke Ibu, oke kalau kamu mau nilai kamu bagus, seenggaknya di atas KKM, kamu ikut remedial bulan depan."

"Bu, bisa nggak, ngomong nya gak pake kuah?"

"Pri-"

Duk.

Ali menyimpan tumpukan buku yang tadi dibawanya, di meja milik guru yang sedari tadi ia perhatikan sedang bercakap dengan Prilly. Ali tersenyum lebar, bermaksud untuk meninggalkan ruangan itu.

"Ali tunggu," Guru itu memanggil Ali yang telah sampai di ambang pintu, ia reflek berbalik.

"Kamu bisa, jadi guru private nya Prilly?"

Deg.

Prilly reflek menggeleng. Ia tidak mau belajar bersama lelaki yang membuatnya di skors tiga hari. Gara-gara diskors, uang jajannya di potong oleh maminya. Itu buruk sekali, terlebih, menurut Prilly, Ali adalah manusia aneh. Mana mungkin ia bisa belajar dengan lelaki aneh sepertinya?

"SAYA GAK MAU BU, DIA KAN...

... LEKONG"

"Prilly jaga bicara kamu!"

"Maaf Bu, reflek."

"Gimana Ali?"

"Saya terserah Prilly saja Bu,"

Guru itu menggguk senang "Prilly mau kok!"

Prilly melotot.

Guru itu menatap Prilly tajam. "Ini soal nilai kamu Prilly,"

Prilly memutarkan bola matanya kesal. Sebenarnya, kalau nilai-nilai Prilly buruk, itu tak masalah. Hanya saja, guru yang ada di hadapannya ini adalah tante nya sendiri. Bagaimana kalau ia melaporkan soal nilainya pada maminya? Prilly menggeleng. Ia tidak mau semua fasilitas mewahnya dicabut oleh maminya.

"Iya w mau,"

"Bicara yang benar Prilly."

"Maaf Bu, suka gak kerem gitu. Saya kan anak gaul, jadi ya gitu su-"

"Prilly!" Potongnya kesal.

"Iya saya mau."

***

Tbc?! Pendek? Banget? Iya! Wkwkwk.

Oh iyaa yg banyak bilang ceritaku banyak kemiripan sama ini lah, ssma itulah, yg beranggapan saya menjiplak lah atau apalah, itu terserah saja, yang terpenting ini adalah pemikiran murni saya. kalau ada kesamaan, kan' siapa yg tau ya?

Oh iya, silahkan saja tebak bagaimana alur ini, saya sudah menyiapkannya kok.

Dan inget, w itu gak suka sama sesuatu yg berbaur 'maenstream'

Sekiaaan..

Keep vote and comment yaaa

Beautiful Boy VS Dangerous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang