Amzar kembali ke tempat duduknya setelah memesan empat mangkuk bakso.
"Tadi kok Aretta tiba-tiba minta maaf No?" tanya Theo.
"Alvino mana mungkin mau cerita panjang kali lebar, yang ada mendung nanti jakarta," sahut Ravin sambil memainkan ponselnya, tunggu itu bukan ponselnya tapi ponsel Amzar.
"Lo Vin kalo dia bener-bener cerita, nanti mendung terus ujan. Banjir rumah lo sukurin demi," sahut Theo.
"Rumah lo juga bakal banjir dong bego kan kita satu komplek," sahut Ravin.
"Lo berdua debat aja Alvino nggak perduli, liat noh dia malah ngeliatin ibu kantin," ucap Amzar dan itu memang benar.
Ravin dan Theo menoleh lalu memutar bola mata mereka. Cowok cuek.
"Berisik." ucap Alvino
"Dasar cowok dingin."
Tak lama Pak Somat datang membawa empat mangkuk bakso. Menaruhnya di meja, lalu kembali ke asalnya.
Ravin mengambil satu bakso dari mangkuk Amzar saat Amzar sedang mengambil garpu yang jatuh.
"Bakso gue ilang satu nih!" ucapnya lalu melirik Ravin penuh curiga.
"Balikin nggak lo, balikin!" serunya sambil berusaha mengambil sebuah bakso dari mangkuk Ravin yang tentunya sudah dilindungi Ravin dengan tangannya.
"Woi bego udah apa makan aja ribut dulu," ucap Theo lalu memasukan bakso kedalam mulutnya.
"Ganggu lo." ucap Alvino lalu menaruh satu bakso kedalam mangkuk Amzar.
Amzar terdiam sebentar lalu tersenyum pada Alvino yang sedang menegak es teh.
"Dasar lo!" seru Theo sambil melepar tisu ke hadapan Amzar.
●●●●
Aretta menuruni tangga, melangkah menuju ruang makan.
Hanya ada Ibu dan adik laki-lakinya disana. "Pagi!" sapa Aretta sambil mencubit pipi Fatih, adiknya yang baru berumur 3 tahun.
"Pagi Kak aletta" jawabnya. Membuat Sofia, wanita yang biasa dia panggil dengan sebutan Ibu tersenyum gemas.
"Aretta" ucap Aretta membenarkan ucapan adiknya sambil tersenyum nakal pada Fatih.
"Ayah mana Bu?" tanya Aretta sambil mengoleskan selai coklat ke atas permukaan rotinya.
"Udah berangkat, Ayah ada meeting. Kamu berangkat sendiri aja, Ayah tadi pake mobil kantor kok. Jadi kamu bisa pake mobil yang biasa Ayah pake. Oke?" jelas Sofia sambil menyuapi Fatih, karena memang setiap berangkat sekolah Aretta biasa diantar oleh Ayahnya itu dikarenakan kantor Ayahnya searah dengan sekolahnya.
Aretta hanya mengangguk sambil mengunyah rotinya.
"Yaudah aku jalan dulu deh Bu." ucapnya berdiri kemudian mencium kening Sofia.
"Cium dong ganteng," goda Aretta, lalu Fatih mencium pipinya.
Didalam mobil untuk mengusir keheningan, Aretta menyalakan mp3 mendengarkan alunan musik dari Shawn Mendes sambil menunggu lampu merah menjadi hijau.
Ketika lampu sudah berubah menjadi hijau, dia kembali melaju dengan kecepatan standar.
Tak lama, dia merasakan ada yang tidak beres dengan mobilnya. Karena mobilnya perlahan melaju dengan pelan dan akhirnya, mobilnya mogok.
Aretta keluar dari mobilnya, menengok ke kanan lalu ke kiri. Tapi sepi. Dia tidak mengerti tentang mesin jadi percuma saja jika dia membuka cup mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
Teen Fiction[sebagian cerita sudah dihapus] "Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowok dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga sa...