Dia adalah, Alvino Adilan Sabilal
Aretta dkk serempak menoleh lalu membulatkan mata mereka.
Bagaimana reaksi mereka tidak begitu. Pasalnya mereka tahu betul bahwa Alvino adalah cowok yang cuek nan dingin, terkecuali pada teman-teman dekatnya.
Yang ada dibayangan Aretta saat ini hanya satu yaitu. Saat Aretta mengembalikan jasnya maka Alvino akan membuangnya dan menginjaknya. Ah itu mungkin terlalu berlebihan.
Aretta kembali menatap cowok tadi yang diikuti oleh kawan-kawannya. "Lo gila, kenapa nggak ngomong sama gue kalo ini punya dia!" ocehnya sambil melirik sinis
"Ma-maaf, abis tadi pagi lo langsung lari sih."
"Yeh malah nyalahin Aretta lagi lo!" sahut Kayla. Membuat semua mata melihatnya.
"Aretta emang salah Kayla ku sayang," ucap Kyna sambil tersenyum kesal.
"Udah deh Ta, balikin aja nanti lo jelasin sejelas-jelasnya ke dia," saran Teya
Aretta masih terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Lo!" seru Teya mengagetkan cowok tadi "bantuin Aretta buat jelasin."
Cowok tadi menelan saliva saat melihat wajah Teya, "Iya Te-teya," ucapnya yang membuat Teya mengangkat kerah bajunya, "Apa lo bilang Teteya!"
Kayla sontak membantu Kyna untuk melepaskan tangan Teya dari kerah baju cowok tadi.
"Tey santai oke," ucap Kyna sambil menepuk-nepuk pundak Teya.
"Teya bukan Teteya, ngerti lo!" kali ini Teya menegaskan sambil menyilang tangannya
"Iya maaf Te-ya," ucap cowok tadi susah payah.
"Tapi kalo dipanggil Teteya lucu juga kayanya," ucap Kayla sambil mengusap-usap dagunya seakan apa yang baru dia ucapkan adalah hal yang benar.
"Ah udah kenapa jadi ngomongin Teteya," Aretta mengakhiri sebelum Teya membalas Kayla.
Kemudian Aretta melirik sebentar Alvino yang sedang duduk sambil mengelap keringat sehabis bermain basket, mengerjapkan matanya dua kali lalu menghela nafas sebelum melangkah maju mendekati Alvino yang tentunya dibuntuti oleh cowok tadi, sedangkan yang lainnya tetap menunggu disini.
Aretta mendorong cowok tadi saat dia hampir sampai didepan Alvino. Yang nampaknya terlalu kencang atau cowok tadi memang terlalu lemas? hingga dia menginjak sepatu Alvino.
Aretta membulatkan matanya lalu menarik cowok tadi agar berdiri disampingnya, dan menelan saliva sebelum dia bicara.
"Lo Alvino kan?" bodohnya Aretta malah menanyakan namanya padahal sudah pasti dia adalah Alvino.
"Mmm ... maksut gue ini jas lab lo," Aretta menjulurkan jas lab yang ada di tangannya
"Jadi ceritanya tadi pagi, gue pinjem ini sama dia," ucap Aretta sambil menunjuk cowok yang ada disampingnya "terus pas praktek, lo tau Sonya si singa. Dia tiba-tiba numpahin pewarna ke jas lab lo ini dan akibatnya jas lo jadi warna biru dan gue minta maaf banget sama lo karena nggak bisa jaga jas lab lo dengan baik, gue janji gue akan gan-"
"Nggak perlu," jawab Alvino singkat, memotong penjelasan Aretta. Lalu pergi sambil membawa tasnya meninggalkan Aretta begitu saja.
Aretta menyipitkan matanya. "What?- Duh pasti dia marah ya?"
"Maaf ya Aretta, nanti gue bilangin Alvino deh ya," ucap cowok tadi.
"Nggak deh, nggak perlu, biar gue aja nanti. Makasih ya," ucap Aretta lalu kembali ke teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO
Roman pour Adolescents[sebagian cerita sudah dihapus] "Karena gue itu hangat, lo itu dingin. Makanya gue nemenin lo, karena pasti lo butuh kehangatan kan?" ucap Aretta sambil menaik turunkan alisnya. Cowok dingin yang menatap matanya masih memasang muka datar, hingga sa...