By : lianacho
Samar-samar mataku terbuka. Kudengar suara lembut miliknya berbisik mesra di telingaku. Hangat napasnya yang membentur wajahku sangat jelas kurasakan. Serta, belaian mesra dari tangannya, ketika aku tak henti menatapnya penuh kerinduan. Dia tersenyum lalu membenamkan bibir tipisnya pada bibirku yang siap menyambutnya. Membuatnya terjatuh dalam pelukan hangatku.
Cahaya redup yang membawa titik-titik debu menari-nari tengah menyirami wajahku. Mengusik mimpiku tentangnya. Menyadarkanku jika pagi ini, pagi kemarin, dan puluhan pagi yang kulewati, aku terbangun tanpa adanya dia di sisiku.
Kini, pagiku bersamanya t'lah sirna. Setahun setelah dia memilih pergi dari sisiku. Tanpa sebuah alasan, tanpa sebuah kata selamat tinggal.
Membuka tirai. Harapan kecil tentangnya selalu terbesit dalam otakku ; bahwa di langit sana– aku dapat melihat senyum teduhnya padaku. Namun langit tak secerah harapanku. Gurat sendu yang membentang memudarkan anganku.
Wangi kopi yang kuhirup, berhembus bersama udara basah yang menerpa wajah, mengingatkanku tentangnya. Titik-titik embun yang tertinggal di jendela kaca, sekejap aku melihat tulisan dirinya di sana. Tulisan tentangku dan dia. Tentang malam panjang yang kami lewati bersama dalam kehangatan, dalam belaian dan sejuk kasih yang nyata.
"Malam yang indah, dalam pelukanmu hingga aku tertidur. Aku mencintaimu, Kyu." Bohong! Suara hatiku yang terluka selalu berkata seperti itu. Namun ada sisi yang lain dalam diriku berkata 'bahwa aku juga mencintainya, dan aku akan menunggu sampai dia kembali lagi padaku.'
Waktu menunjukkan pukul 08.45. Aku bergegas meninggalkan dorm, meninggalkan segala kenangan tentangnya, mengalihkannya dengan cara terbaikku ; menyibukkan diri. Memasang topengku sebagai seorang bintang.
Manager menungguku di studio rekaman. Ada rekaman lagu untuk album pertamaku, sebagai debut awalku bersolo karir. Terlepas dari anggota lain, namun tak membuatku menyingkirkan identitasku sebagai magnae Super Junior. Aku tetaplah Cho Kyuhyun, member ketiga belas mereka.
"Pundi-pundi uang terus mengalir kepada kami. Dan kau hanya perlu bekerja keras untuk mempertahankan bintangmu." Itu kalimat yang selalu bercokol dalam benakku. Para pejabat di label selalu mengatakannya. Aku muak, dan kabar baiknya, aku tak peduli. Karena segalanya menjadi tak berarti lagi setelah dia memilih pergi.
Setelah proses rekaman berakhir, aku memiliki wawancara makan siang. Dua hal yang mengapit perasaanku. Musik, bernyanyi, menciptakan lagu, merupakan hal yang kusukai. Membicarakan musik, hal yang kuciptakan tentangnya, merupakan hal yang kubenci.
"Aku dengar dalam track albummu, ada lirik yang mengisahkan tentangmu. Fans akan menaruh banyak perhatian jika itu benar."
Aku akan mudah gugup jika setiap sesi wawancara, selalu ada pertanyaan yang berhubungan dengannya.
"Tentangku? Bukankah itu selalu menarik?." Aku tertawa lebar, menyamarkan kegugupanku. Ceritaku tentangnya menjadi sebuah lagu dalam track albumku. Kubiarkan ia menjadi laguku tanpa ada seorang pun yang tahu. Karena keberadaannya sangat berarti bagiku. Dan aku. Yang dapat kulakukan hanya melindunginya secara diam-diam. Dunia tak perlu tahu siapa sosoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan One Shoot
Roman d'amourMy Though Your Memories Pernahkah kau merasakan saat duniamu tak lagi berarti? Saat kau merasa waktu telah mengkhianatimu, bahkan setelah kau tahu bahwa waktu tak pernah salah. Waktu selalu berputar, dan kau masih berdiri menatap kebelakang, tenggel...