Prolog: Diantara bunga api warna-warni dan bintang-bintang yang kesepian

162 1 0
                                    



Dentum bunga api terakhir pecah disusul dengan lesatan cahaya yang mekar di langit malam. Seorang gadis berdiri sendirian di beranda lantai dua sebuah rumah besar. Menatap kosong pada langit yang hingar bingar. Udara dingin, gadis itu merapatkan cardigan abu-abu yang dipakainya, sementara sebelah tangannya lekat mendekap sebuah buku bersampul cokelat. Sesaat kemudian ia menghembuskan nafas. Lambat dan berat. Hanya Tuhan yang tahu seberapa kacau pikirannya sekarang.

Perempuan 20 tahun itu mengalihkan pandangan ke dalam kamar yang terhubung langsung dengan beranda. Seorang perempuan paruh baya telah nyenyak terlelap di tempat tidur ukuran besar yang terdapat di dalam kamar. Aroma alkohol tercium jelas dari tubuhnya, sepasang matanya pun coreng-moreng oleh sisa maskara yang luruh bersama air mata. Kelihatan jelas bahwa perempuan itu baru saja menangis hebat.

Gadis di beranda menimang-nimang buku bersampul cokelat yang sedari tadi ia dekap. Betapa anehnya menemukan hening setelah hingar bingar yang membuat pening. Matanya mencari-cari bintang yang tidak kelihatan. Nihil! Langit malam itu keruh, sama seperti isi kepala gadis itu. Angin dingin berhembus dan seketika itu juga giginya bergemeretuk, sepasang bintang mengerjap samar diantara awan-awan hitam sebelum akhirnya tertutup lagi oleh awan yang lain. Ragu-ragu ia memberanikan diri membuka halaman pertama buku itu dan menemukan sederetan huruf dalam bahasa yang tidak ia pahami. Gadis di beranda menghela nafas lagi.

Entah apa yang harus dilakukannya setelah ini.


Winter Sun (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang