Ranska Ayli menggenggam pegangan kopernya dengan rasa bangga. Nafasnya terhela lega. Tepat di sisi lain jalan, sebuah bangunan dengan aksen batu alam cokelat pada dinding luarnya bediri muram. Tujuh keping huruf konsonan kontras berkilauan di salah satu dinding yang tepat menghadap jalan, terpampang berdekatan dengan pagar : Lyhty Ry.
Kepala Ayli kembali menerka-nerka cara melisankan ketujuh keping konsonan itu. Bahkan sejak dua bulan lalu saat ia mendapat kabar penempatan dalam salah satu program relawan di Finlandia, Ayli masih belum yakin seperti apa cara yang benar menyebutkannya. Menurut aturan dalam bahasa Suomi, huruf Y dilisankan pertengahan antara huruf u dan i, dirinya pernah mencobanya beberapa kali, meskipun aturan tersebut kedengaran sungguh absurd: Luihtui Rui(?)
"Hej.. Mitä sinä teet täällä? Voinko auttaa sua?" [terj: hei, kamu lagi ngapain? ada yang bisa dibantu?]
Sebuah suara berat dalam bahasa asing yang sejak di bandara tadi memenuhi telinga Ayli membuyarkan lamunan gadis itu. Sesosok perempuan duduk di kursi roda sedang menatap dirinya dengan penuh tanda tanya.
Ayli mengigit bibir, bahkan meski gadis di hadapannya mengulang perkataan tersebut dalam slow motion, Ayli yakin tetap tidak ada satu patah kata pun yang dapat ia cerna.
Dengan putus asa, Ayli hanya mampu mengangkat telunjuknya ke arah bangunan di seberang jalan, "Luihtui Rui?" tanyanya dengan ekspresi tidak yakin. Kekhawatirannya bukan terhadap bangunan yang ditunjuknya, melainkan pada cara ia mengucapkan nama tempat itu.
Gadis itu tersenyum cantik, "Aaahh, you mean, Luehtue Rue!" serunya melafalkan u dengan sangat aneh, seperti ada huruf e tak kasat mata yang menyelip di sela gigi-giginya.
"Aku tinggal di sana," tambah gadis itu dalam bahasa Inggris, cukup cerdas untuk paham bahwa Ayli tidak mengerti bahasa Suomi.
"Ah, puhutko englantia?" [terj: kamu bisa bahasa Inggris] Ayli melontarkan salah satu kalimat dalam bahasa Suomi sederhana yang dihapalnya sejak ia masih berada di Indonesia, untuk berjaga-jaga, selain kata hai, permisi, dan terima kasih.
"Kamu dari Indonesia?" tanyanya dengan bahasa Inggris yang canggung sembari menatap koper besar yang Ayli bawa,
Ayli mengangguk heran. "Aku Ayli, Ranska Ayli."
"Noniin, jadi kamu volunteer baru itu kan?" mata biru gadis itu menyala. "Aku Elsa. Welcome to Finland, Ayli. Susah nggak nyari tempat ini?"
"Enggak kok, aku ada peta, hehe" kata Ayli tersenyum lebar sambil memamerkan kertas yang hampir hancur di tangannya.
Elsa menatap kertas malang di tangan Ayli sambil tertawa. "Yaudah, yuk masuk. Sini aku anterin kamu ke Mirku, dia bakal seneng banget ketemu kamu" tambahnya sembari melajukan kursi roda menyebrangi jalan. "Eh iya, gimana perjalananmu tadi? Lancar?"
Pertanyaan Elsa membuat Ayli terdiam di halaman, mata cokelatnya menatap Elsa tidak yakin. "Well...umm....."
####
Flughafen Zürich, Switzerland, dini hari.
"Wah, kamu mau ke Finlandia? Ngapain?" tanya lelaki paruh baya berseragam hitam tanpa melepas pandangan dari resident permit card milik Ayli.
Mau cari ayah saya, sahut Ayli cepat, kalau saja ia bisa mengatakannya keras-keras.
"Saya akan ikut program relawan selama setahun di sana. Anda mau lihat surat sponsor saya?" Ayli mengamati pria paruh baya di hadapannya. Umurnya mungkin telah lewat 40, kepalanya plontos botak licin tanpa rambut sehelai pun, badannya kekar dan besar, namun anehnya senyumnya menyenangkan. Kalaulah dirinya nanti bisa menemukan ayahnya, mungkin ayahnya seusia pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Sun (On Going)
RomanceRanska Ayli datang ke Finlandia dengan harapan menemukan ayahnya, menemukan akar sejarahnya. Berkedok sebagai sukarelawan di rumah sosial bernama Lyhty Ry, yang artinya cahaya lilin, petualangan Ayli pun dimulai. Siapa sangka, di negeri kulkas denga...