*9

2.1K 107 2
                                    

"Hey" Seseorang terduduk di kursi yang berhadapan dengan Zahra.

Zahra menatap aneh orang yang tiba tiba duduk dihadapannya.

"Ga keberatan kan kalau gue duduk disini?" Tanya Zaki

"Sedikit" jawab Zahra singkat

"Yah, gapapa deh untung sedikit"
Zahra tidak mengubrisnya alih alih ia hanya menyesap minumannya.

Hening,

Mungkin Zaki lelah dengan keheningan ini dan dia memutuskan untuk angkat bicara.
"Oh iya. Sebagai sepupunya Firly, gue minta maaf atas perlakuan dia ke lo"

Zahra mengangguk "udah gue maafin"

"Dia sebenernya ga jahat kok. Dia ga suka aja kalau ada yang ngeganggunya"

Zahra sudah muak membahas masalah Firly, jelas jelas bukan Zahra yang mengganggu atau memulai duluan, namun Zahra berusaha untuk menahan emosinya dan tidak mempedulikannya.

"Ooh"
Zahra menyesap minumannya sampai habis lalu bergegas untuk pulang ke rumah.

"Mau kemana?" Sergah Zaki

"Pulang lah"

"Naik apa?"

"Bus"

"Lo ga bakal bisa dapet bus"

"Kenapa?"

"Ini udah kesorean. Bus udah ga ada yang lewat"

Zahra melihat jam ditangan kirinya, benar saja, dia sudah terlalu lama berada di cafe itu sampai ia lupa waktu dan tertinggal bus.

"Gue anterin aja ya" ajak Zaki

"Gue naik taxi"

"Jhh, taxi ga lewat sini ra. Kalau mau naik taxi, jalannya jauh. Gimana?" Ajak Zaki lagi. Zahra sedang menimang nimang antara ikut atau tidak.
"Kalau ga mau yaudah gapapa. Awas sampe rumah kaki lo bengakak" Zaki melangkahkan kakinya keluar cafe.

Zahra tampak berpikir pikir lagi.
Namun, tidak ada pilihan lain, mau tak mau ia terima ajakan Zaki.

Zahra yang baru sadar bahwa Zaki sudah berada dimotornya, buru buru ia menghampiri Zaki.
"Anterin gue pulang!"

"Tapi gak gratis"

Dengan cepat Zahra menjawab "Ga jadi!" Zahra berniat untuk menjauh dari Zaki, namun langkahnya tertahan olehnya.

"Gue bercanda kali" Zahra tidak mengubrisnya.
"Cewe demen nya sama yang gratisan" ujar Zaki pelan. Namun kata itu terdengar oleh Zahra walau sedikit samar

"Apa!"

"Nggak! Udah buruan naik"
Dengan perlahan Zahra naik ke motor Zaki.

Ini adalah kesempatan yang mungkin paling berharga bagi Zaki, yang biasanya ia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, kini menjadi kecepatan yang sangat lambat. Jika dibandingkan dengan mengendarai sepeda, lebih cepat mengendarai sepeda.

"Lo bisa ngendarain motor ga sih?" Tanya Zahra yang sudah tak tahan dengannya

"Bisa lah. Kenapa emangnya?"

"Pelan banget"

"Pelan lebih selamat dibanding cepet tapi ga selamat. Lo mau milih yang mana?" Zahra terdiam
"Lo mau kecepatannya gue tinggiin? Tapi gue ga bisa jamin kalau kita selamat atau engga" jelas Zaki dengan senyum piciknya

"Bodo ah"

Akhirnya yang Zahra tunggu tunggu sampai juga. Ia susah sampai tepat didepan rumahnya. Dengan sigap Zahra turun dari motor Zaki dan langsung masuk kedalam rumah tanpa berterimakasih kepada Zaki. Mungkin Zahra merasa kesal kepadanya.

Cool Boy & Cold GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang