Keempat sahabatku mengikuti hingga kakiku berhenti tepat di depan laki-laki yang berdiri dengan melipat kedua tangannya di dada. Hujatan kesal sebentar lagi pasti akan ku dengarkan.
1 2 3 .......
Dooorrrr
"Kenapa bawa pengawal Bu ketua suku?" Dengan santainya Alan bertanya hal itu, padahal aku sudah siap-siap tutup telingaku.
"Aku bukan ketua suku yah kak, mereka juga bukan pengawalku."
"Sudah? Aku gak ada waktu banyak. Nanti jam 5 harus berangkat ke Malang."
"Hah? Secepat itu kak? Ada keperluan apa lagi? Aku pikir kamu akan menghabiskan sisa umurmu di sini."
"Bidadari surgaku ada di Malang, kalau aku habiskan di sini bagaimana nasib bidadari surgaku?" Kata Alan sambil menggagahi maticnya.
Keempat sahabatku saling bertatap mata. Tak mengerti sedang menonton drama genre tak jelas.
"Kalian mau ikut ke toko buku gak?"
"Yawlaa neng, lagi kere gini kau ajak ke toko buku. Iya kalee kalau pangeran tampan kamu itu mau borongin novel." Ucap Irfi sambil melirik ke arah Alan yang siap menarik gas maticnya.
"Ya udah besok ketemu lagi aja yaa, aku cabut dulu. Assalamu'alaikum..." Aku segera naik, takut kena semprot sialan. Cowok yang super nyebelin, susah ditebak, dan moody kadang bunglon pula. Nyebelin apa suka?
Yawlaa dia kakakku bukan gebetan. Pamali suka sama kakak sendiri. Meski aku telah mengetahui rahasia terbesar yang ditutup rapat-rapat oleh Mamaku. Rahasia yang sangat menyesakkan dada hingga susah napas dan rasanya aku ingin mengakhiri ini segera. Ku buang jauh-jauh pikiran yang menghalangi langkahku. Alan sudah memarkirkan motornya di depan toko buku langgananku. Dengan cepat aku masuk dan merapat ke rak novel yang selalu ada di barisan paling depan.
"Dek, katanya mau skripsi kok masih saja ngelirik novel, aku kira kesini mau beli buku induk atau metode apalah gitu." Gerutu Alan mulai kek emak-emak.
"Diem kamu Lan! Aku beli juga pakai uang aku sendiri, bukan uang kamu!"
"Oiyaah yakin itu uang kamu sendiri?"
Duh malah tersudut ini mah, sudut segi lima tak beraturan.
"Dapat uang dari mana kamu? Kerja kagak? Ngutil iya!" Hardiknya. "Usia sudah segitu tuanya masih berpangku tangan ngarep uang jatuh dari langit? Helloooww ini dunia nyata bukan dunianya Doraemon yang ubek-ubek kantong langsung bisa pergi ke masa depan!!!!"
"Bawel banget deh kamu ini! Tahu gini aku pergi sendiri, mending kamu berangkat sana temui bidadari surga kamu!!" Aku tak bisa tahan emosi. Moodku seketika rusak saat mendengar Alan mengatakan bidadari surganya.
Aku mengacuhkannya dan sibuk melihat-lihat novel atau sekedar membaca sinopsisnya lalu mengembalikannya. Sepuluh menit berlalu aku sadar dan menoleh ke belakang tak ada my savior. Mataku bergerilya mencari laki-laki yang ku ingat masih memakai kemeja biru langit. Tapi nihil. Kemana kamu? Instingku membawaku berlari keluar toko dan habis sudah aku, motornya tak ada di parkiran. Oh God! Aku pulang naik apa? Di kota ini tak seperti kota sebelah yang dengan mudah mencari angkot.
Kacau!! Hari ini benar-benar kacau!
Alan : aku langsung berangkat ke Malang, niatnya mau naik kereta tapi udah gak sabar, udah kangen berat. Aku sudah minta sopir mama buat jemput kamu. Tunggu di situ!
Yawlaa begini amat nasib saya. Nasib yang selalu sendiri.
Aku tak membalas chatnya dan terpaku duduk di tepian jalan. Laki-laki itu benar-benar tak bertanggungjawab. Aku masih berdecak kesal mengingatnya.
Tak lama sopir Mama datang tanpa berkata apapun aku langsung masuk ke mobil dan mematung di sana sambil menatap tepian jalan.
"Non, hp-nya bunyi terus non!" Kata pak Arkhan menyadarkanku. Ku geser tombol hijaunya.
"Assalamu'alaikum...."
"Iya benar, ada apa ya?"
"Apa?? Kak Alan kecelakaan dan kritis?" Seketika tubuhku lemas dan pak Arkhan mengurangi laju mobilnya.
"Pak langsung ke rumah sakit Bhayangkara ya..!" Perintahku! Aku mencari nomor Mama dan segera mendial.
"Non, jangan panik ya, kita berdo'a agar mas Alan tidak apa-apa."
Aku segera masuk dan diikuti oleh pak Arkhan.
"Sus, dimana kakak saya sus? Yang katanya kecelakaan, cepat sus beri tahu saya! dimana?" Cerososku.
"Mba, tenang dulu ya? Apa kakaknya bernama Alan Ahsan Al-Ghifari?"
Aku mengangguk. "Dia sudah dipindahkan ke kamar inap Kamboja A1. Mba lurus saja lalu belok kiri! Oiya mba ini barang-barang mas Alan!"
Setelah ku terima tas kak Alan dengan cepat langkah kakiku menuju kamar itu. Kini aku telah menemukan batang hidungnya.
"Yawlaa Lan, jantungku mau copot, persendian sampai mau lepas kamu malah enak-enakan video callan sama bidadari di surga. Aku kira kamu sudah nyusul bidadarimu ke surga!"
"Husstt ngawur kalau ngomong difilter dikit napa? Bukannya ditanya keadaan malah ngatain sembarangan."
"Aku udah tau keadaan kamu, kenapa harus tanya? Pantesan mama gak mau datang ke sini, pasti sudah tahu kalau dikerjain ma anak kesayangannya. Huuufffttt. Kamu masih mau di sini? Gak mau jemput bidadari kamu di surga?"
"Terus aja ledek!!! Aku gak bisa kabur gitu aja dari sini bego'!?"
"Kenapa? Tersangka ya? Ada polisi? Motor kamu sampai dibawa polisi?"
"Yawlaa dek emang aku apaan? Aku anak baik-baik ya gak langgar peraturan kek kamu!"
"Ayoo lah pulang sekarang kak! Kita harus bicara di rumah. Aku sudah minta pak Arkhan urus adminnya."
"Aku tahu kok kak kamu bilang gak bisa kabur karena kamu lagi gak punya uang kan buat bayar rumah sakit?" Sambungku yang mendapat hadiah jitakan dari sialan.
"Aku ini direktur yaa, uang aku banyak! Gak kek kamu pengangguran!!" Bantahnya
"Direktur kere!! Rela mati muda buat dapetin bidadari surga. Bangun kak!! Bidadari surga, kamu cari di jaman seperti ini! Yang ada cabe-cabean itu banyak murah lagi, eh sekarang lagi mahal-mahalnya yaah?" Ucapku asal.
"Seharian makan apa sih? Begitu amat mulutnya..yaudah ayok kita pulang! Motorku di bengkel."
"Kode keras atuh itu Non, mas Alannya minta mengambilkan kalau sudah beres, ujung-ujungnya saya yang bayar." Kata pak Arkhan membuatku menahan tawa tapi tak bisa dan langsung lepas gitu saja.
"Whahahaa....Bener itu pak, bapak peka banget dengan kode-kodean gitu! Ajarin dong pak, ajarin ngode dan peka kodean biar bisa sehati!" Kataku.
"Wahh non kalau kode-kodean mending suruh mas Alan yang ngajarin, saya ini cuma korban dari mas Alan loh!"
"Yaa Allah yaa Rosul, jujur banget pak? Ada saya lo pak?" Kata Alan sok kalem.
"Heheehe maaf mas!" Kata pak Arkhan nyengir kuda.
"Lagian kamu juga dek mau ngodein siapa? Percuma juga kamu ngasih kode kalau dianya kelilipan."
Dengan cepat aku memanyunkan bibirku dan berjalan di belakang Alan dan pak Arkhan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Singlelillah
SpiritualJodoh bukanlah barang hilang yang harus ditemukan tapi jodoh itu dipertemukannya dua insan yang terpisah jarak dan waktu selamat bertemu jodohmu, singlelillah