Chapter 1

8K 294 3
                                    

“I will miss you too

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“I will miss you too.”
“Ok, Bye.”
Aku menutup ponselku.

Akhirnya untuk pertama kali setelah lima tahun aku akan kembali ke Jakarta. Rasanya campur aduk. Aku akan meninggalkan Melbourne yang telah menjadi rumah keduaku, untuk kembali tinggal di Jakarta.
Banyak kisah terkubur di tempat itu. Kisah ku. Selama lima tahun aku mengasingkan diri di Melbourne rasanya hidupku damai. Entah apakah hidupku akan kembali jatuh bangun ketika aku kembali ke Jakarta.
Setiap kali  memikirkannya, aku merasa sedikit ragu-ragu. Tapi toh aku sudah memutuskannya. Aku akan menghadapinya. Apapun yang akan Jakarta berikan padaku, aku akan menerimanya.

Sebulan sebelum rencana kepulanganku ke Jakarta, aku menerima kabar gembira dari sahbat karibku, Andrea dan Dion. Mereka akan meresmikan hubungan mereka dalam sebuah pernikahan. Momen yang menjadi favoritku, ever after.

Berbagai perasaan berkecamuk dalam benakku beberapa minggu terakhir. Bahkan setelah aku menerbangkan barang-barangku ke Jakarta untuk pindah. Tapi aku cukup senang, karena aku akan menghadiri pernikahan Andrea. Bahkan dia mempercayakanku untuk menjadi pendamping perngantinnya. Tidak pernah kubayangkan aku akan mejadi seorang pendamping pengantin.
Aku sudah menyiapkan kado pernikahan untuk mereka. Sepasang jam tangan dengan merk cukup terkenal. Aku menyimpannya dalam kotak di dalam rangsel yang ku bawa. Kuharap mereka akan menyukainya.
***
Persiapan kepulanganku ke Jakarta sungguh mernguras enenergiku. Aku begitu kelelahan, mulai dari pengepakan, menerbangkan barang-barangku ke Jakarta sampai mengurus pekerjaan kantorku sebelum aku resign.
“oh, rasanya tulang-tulangku bergeser dari posisinya. Semuanya terasa sakit.” Gumamku dalam hati.

Aku merosot dari tempat dudukku di kursi tunggu bandara. Mendengarkan musik melalui ponselku, kupasang hadsfree dan terlarut dalam launan musik klasik yang menenangkan. Kupejamkan kedua mataku, menikmati alunan musik yang menghipnotisku. Aku semakin dalam, tenggelam dalam gelap.
Tiba-tiba mataku terbuka rasanya, aku melihat sebuah altar berhiaskan buga putih dan sepanjag lorong itu bertaburkan buga mawar putih. Pita-pita juga berwarna putih terikat manis di kursi tepi lorong, sepanjang lorog itu. Aku ternganga memandangi semua ini.

Seorang pria dengan tuxedo berwarna hitam tampak berdiri di ujung lorong. Alunan musik dari sebuah piao melantunkan Canon in D, membuatku bergidik. Sugguhkah ini hari besarku?
Aku begitu terkaget karena hanya aku yang berdiri di luar, mendapati diriku dalam balutan gaun putih yang indah. 
Aku ragu-ragu untuk melangkah masuk. Tapi pada akhrinya kuberanikan diri untuk berjalan perlahan masuk melalui lorong yang indah itu. Aku berjalan seangun yang aku bisa, dan anehnya aku merasa bahwa diriku begitu cantik dalam balutan gaun putih memegang buket buga lily degan warna senada. Aku menjadi pusat perhatian.

Semua orang yang kukenal memandangku dengan kagum dan tersenyum bahagia. Ada ayah dan ibuku duduk di bangku paling depan, juga bosku yang galak. Maksudku mantan bosku yang sangat bossy dan galak juga hadir. Dia bahkan memberikanku senyum terbaiknya. Seperti ratusan kupu-kupu terbang menari-nari di dalam diriku saat ini.
Samar-samar sinar mentari menembus masuk ke ruangan itu membuatku menyipitkan mata untuk menghalau sinarnya. Aku berjalan dan terus berjalan, musik semakin merasuk dalam tulang-tulangku, dan aku semakin bahagia. Darah berdesir dan aku mejadi sagat gugup saat aku tiba di depan altar itu. Aku memutar tubuhku utuk memandang pria di depaku, tapi cahaya matahari begitu meyilaukan, aku bahkan tak dapat melihat wajah pria itu, pegantinku.

Clara & Christ #Googleplaybook #JE Bosco PublisherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang