1. SEBUAH KEJUTAN

258 18 2
                                    

🍁🍁🍁

DEK, bangun. Bangun, woi!"

Pria bertubuh tinggi itu berusaha membangunkan adiknya yang masih tertidur pulas di atas ranjang. Andrean menarik selimut tebal yang menutupi tubuh Tyas. Tetapi gadis itu malah menarik kembali selimutnya, membuat Andre geleng kepala.

"Lima menit lagi, Bang. Tyas masih ngantuk."

"Kebo amat dah adik gue. Bangun!"

"...."

"Abang hitung sampai lima. Kalau nggak bangun juga. Abang cium, nih."

"...."

"Satu."

Tak ada respon.

"...."

"Dua."

'Ini bocah-- Sabar, Ndre. Dia itu adikmu. Sabar.'

"...."

"Tiga."

"...."

"Empat!"

Merasa terganggu dengan suara kakaknya, gadis cantik itu perlahan membuka mata. Iris hazel miliknya melebar melihat kaki kanan Andrean berada tepat di depan wajahnya. Bahkan jempol kaki pria itu hampir menyentuh bibirnya.

"BANG ANDREE!"

Ia langsung bangun dan melemparkan bantal guling nya ke arah lelaki yang tengah berdiri di samping ranjang itu. Andre tertawa keras sambil memegangi perutnya.

"Abang udah gila?!"

"Gue yang gila karena harus bangunin kebo kayak kamu tiap pagi."

"Abang kan bisa pakai cara yang lebih halus. Apa-apaan itu-- Bang Andre mau bunuh Tyas?!"

"Cara halus? No. Gue yakin sejuta persen nggak bakal mempan buat kebo kek lo."

"Tetap aja--"

"Udah ngocehnya? Buruan mandi sana. Abang tunggu di bawah."

"Bentar, Bang. Tyas--"

Tyas semakin merasa kesal ketika kakaknya itu menutup pintu kamar tanpa mendengarkan ucapannya tadi sampai selesai. Ia kembali melemparkan bantalnya ke arah pintu. Dia benar-benar kesal. Semua gara-gara kakaknya. Andrean.

***


Tyas tengah sibuk membenarkan simpul tali sepatunya. Hari pertama berangkat sekolah setelah liburan panjang semester genap. Gadis dengan surai hitam itu merindukan teman-temannya dan juga suasana sekolah. Uang saku juga, tentunya. Terlalu lama di rumah, dia tak mendapatkan jatah sama sekali.

'TOK! TOK!'
Ia menoleh ketika mendengar suara ketukan di pintu. Pintu kayu itu terbuka. Tyas menangkap sosok pria dengan tubuh tinggi yang kini menyandarkan punggungnya ke pintu. Kemeja biru tua dibalut dengan setelan jas hitam membuat sang sulung keluarga Yudhistira itu terlihat tampan dan gagah.

"Ayo sarapan. Udah selesai, kan?"

"Bentar, Bang."

Tyas meraih tas ransel warna biru dongker yang menggantung di dinding kamarnya. Setengah berlari ia menghampiri kakak lelakinya itu. Tyas langsung bergelayut manja di lengan Andre. Kebiasaannya sejak kecil. Ia tidak ingin jauh dari kakaknya.

Salah satu alasan kenapa Andre masih jomblo sampai sekarang. Semua orang yang melihat mereka berdua mengira keduanya memiliki hubungan khusus. Padahal kenyataannya, mereka berdua adalah saudara kandung. Tapi Andre tak mempermasalahkan hal tersebut. Dia begitu menyayangi adiknya.

NIKAH MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang