3. PERTEMUAN

158 15 0
                                    

TYAS duduk di tepi ranjangnya. Gadis itu benar-benar belum siap. Matanya mulai memanas. Air matanya sudah tidak bisa ia bendung. Isakan demi isakan keluar dari bibirnya.

Tiba-tiba seseorang memeluknya dari samping. Tanpa menoleh, Tyas bisa mengenali aroma ini. Tangan kekar Andre menarik kepala Tyas agar bersandar di bahunya. Ia membelai lembut surai hitam milik Tyas. Gadis itu masih menangis.

"Abang tau ini terlalu cepat dan mendadak buat kamu."

"...."

"Tapi kamu perlu tahu, Dek. Mereka sudah berkorban banyak untuk keluarga kita. Mereka keluarga yang baik."

"...."

"Waktu perusahaan milik Papa hampir bangkrut, Pak Brian yang membayar semua hutang dan kerugian perusahaan kita. Kalau tidak ada Pak Brian, mungkin kita sudah tidur di jalanan sekarang."

"Jadi, Papa jual Tyas?!"

"Bukan."

"Terus apa, Bang!?"

"Kalau masalah perjodohan ini, sebenarnya sudah direncanakan sejak kamu masih kecil."

"Eh-- Kenapa bukan Bang Andre aja yang dijodohin? Kenapa harus Tyas?"

"Anaknya cowok semua. Masa iya Abang 'jeruk makan jeruk' ?"

"Hehe. Aku kan nggak tahu."

"Nah gitu dong ketawa. Jangan nangis lagi. Cantiknya ntar ilang lho."

"Apaan sih."

"Calon suamimu abang jamin TOP banget, Dek."

"Abang tau darimana?"

"Karena dia sohib abang."

"APA? JADI TYAS MAU DI NIKAHIN SAMA OM-OM!?"

Jitakan keras dari Andrean mendarat mulus ke kepala Tyas. Pria itu tidak tidak terima Tyas menghina dirinya dan sahabatnya yang notabene calon suami gadis itu dengan sebutan om-om. Sangat tak masuk akal.

'Gue masih ganteng gini padahal. Dasar,' batin Andrean.

"Aduh!"

"Sapa yang lu panggil om-om? Abang belum se-tua itu, Kebo."

"Bukan begitu, Bang. Berarti jarak umurnya jauh dong sama Tyas?"

"Kamu nggak inget sama David, Sahabat abang pas SMA, Dek?"

"Yang mana?"

"Padahal dulu kamu kalo dia dateng kesini, pengennya minta gendong si-David. Terus manggil dia 'Kak mphit'"

"Eh? Kapan kok Tyas lupa?"

"Waktu itu kamu masih kelas tiga SD."

"Aduh! Masih nggak inget, Bang."

"Tidur aja deh. Udah malem ini. Besok kita sibuk lho."

"Bang, temenin adek bobok, ya."

"Hm?"

"Hehe. Tiba-tiba, Tyas kangen nih sama Abang."

"Ya udah. Awas aja lo kagak merem."

"Iya, bawel amat sih."

Andrean pun naik ke atas tempat tidur dan berbaring. Tyas melakukan hal yang sama. Ia tidur di samping Andrean sambil memeluk erat pinggang kakaknya.

"Good night, My Sister."

***

Pagi harinya, Tyas dan Andrean sibuk bersih-bersih rumah. Hari ini adalah hari minggu, sekaligus nanti malam ada acara perjodohan antara keluarga Yudhistira dan Keluarga Sebastian. Mama Ratna pergi ke pasar untuk belanja bahan makanan, sedangkan Papa Galih pergi ke kantor. Apalagi hari ini anak sulungnya sibuk di rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIKAH MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang