Cinnamon Roll: Yang Harus Kulindungi

17 0 0
                                    

Day #1: Kekasih Idaman
(FANFICTION of Honeyworks Series)

- - -
"Uwaaahhh!!!!"

GUBRAK

Nyaring sekali suara jeritan Koyuki saat kaki kirinya mendahului kaki kanan saat hendak meminjakkan kakinya dilantai dasar. Tidak cukup sampai tubuhnya saja yang mendarat keras dilantai, satu tong besar berisikan sampah-sampah kering ikut berceceran didepannya, efek dari jatuhnya yang heboh. Malu sudah bukan lagi perkara, sakit mendahului, dagunya terasa ngilu akibat tebentur keramik, lebih daripada kakinya.

Murid kelas satu yang berdiri di depan pintu kelas, seketika saat bunyi itu terdengar menghentikan aktifitasnya. Diam, memandangi kakak kelas mereka yang membuat keributan. Tak banyak yang mengenali Koyuki sebenarnya, yah, siapa juga yang ingin berteman dengan laki-laki yang tampak lemah dan penuh aura "kewanitaan"; rambut panjang menyentuh bahu dengan poni menutupi mata, baju lengan panjang rapi dikancing dibagian lengan (bahkan saat musim panas pun ia masih menggunakan baju itu!), kacamata bulat besar pula. Tidak di bully saja sudah bagus.

Sepuluh detik kemudian dalam keheningan yang masih terjaga, anak perempuan perkasa berambut pirang yang dikucir model pigtail maju ke depan, lebih tepatnya, ia sengaja keluar dari kelas diujung lorong hanya untuk mendatangi Koyuki yang masih jatuh tersungkur. Tangannya dilipat disamping pinggangnya, kakinya terbuka lebar, hingga roknya yang pendek semakin tersingkap ke menyentuh pahanya. Teriak. Gadis itu tanpa malu, menertawakan kakak kelasnya.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA, PAYAH."

Koyuki mengangkat kepalanya memandang ke arah suara diatasnya, sejujurnya dia tidak tahu siapa orang itu. Aah, dia pernah beberapa kali bertemu mata dengannya, tapi tak pernah bicara. Anak kelas satu, adik kelas yang lebih muda dua tahun darinya, harusnya dia marah karena ditertawakan keras begitu, kenyataannya, ia hanya diam atau lebih tepatnya memandang bingung pada anak perempuan yang sekarang mulai menunjukknya dengan tidak sopan sambil tertawa dan menghina.

"HAHAHA PAYAH, baru membawa tong sampah saja sudah jatuh! Hahahaha, dasar laki-laki lemah!"

"A-ah... itu..."

"Lihat! Sekarang lantainya jadi berantakkan lagi gara-gara senpai (panggilan untuk kakak kelas) menumpahkan sampahnya, cepat bereskan!"

"I..itu, tolong, kakimu..." wajah Koyuki mengeluarkan semburat merah, seiring dengan gerakan sombong yang dilakukan si perempuan kelas satu.

"Ada apa dengan kaki--" gantian, murid kelas satu itu yang sekarang berwajah merah bagaikan tomat, buru-buru kedua tangannya menyingkapkan roknya ke bawah, "Kau lihat-lihat ya!!"

"Tidak.. itu... aku tidak lihat apa-apa, cuma..."

"Sen... pai....."

Koyuki serta merta berdiri dari lantai dan bersiap untuk lari, bersamaan dengan anak kelas satu yang menarik sapu dari anak lain disebelahnya. Adegan kejar-kejaran tidak terhindari lagi, keduanya menyusuri lorong dan membuat kegaduhan dengan teriakan "maaf" dan "tidak akan kumaafkan" sampai mereka berdua dipaksa behenti oleh guru yang menarik keduanya untuk bersalaman dan saling meminta maaf di sofa ruang guru.

"Hina, Setoguchi Hina," gadis itu memberi tahu nama dan kelasnya pada guru yang memaksa keduanya duduk bersebelahan.

"Koyuki Ayase," murid kelas tiga itu menambahkan.

Itulah perkenalan pertama Koyuki dengan Setoguchi Hina, dari nama dan kelasnya. Namun, bukan yang pertama bagi Hina, gadis itu sudah jauh mengenalnya sebelum mereka berdua sama-sama dihukum untuk membersihkan lorong setiap lantai selama satu minggu penuh.

---

Hari berikutnya dan berikutnya, jauh setelah hukuman membersihkan lorong selama satu minggu itu usai, tak banyak yang berubah dari hubungan Koyuki dan Hina selain keduanya sudah saling tahu nama dan kelas masing-masing. Koyuki masih menganggap, perempuan itu sebagai adik kelas yang kebetulan sering ia temui disela-sela waktu sekolah; jam istirahat, menjelang pulang saat ia sedang ditaman megairi bunga milik klub berkebun, atau saat kebetulan saja ia melewati lorong anak kelas satu menuju ruang guru. Hina pun tak ubahnya, menganggap laki-laki itu sebagai idolanya, orang yang ia kagumi dan... ia cintai, sama seperti sebelum insiden hukuman itu terjadi, pun reaksi yang diberikan Koyuki terhadap semua "kesengajaan" untuk berpapasan dengan si kakak kelas tetap sama.

Adanya sebagaimana tidak adanya, Hina berulang kali mengucapkan kata-kata itu tiap ia sendirian. Hukuman itu tidak berimbas apa-apa terhadap perasaannya yang masih menyukai Koyuki, juga sebaliknya yang tak menganggap Hina sebagai orang yang spesial.

Koyuki bukanlah tipe orang yang peka. Hingga detik ini, ketika Hina mengunjunginya di kebun sekolah dan berbicara banyak hal dan penuh puji untuk dirinya, ia tak menganggap itu sebagai isyarat. Sesekali ia tertawa dan berkomentar singkat untuk sopan santun saja, namun banyaknya, pandangan ia kosong menatap bunga dibawah. Ia memikirkan hal lain, lebih tepatnya, orang lain, membayangkan orang itulah yang mengatakan semua pujian itu. Gadis yang selalu duduk disebelahnya tanpa sedikit pun merasa risih berada disana, juga ikut berjongkok dengannya mengairi bunga ini.

"Senpai... apa ada orang yang kau sukai?"

Tersentak, nyaris menjatuhkan selang ditangannya, Koyuki membesarkan pupil matanya.

"A-ah itu... kau sepertinya melamun sejak tadi, ja-jadi kupikir, kau pasti sedang memikirkan sesuatu, yaa mungkin tugas atau yang lain..."

"Ada," jawab Koyuki malu-malu, wajahnya ditundukkan dalam, semburat merah memenuhi pipi hingga telinganya.

Gantian Hina yang tersentak, terlepas kata "Siapa?" dari mulutnya secara alami.

"Teman sekelasku, Enomoto-san."

Semakin menjadi kekagetan Hina mendengar nama gadis tomboy yang tinggal disebelah rumahnya. "Aah... Natsuki-chan..."

"Eh?"

"Ah, ya, bagus! Selamat untukmu, semoga senpai bisa segera mengungkapkan perasannya!"

"Hehe, terima kasih, Hina-chan, aku akan berusaha.."

"Ya... aku juga akan berusaha...."

Hina bergumam lirih, berusaha adalah kata yang mudah diucapkan, sulit dilakukan. Lagipula, apanya yang ingin diusahakan? Menjadi Enomoto Natsuki agar bisa dilirik Koyuki? Tidak mungkin ia sampai tega berbuat sejauh itu hanya untuk mendapatkan perhatian kakak kelasnya. Atau, Hina harus berusaha untuk menggagalkan Koyuki menyatakan cintanya pada Natsuki, agar mereka tidak pacaran....?

10 PromptsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang