Malam itu adalah minggu ketujuh aku dan ibuku bersembunyi di distrik bawah tanah. Malam pengap yang biasa di tempat kumuh ini. Yang sesekali terdengar suara teriakan, rintihan, maupun perkelahian yang saat itu sudah cukup terbiasa kami dengar. Malam yang tampa kami duga menjadi malam terakhir kami di tempat itu.
Saat itu, di sela-sela suara anjing liar yang menyalak, terdengar suara gedoran pintu yang sontak membangunkan kami yang sudah terlelap. Awalnya kami berniat untuk tidak membukakan pintu karena berpikir itu mungkin saja perbuatan orang mabuk. Tapi kami berubah pikiran ketika mendengar suara Paman Harold.
"Ynette. Buka pintunya. Cepat!" ujarnya nyaring namun sedikit tertahan.
Tanpa pikir dua kali lagi Ibu segera turun dari tempat tidur dan membukakan pintu. Begitu pintu terbuka, begitu pula Paman Harold dan Smith-sensei menyeruak masuk dengan terburu-buru. Paman Harold langsung menambil langkah cepat menghampiriku yang masih di atas tempat tidur lalu memakaikanku jubah gelap. Kejadian ini seperti dejavu. Tidak. Ini memang sama seperti saat ketika Paman Harold dan Smith-sensei akan membawaku dan ibu bersembunyi di distrik bawah tanah ini.
"Harold?" Ibu memanggil Paman Harold untuk meminta penjelasan
"Tempat ini sudah tidak aman lagi, Ynette," jawab Smith-sensei menggantikan Paman Harold yang terlalu sibuk memakaikan jubah kepadaku.
"Tidak aman lagi?" Ibu terperangah tidak percaya mendengar jawaban Smith-sensei.
"Ada yang melaporkan keberaaanmu di sini. Aku sendiri tidak tau siapa orangnya. Aku terlalu meremehkan jaringan informasi Shenez. Cepat kenakan jubahmu, Ynette. Waktu kita tidak banyak lagi," jelas Paman Harold terburu-buru.
Aku dapat melihat jelas raut wajah Ibu yang berubah sedih bercampur takut. Tangannya bergetar ketika menerima jubah dari Smith-sensei dan memakainya. Bahkan aku yang masih kecil saat itu sudah bisa mengerti betapa gawat keadaan saat itu. Bagimana tidak jika raut kekhawatiran tergambar jelas di ketiga wajah orang dewasa yang ada di depanku. Sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak menangis. Aku tidak ingin menambah beban ketiga orang itu.
"Kita akan berpencar seperti rencana waktu itu. Titik temu kita adalah gerbang selatan yang paling dekat dengan hutan. Dari sana kita akan mencari tempat persembunyian di hutan selatan yang paling jarang di masuki warga kota. Ku serahkan Ynette padamu, Smith," Paman Harold menjelaskan rencana secara singkat yang hanya di jawab dengan anggukan tanda menyanggupi oleh Smith-sensei.
"Harold, tolong lindungi (Y/N). Jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya," pinta Ibu kepada Paman Harold dengan mata basah.
"Tenanglah, Ynette. Aku pasti akan melindungi (Y/N). Sekarang ikutlah dengan Smith melewati jalur timur distrik. Usahakan untuk tidak banyak menimbulkan suara. Kita pasti bertemu di gerbang selatan," Paman Harold berusaha meyakinkan Ibu.
Aku yakin ibu menahan rasa berat dihatinya. Wanita yang kukenal sangat lemah lembut itu pasti menyimpan kekhawatiran yang sangat besar. Hal itu terlihat dari caranya terus melihat ke arah kami meski telah berada di atas kuda bersama Smith-sensei.
Ketika Paman Harold hendak meraihku kegendongannya, tiba-tiba aku teringat sesuatu, buku Ayah dan belati dari Levi. Tanpa berkata-kata aku langsung berhambur kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil benda itu. Aku bahkan tidak memperdulikan Paman Harold yang memangil namaku.
Belati dari Levi dengan mudah dapat kutemukan di bawah bantal, tapi aku tidak bisa segera menemukan buku peninggalan Ayah.
"(Y/N), apa lagi yang kau cari?" tanya Paman Harold tergesah.
"Jiisan, aku tidak bisa menemukan buku peninggalan Ayah," jawabku hampir menangis.
"Kita tidak ada waktu lagi. Nanti akan Paman carikan jika kondisinya sudah aman. Sekarang kita harus pergi dulu," bujuk Paman Harold yang mengerti betapa penting buku itu untukku.
![](https://img.wattpad.com/cover/68602081-288-k334733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hontou no Sekai wa Matteru (Levi X Reader) 【SLOW UPDATE 】
Fanfiction"Munculnya Jiyuu no Onna beberapa tahun terakhir merepotkan kepolisian Militer kerajaan. Wanita misterius yang dikabarkan selalu menyanyikan lagu kebebasan di khawatirkan akan mempengaruhi pola pikir rakyat. Berbeda dengan kerajaan yang ingin menang...