Prolog

133 18 12
                                    

"Sakit yang kau berikan bagai jarum yang menusuk ulu hatiku. Perih dan menyayat."
-Arita-

***

Bukankah seharusnya dia bahagia sekarang karena penantiannya akan terwujud hari ini? Cinta yang selama ini terpendam akhirnya 'kan terbalas. Dan bukankah seharusnya dia bahagia sekarang karena lelaki yang diinginkan akan menjadi miliknya hari ini? Seharusnya dia bahagia, ya seharusnya bahagia. 

Tapi semua penantiannya hanya terbalas pada kekecewaan. Cintanya telah terhianati, semua keinginannya telah lenyap tanpa sisa, pun begitu pula dengan mimpinya. Hari ini dunianya telah berubah seutuhnya. Lelaki yang sedari awal selalu dipujanya telah menyakiti hati dan perasaannya.

Matanya masih menatap tajam ke arah dua orang yang saling berpelukan di hadapannya. Hatinya hancur, perih, sesak, kecewa, dan marah, semua menjadi satu. Air mata yang sedari tadi tertahan, luruh begitu saja. 

Lelakinya berpelukan dengan seseorang yang sangat ia kenal. Seseorang yang telah dianggapnya bukan sekadar teman tetapi justru menusuknya dari belakang. Apa yang disaksikannya ini adalah sebuah bukti kebenaran yang selama ini mereka tutupi darinya.

Dengan langkah yang begitu berat, gadis itu mendekati lelaki yang belum menyadari kehadirannya.

"Sepertinya aku terlambat." Ucapannya membuat pasangan di hadapannya berpaling terkejut. 

"Arita ..., " ucap lelaki itu setelah terdiam cukup lama. Matanya tak pernah lepas memandang gadis yang tengah menangis di hadapannya.

"Kenapa ... kenapa kalian melakukan ini padaku? Kenapa ?!" ucapnya pada pasangan itu.

"Arita, ini bukan seperti yang kamu pikirkan! Aku ... aku bisa menje ..." ucap gadis berambut sebahu yang berada di samping lelaki bermata hitam legam itu.

"Tidak perlu!" potongnya sebelum gadis berambut sebahu itu menyelesaikan ucapannya. 

"Tidak ada yang perlu di jelaskan. Sudah cukup! Semua telah berakhir bahkan sebelum aku memulainya," ucapnya lagi dengan nada yang begitu getir.

"Aku mohon ... dengarkan penjelasanku dulu Arita! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan dia hanya ...,"pinta gadis berambut sebahu itu lagi.

"Sudahlah! Sudah! Tak ada lagi yang perlu dijelaskan. Memang aku yang terlalu bodoh mempercayai begitu saja semua ucapannya! Aku memang bodoh!" ucapnya dengan memukul-mukul kepalanya sendiri. Kemudian memeluk tubuhnya yang mulai bergetar. 

Arita merasakan dekapan di tubuhnya. Lelaki itu memeluk tubuhnya yang bergetar.

"Lepaskan! Jangan pernah menyentuhku! Lepaskan!" rontanya ketika lelaki bermata hitam legam itu memeluknya dengan erat.

"Aku kecewa padamu, sangat kecewa!"ujar Arita setelah berhasil melepaskan dirinya dari pelukan lelaki itu. 

"Detik ini juga aku ingin hubungan kita berakhir karena aku sangat kecewa padamu. Kamu membuatku benar-benar membencimu!" putusnya kemudian berlalu meninggalkan mereka yang masih diam tak berkutik.

Mata hitam legam itu terus menatap bayangan gadisnya hingga hilang dalam pandangannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Maafkan aku. Kita tidak seharusnya seperti ini, aku minta maaf," ujar gadis berambut sebahu pada lelaki di hadapannya.

"Semua sudah terjadi, ini bukan salahmu. Ini adalah kesalahanku!"

****

Typo? Mohon dikoreksi.
Don't forget vote and comment. Happy nge-reading, Guys.

Salam Tinta,

-Ink

The Journey of WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang