Sepanjang perjalanan dari airport menuju villa milik Alfa yang berada di Ubud, pikiranku berkelana entah ke mana. Kepalaku dipenuhi dengan wajah cantik dan lembut milik Anindita. Jangan heran jika aku menyebut namanya begitu panjang, tidak seperti Alfa yang selalu memanggilnya dengan panggilan yang lebih singkat, Dita. Aku tidak pernah memenggal namanya. Alasannya, karena aku begitu menikmati saat menyebutkan namanya yang panjang.
Anindita. Anindita. Anindita.
Mengenai kegugupanku, kurasa sangat wajar. Mengingat ini akan menjadi pertemuan pertama kami setelah mereka memutuskan menikah. Cinta segitiga memang selalu terasa menyakitkan. Aku memendam perasaan padanya sekian lama, menunggu saat yang tepat untuk mengatakan perasaanku. Namun Alfa datang, mereka menjadi dekat karena sama-sama memiliki hobi pada lukisan. Hingga suatu hari, aku mendengar dari mulutnya, bahwa Alfa melamarnya. Dan dia... Aninditaku sayang, setuju untuk menerima lamaran Kakakku. Bahkan di hari pernikahan mereka, aku tidak hadir. Ya. Di hari pernikahan Kakak dan sahabatku, aku memutuskan untuk tidak hadir karena aku kalah, aku sudah kalah sebelum berperang.
Anindita tidak pernah melihatku sebagai pria yang dia kagumi dan cintai. Baginya, aku hanya seorang sahabat. Selamanya. Sementara aku, Si Pengecut ini, bahkan tidak berani mengungkapkan perasaanku, meskipun dulu aku punya sejuta kesempatan lebih banyak dari Alfa.
Tak terasa, Mercedes hitam yang menjemputku sudah memasuki area villa milik Alfa. Dulunya, villa ini milik keluargaku. Namun sebelum menikah, Ayahku memberikan villa ini sebagai hadiah pernihakan Alfa dan Anindita. Mereka yang sama-sama benci dengan keramaian, sungguh sangat bahagia menerima pemberian Ayah. Mereka suka daerah yang tenang, dan nyaman seperti di sini.
Meskipun benci mengakuinya, tapi mereka sepertinya memang berjodoh. Alfa memutuskan mengundurkan diri dari posisinya di perusahaan dan membangun usaha travel. Dan kudengar, usahanya berkembang pesat. Bahkan dalam waktu dekat, ia akan membangun sebuah hotel bintang lima di daerah Nusa Dua. Luar biasa.
Kuketuk pintu rumah perlahan, sambil menimbang-nimbang, apakah perbuatanku ini benar atau sebaiknya aku kembali ke airport dan memesan penerbangan ke tempat lain. Sebelum aku sempat berpikir lebih jauh, pintu terbuka lebar, dan terlihat seorang pria yang sangat mirip denganku. Bedanya, pria ini terlihat lebih dewasa dan tenang dibandingkan aku. Ya, dia Alfa Pranata.
Alfa tampak tercengang melihatku. Namun, raut kebahagiaan tidak dapat ditutupi olehnya. Dia menghampiri dan memelukku erat.
"Astaga, Alaric!"
"Aku sibuk dengan urusan pekerjaan jadi tidak bisa hadir di pernikahanmu. Maaf." Aku bahkan menjelaskan alasanku mengapa tidak datang di hari pentingnya sebelum ditanya. Ya, hanya sebuah alasan.
Alfa tersenyum maklum sambil meninju lenganku. Tiba-tiba aku merasa seperti pecundang. "Masuklah. Dita akan senang bertemu denganmu"
Aku mengangguk, melepas kacamata aviatorku dan berjalan di belakangnya. Interior villa ini tidak banyak berubah. Aku tahu Anindita jatuh cinta pada villa ini ketika keluargaku dan keluarganya liburan bersama ke tempat ini saat kami masih SD. Dan dia berkata padaku, "Al, suatu hari nanti, aku dan pangeranku akan tinggal di sini."
Aku mencibirmya saat itu. Dan sekarang dia boleh balas mencibirku karena impiannya jadi kenyataan.
Alfa membuka lemari es dan memberiku sekaleng bir. Aku langsung membuka dan meminumnya, kemudian mataku melihat sekeliling ruangan.
Astaga! Pemandangan macam apa ini!
Dapur memang berhadapan langsung dengan kolam renang, dan hanya dibatasi kaca besar. Karena perkara itulah aku sekarang sedang menatap Anindita keluar dari kolam renang hanya memakai bikini warna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stick With You (TERBIT)
RomanceKarena satu kesalahan, Alaric dan Sandra harus membuat sebuah perjanjian. Mereka akan tinggal bersama sampai bayi yang dikandung Sandra lahir tanpa ikatan apa pun. Namun cinta kerap kali menyusup diam-diam tanpa bicara. Singgah ke dalam relung hati...