Chp 3 (Next Door)

594 102 40
                                    

Kata orang-orang Wonwoo itu dingin dan kelam, ia tidak akan berbicara panjang lebar dengan orang yang baru ia kenal atau mau membalas senyuman orang-orang yang menyapanya lewat senyuman.  Sementara kata Eunji, Wonwoo itu manis, sensitif dan mesum! Manis dan mesum nya mungkin hanya pada Eunji. Tapi kalau sensitif, Wonwoo menyadari hal itu, hanya saja ia mencoba untuk tidak peduli.

Pernah suatu kali, Wonwoo menaiki bus saat pulang sekolah pas zaman SMA dulu. Tepat didepannya ada seorang ahjusshi yang menurut Wonwoo memiliki aura yang berbeda, terbiasa bersikap dingin dan kelam membuatnya dapat membaca aura yang serupa.     Tapi Wonwoo memilih acuh dan kembali memasang earphonenya. Sebulan kemudian, ahjusshi itu muncul diberita, dalam kasus pembunuhan beberapa anak kecil.

Wonwoo sempat berfikir bila itu hanya kebetulan semata, namun kejadian serupa sempat terjadi beberapa kali. Hal itulah yang membuatnya tidak membantah saat Eunji mengejeknya dengan kata sensitif. Ia tahu dirinya sungguh sensitif,  bahkan melebihi orang lain. Wonwoo lebih memilih memendam semuanya, semua rasa sensitifnya. Tapi bila rasa sensitifnya terbaca saat menyangkut keluarga Jung, ini lain ceritanya. Wonwoo tidak bisa untuk tidak peduli.

"Ah sebentar lagi Appa dan Chanyeol akan datang. Kita bisa makan malam bersama." ucapan Chorong membuat lamunan Wonwoo buyar, dengan cepat ia menatap Chorong dengan intens.

"Bukankah kau pernah bilang ke Eunji kalau saat Chanyeol dan Tuan Park pergi kau sendirian? Dan dari kepribadian mu sepertinya kau tidak pandai memasak, lalu siapa yang memasak ini semua?" pertanyaan Wonwoo membuat Chorong tersentak.

Sedikit pemberitahuan saja,  ketiganya sedang berada tak jauh dari meja makan. Sementara Jessica tadi sempat membeli buah dan tengah menyiapkan buah-buahan itu didapur.

"Ah benar. Eonni bilang begitu padaku. Kelihatannya rumah ini juga tidak memiliki pembantu. Tapi kenapa bisa sebersih ini?"

"Yak!  Kalian tidak mengenal kata delivery order ya?  Sekarang makanan rumahan pun bisa dibeli. Bahkan pembantu sehari pun juga."

"Apa tidak terlalu boros?" tanya Wonwoo lebih ke menuduh sih.

"Itu uang Appa ku!  Kenapa kau yang repot?" balas Chorong keki.

"Benar juga sih. Wonwoo jangan terlalu keras pada Eonni." nasehat Eunji membuat Wonwoo menganggukkan kepalanya pelan. Namun tetap saja Wonwoo merasa ada kejanggalan disana.

"Boleh aku menumpang dikamar mandi? Dimana kamar mandinya?"

"Lurus saja nanti belok kekanan lalu pintu pertama adalah kamar mandi."

Eunji tahu jawaban Chorong terkesan ketus pada Wonwoo, mungkin Chorong merasa terhina atas tuduhan Wonwoo. Wajar sih Wonwoo itu memang sensitif. Eunji maklum, tapi belum tentu orang lain berfikiran yang sama sepertinya kan?

"Maafkan Wonwoo, Eonni. Mungkin dia membuat Eonni sedikit kesal." ucapan Eunji itu seketika membuat senyuman Chorong terlihat.

"Tak apa, bila dia temanmu maka Eonni akan memaafkannya. Tapi sepertinya sifat menyebalkan seperti itu harus diberi pelajaran." ujar Chorong dengan tertawa kecil.

"Ya,  Eonni benar." dan Eunji membalas dengan tertawa juga.

🎥

Wonwoo mengeram kesal. Emosinya memuncak begitu ia membuka pintu didepannya, bukan toilet yang ia dapat namun ruangan gelap dan pengap yang ia tahu bernama gudang. Merasa dikerjai oleh Chorong membuat ia marah. Namun wajah itu tetap tenang, tidak tercetak emosi bahkan seincipun.

Begitu dirasa percuma,  Wonwoo hendak menutup pintu gudang sebelum kedua bola matanya menemukan sesuatu berwarna keemasan ditumpukan dalam gudang. Ia tersenyum kecil sebelum akhirnya memilih masuk kedalam gudang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

False SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang