Bersetia

22.3K 2.2K 117
                                    

Angkasa

Dari balik meja kerjaku, sambil duduk aku terus bekerja. Memeriksa setiap berkas laporan divisi-divisi kerja di bawahku.

Seperti biasa, setiap Senin internal perusahaan ini sibuk. Regular meeting, dimana setiap manajer divisi memaparkan progress kerja mereka. Lalu, aku akan menentukan objektif minimal seminggu ke depan. Menentukan target kerja masing-masing divisi untuk mereka capai.

Huh.

Aku menghela nafas.

Pekerjaan yang seharusnya mudah, kali ini terasa sulit.

Sungguh berat.

Hati dan pikiranku terus saja tertuju pada Nana.

Bahkan di ruang rapat tadi. Saat tiap-tiap manajer memaparkan kinerja timnya masing-masing, sulit sekali buatku menemukan fokus.

Nana.

Cuma dia saja yang merebut setiap senti relung konsentrasiku.

Semalam, aku bahkan tidak bisa menahan diri untuk tidak masuk ke kamarnya. Tidur bersamanya.

Kesadaran bahwa Gemintang sedang libur dan tidak tidur di rumah, semakin membulatkan tekadku untuk mengambil kesempatan untuk berbaring di sebelah Nana.

Kupeluk dia. Kupastikan Nana ada. Nyata.

Hati kecilku cemas.

Aku takut dia pergi lagi.

Jiwaku merasa terancam setiap kali berpikir untuk hidup tanpa dia.

Tidak. Aku. Tidak. Mau.

Nana.

Aku menginginkannya.

Sampai mati, aku mau dia ada di hidupku.

Sebut aku egois, tak peduli.

Aku bisa nekad menculiknya, menikahinya secara paksa.

Persetan.

Dia milikku.

Aku.

Kepunyaanku.

Kesayanganku.

Belahan jiwaku.

Pagi tadi, saat aku terjaga, Nana sudah tak ada. Dari ranjang, aku bisa mendengar suara gemercik air dari kamar mandi dalam kamar ini.

Kuterka Nana di dalam sana.

Aku menghela nafas, sebelum memaksa tubuhku untuk bangkit. Beranjak untuk melangkah ke kamarku sendiri.

Setelah mandi dan berpakaian rapi, seperti biasa aku menjenguk ibuku.

Beliau sedang sarapan di kamarnya. Wajahnya ceria. Rautnya antusias. Tawanya lebar.

Huh.

Aku menghela nafas mengingat aura kebahagiaan dari wajah ibuku.

Aku tahu, terlalu muluk bila aku berharap ada keajaiban untuk kesembuhannya. Kankernya sudah stadium akhir. Secara teori, tak ada apapun atau siapa pun lagi yang mampu merubah fakta itu.

Angkasa #1 Unstoppable Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang