Gerhana
"Ana, adeknya Pak Badai mau datang lho..."
Terhenyak aku mendengar perkataan Mira, customer service Alexa Tattoo Parlor di kawasan Kemang, tempat aku bekerja.
"Masa?" tanyaku mencoba mengkorfimasi dari balik meja kerjaku di ruang manajemen, sebelah ruang kerja Pak Badai, atasanku.
"Iya. Kan kamu tahu, aku merangkap jadi sekretarisnya Pak Badai, jadi yah aku juga yang paling tahu jadwalnya."
Aku menelan ludah lalu mengangguk.
"Jam berapa?"
"Dua," jawabnya.
"Mas Angkasa, kan? Bukan Mas Jagad, Mbak Raya atau Mas Samudra?"
Mira mengangguk.
"Pak Asa."
"Umm, tolongin gimana caranya supaya aku jangan sampe ketemu," kataku dengan nada mengiba.
"Seriusan? Ihh, padahal ganteng lho..." tuturnya dengan seringai nakal dibibirnya.
Aku tersenyum.
Iya. Aku tahu.
Sangat menyadari pesona Angkasa Khatulistiwa. Seorang financial planner yang sedang 'naik daun'. Sering jadi narasumber di berbagai media cetak maupun elektronik, saat membahas mengenai cara bijak mengelola dan menginvestasikan uang.
Di media-media sosial pun, terdapat berbagai akun bernama Angkasa Financial Planner Official. Mas Angkasa sering memperbaharui status seputar tips dan trik mengelola keuangan dan investasi. Namun, aku curiga itu akun yang dikelola admin, stafnya Mas Asa, bukan akun pribadi. Bahasa yang digunakan resmi sekali.
Sejak Mas Asa terkenal, beberapa tahun lalu, aku menjadi follower setia akun-akun medsosnya. Hanya saja, aku menggunakan nama Ana Caramel. Tak ada satu pun foto wajahku di sana.
Sejak dulu, aku tak tertarik pada medsos. Sebut aku orang aneh, terserah. Aku bahkan tak punya akun FB. Baru belakangan ini saja aku mendaftarkan diri untuk memiliki akun twitter dan instagram, sengaja, setelah Mas Asa terkenal. Aku mencari tahu akun-akun medsosnya. Dan, itulah sejarah aku mendaftarkan diri di medsos.
Aku ingin mengenalnya lagi. Meski dari jauh.
Setelah bekerja di sini, tak sengaja aku melihat sosoknya yang sangat tampan itu di tempat parkir, ke luar dari sebuah mobil lalu berjalan ke arah Alexa. Seketika, aku bergegas untuk bersembunyi di ruang supply, tempat kami biasa menaruh berbagai persediaan kebutuhan operasional.
Mira yang melihat gelagatku lalu curiga, kemudian mengajukan beragam pertanyaan.
"Aku kenal Mas Asa dari kecil," kataku kala itu.
Wajah Mira sontak terlihat kaget.
"Pak Angkasa teman kamu waktu kecil?"
Aku mengangguk.
"Dia ngapain ke sini? Mau tatoan?" tanyaku lagi.
Mira tertawa mendengar pertanyaanku saat itu.
"Enggak... Pak Asa itu kan adiknya Pak Badai."
Hah?
"Seriusan?"
"Iya... bahkan beliau tuh diantara adik-adiknya Pak Badai, yang paling sering datang ke sini."
Dari situlah, aku yang pada saat itu baru diterima bekerja kurang dari dua minggu mewanti-wanti Mira, untuk menginformasikanku setiap kali ada jadwal kedatangan Mas Asa ke sini.
Aku butuh...
Sembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa #1 Unstoppable Love Series
RomansaWarning: this is teaser version. Menikah. Itu pinta ibuku. Wanita yang telah melahirkanku. Perempuan yang bertahun-tahun hidup dalam pengabaian ayahku. Kini, di usia paruh bayanya dokter memvonisnya dengan penyakit yang membuat ragaku mendadak kaku...