Anya membereskan barang-barangnya.
"Nya, lo pulang bareng gue gak?"
"Enggak deh, gue mau beli cemilan dulu."
"Yaah, padahal nanti kalau ada preman gue bisa digangguin deh, kalau gak ada elo." Ujar Sarah.
"Emang ada yang mau ganggu lo? Bentukannya gak menarik."
"Anjir lu! Ya udah, gue balik duluan ya. Besok jangan telat! Kalau telat traktir gue nonton!"
Anya tertawa sambil menarik tali stringbag-nya. "Enak banget lo!" Kini hanya tinggal Anya sendiri dikelasnya. Kemudian, Anya berjalan keluar kelas dan melewati ruangan ketua yayasan, mengintip apakah ibunya masih disana. Nyatanya tidak ada. Mau tidak mau Anya harus jalan atau naik taxi. Anya pergi meninggalkan sekolah yang sudah hampir sepi. Ia melewati gang gang menuju minimarket. Tiba-tiba ia melihat anak seumurannya sedang diganggu preman. Anak itu perempuan. "Sarah?" Pikir Anya.
"Hei.. jangan ganggu cewek dong! Lemah amat mainanannya cewek!" Seru Anya.
"Woops! Ada temennya nih! Mau sok pahlawan lu dek?" Salah satu preman itu berjalan sangar mendekati Anya.
"Mau ngapain lo?" Tanya Anya.
"Jangan karna lu cewek, gua kagak bisa lawan elu ya." Wajah preman itu sudah dekat dengan wajah Anya.
Bau alkohol. "Minum berapa botol lu bang? Besok besok, kalau abis minum, pake listerine kek!" Tanpa aba aba Anya memukul perut preman itu. Dan terjadilah pertengkaran. Namun, salah satu preman itu menonjok bibir Anya, hingga berdarah. Setelah itu mereka pergi sambil tertawa-tawa. Anya bangkit dan membersihkan rok hitamnya.
"Lo gak papa? Makas-"
"Gak papa." Anya menatap wajah perempuan itu.
"Anya?"
"Lo Putri kelas 12 kan?"
"Gak sopan banget sih lo! Gue ini kakak kelas elo! Kalau gue tau yang nyelamatin gue itu elo, gue terima bonyok sama preman itu!"
"Oh gitu?" Kemudian Anya pergi meninggalkan Putri dan berjalan masuk ke minimarket. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Anya mecari taxi untuk pulang.
Sesampai di pintu gerbangnya. Satpam rumahnya menyambutnya.
"Lho non, ibuk dimana non?"
"Gak ngerti."
"Oh iya non, ada tamu tadi nyariin enon. Ada didalem orangnya non."
"Nyariin saya?"
"Inggih non." Anya segera masuk kedalam rumahnya, ia tak melepas sepatunya. Sesampainya didalam rumahnya, ia terkejut melihat sosok lelaki yang ia pertanyakan. Laki-laki itu berdiri.
"Lah, elo? Lo ngapain disini?"
"Gue guru lo."
"Guru? Gue belum pernah liat lo jadi guru sebelumnya. Yang gue inget lo yang gue tabrak."
"Sekarang, gue guru lo. Lo harus ikutin apa yang gue perintah." Tetap dingin dan datar.
"Hah? Ohhh! Lo disuruh nyokap gue ya?" Tanya Anya.
"Iya. Sekarang ganti baju lo. Kita mulai setelah lo siap." Anya menaikkan alisnya. Kemudian dia bergegas kekamarnya, mengganti bajunya. Dan setelah siap ia duduk di samping 'gurunya'.
"Nama lo siapa sih?"
Adi-guru pembimbing Anya- tak berniat memberi tahu namanya.
"Lo berantem?"
"Ha?" Kemudian Anya teringat bahwa ia habis berantem dengan preman, kemudian ia memegangi ujung bibirnya yang masih berdarah dan keunguan. Lalu Anya tersenyum.
⚜️
YOU ARE READING
I'm in love with you, ice
Teen FictionAku jatuh cinta sama kamu, walau kamu dingin, kamu 'anti' sama perempuan, tapi mau gimana lagi, aku cinta sama kamu, laki laki dingin.