Chapter 5

1.6K 138 1
                                    

Setelah menghabiskan cokelat panasku Oppa menyuruhku kembali ke kamar. Aku menurutinya, lagi pula aku juga sudah sangat mengantuk. Sebelum beranjak kekamarku aku memeluk Oppa terlebih dulu. Setelah itu aku bergegas ke kamar.

Saat tiba di kamar, aku merasakan sakit di dadaku lagi. Oh tuhan dadaku sangat sakit, aku tak bisa menahannya, aku ingin memanggil oppaku tapi aku tak bisa. Rasa sakit ini membekukan lidahku. Tubuhku tersungkur ke lantai kamar. Boneka yang kupegang terlepas dari genggamanku. Semuanya menjadi gelap.

Saat ku buka mataku, lagi-lagi aku melihat dinding kamar rumah sakit. Saat aku menoleh, kulihat Oppa ku tertidur di sampingku. Kulihat kalender yang ada di meja. Ternyata sudah 2 hari aku tak sadarkan diri.  Mungkin Oppa kelelahan karena menjagaku. Kucoba membangunkannya dengan mengusap lembut kepalanya. Dia akhirnya terbangun. Wajahnya sangat kacau, matanya merah pertanda ia habis menangis.
'apakah Oppa sudah tau kalau aku sakit'
Aku sangat takut kalau Oppa benar-benar sudah mengetahui penyakitku ini.

Ketika Oppa melihatku sadar ia langsung memelukku, sangat erat. Ia menangis, tangisannya sangat keras. Apakah sesakit itu.
"Oppa jangan menangis"
Aku mengusap kepalanya agar ia bisa merasa baikan.
"kenapa kamu tidak memberitahukan Oppa kalau kamu sakit"
"Miane Oppa aku tidak memberitahukannya pada Oppa karena aku tak ingin Oppa sedih"
"pabo...kalau tau kamu sakit Oppa tidak akan pernah membuatmu selalu merasa kesepian...aku memang bodoh...aku Oppa yang bodoh"
Ia memukul-mukul kepalanya, apakah sesakit itu Oppa.
"Oppa hentikan, jangan menyalahkan diri Oppa sendiri...aku tidak apa-apa kok...jangan sedih karena kalau Oppa sedih aku juga ikut sedih loh"
Kusentuh bibirnya untuk memberitahukan dirinya untuk tetap tersenyum. Senyuman yang sangat aku rindukan.

***

Kulihat Younjoo sudah sadar. Sungguh aku takut kalau ia tak akan bangun lagi. Setelah mengetahui bahwa younjoo mengidap kanker jantung, dadaku serasa tertusuk duri. Aku menangis di depannya. Aku menyesal telah membuat dirinya selalu merasa kesepian. Aku memukul-mukul kepalaku. Tapi, Younjoo menghentikan tanganku. Ia tersenyum, senyuman yang begitu hangat. Ia meletakkan tangan mungilnya di bibirku,mengisyaratkan bahwa aku harus tetap tersenyum. Tuhan akankah kau merebut senyuman indah itu.


Goodbye OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang