5

441 32 9
                                    

Entah kenapa hari ini aku sangat merindukan sahabatku dari kecil. Sudah sekitar 1 tahun kami tidak bertemu. Walaupun kami masih sering berkomunikasi, tapi aku sangat merindukan kebersamaan dengannya. Merindukan bermain dengannya,  makan dengannya,  marah dengannya,  berebut sesuatu dengannya, semua hal yang kami lakukan. Aku sangat merindukannya.

Dulu hampir setiap hari kami selalu bersama. Terlebih lagi rumah kita yang bersebelahan membuat aku merasa kalau dia adalah kakakku sendiri.

Tetapi karena bisnis ayahnya yang berada di korea membuatnya harus tinggal disana dengan kedua orang tuanya.

Sambil memandang foto kami berdua aku meneteskan air mata. Tidak ada lagi sahabat yang kuanggap seperti kakakku itu berada disisiku. Aku merasa kesepian, hanya dikelilingi teman yang membutuhkanku saja. Taylor aku sangat merindukanmu.

*
Matahari sudah menyelinap masuk dengan mudahnya. Tetapi tak membuat mataku terbuka lebar sepertinya.

Setelah semalam aku memikirkan Taylor karena sudah 1 bulan ia tidak menghubungiku aku jadi khawatir akan keadaannya. Sebenarnya kami bisa saja bertemu sesekali. Tetapi ia juga sibuk karena membantu bisnis ayahnya. Sama halnya denganku, ia tak memiliki kakak atau pun adik.

"Selena ayo bangun" ucap mamah sambi menggoncangkan tubuhku.

"ah nanti aja mah,  Selena masih ngantuk"

"Ayo cepet bangun, ada tamu spesial buat kamu"

Mendengar kata mamah aku langsung bangkit dari tidurku.

"emang sapa mah yang dateng" tanyaku penasaran.

"ada deh, mending kamu siap siap dulu gih. Trus turun kebawah, mamah udah siapin kamu sarapan sepesial"

"oke mah" kataku sambil belari menuju kamar mandi.

Aku sangat penasaran dengan tamu spesial yang mamah katakan. Sehingga aku dengan cepat bersiap siap untuk turun ke bawah.

"mana mah tamu spesialnya?" tanyaku sambil melihat ke seluruh ruangan. Dan ia hanya melihat satu orang asing.

"maksud mamah Justin tamu spesialnya?" tanyaku lagi dengan raut wajah jengkel.

"ya Justin tamu spesial kita,  tapi ada yang lebih sepesial lagi"

Jawaban dari mamah membuatku bingung. Tak lama kemudian ada seseorang dari belakang memanggil namaku.

"Selena"

Akupun membalik tubuhku ke arah belakang. Alangkah terkejutnya aku melihat siapa yang memanggil namaku.

"Taylor" kataku dengan terkejut.

"oh my god. Apakah itu benaran kamu?" kataku tak percaya dengan apa yang kulihat.

"iya Selena ini aku" sambil mendekati selena untuk memeluknya.

"oh Taylor aku teramat sangat sangat merindukanmu" dengan pelukan erat sambil berloncat aku mengungkapkan kerinduanku padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"oh Taylor aku teramat sangat sangat merindukanmu" dengan pelukan erat sambil berloncat aku mengungkapkan kerinduanku padanya. Taylor hanya menerima serangan kekanakan dari Selena.

Eits hampir saja lupa kalo Taylor berhutang cerita padanya. Kenapa ia tak menghubunginya selama satu bulan.

"eitss" kataku sambil melepaskan pelukan Taylor.

"kamu kenapa Selena.  Apa kamu ga kangen sama aku? "

"kenapa kamu ga ngehubungin aku selama satu bulan? " tanyaku dengan sinis.

"emm itu em em" taylor menjawab dengan gelagap.  Karena ia bingung untuk mengatakannya.

"ah lebih baik kita makan dulu,  aku baru sampe disini satu jam yang lalu jadi ayo kita makan" akhirnya hanya kalimat itu yang bisa dikeluarkan oleh Taylor.

Selena hanya mengikuti Taylor dari belakang. Saat di meja makan Taylor bertanya pada Selena tentang lelaki yang berada di depannya.

"Dia itu siapa?" tanya Taylor dengan berbisik pada Selena.

"oh ya Taylor, kenalin ini Justin tetangga gue"

"lebih tepatnya baru temen. Hai Taylor gue Justin" ralat Justin akan perkataan Selena dan menyodorkan tangannya pada Taylor.

"aku Taylor" mereka berduapun berjabat tangan.

Saat mereka makan bersama hanya canda gurau yang terdengar. Tak seperti biasanya Justin dan Selena saat ini terlihat akur. Mungkin karena adanya Taylor yang membuat mereka melupakan kebiasaan bertengkarnya itu.

"oh ya Justin sejak kapan kamu dekat dengan Selena?" ucap Taylor membuka pembicaraan.

"boro-boro deket, liat aja udah ogah" jawab selena dengan menatap malas Justin.

Taylor hanya menggelengkan kepalanya kepada sang sahabtanya itu.

"sejak dua bulan lalu, saat aku baru pindah kesini" jawab Justin tak memperdulikan ekspresi wajah Selena.

"sudah cukup lama ya"

Taylor merasa ada yang aneh. Biasanya Selena tidak akan membenci seseorang seperti ini. Baru kali ini ia melihat Selena bertingkah seperti anak kecil dan ya cukup menjengkelkan.

"Selena Taylor aku pamit dulu ya ada urusan" pamit Justin kepada kedua wanita itu.

"yaudah tinggal pergi aja kali,  gada tuh yang nahan kamu buat disini"

"ish kamu gada sopan santunnya jadi cewe. Iya Justin hati hati di jalan ya"

Selena hanya bisa membulatkan iris matanya. Kaget dengan ucapan yang di lontarkan Taylor.

Karena sikap Selena yang semakin menunjukan perbedaannya membuat Taylor sangat ingin bertanya kepada Selena.

"Selena bolehkah aku tanya sesuatu padamu? "

"tentu saja kau boleh bertanya apapun padaku" sambil tersenyum lebar.

"emm apa kamu menyukai Justin?" tanya Taylor dengan was-was.

Selena yang mendengar pertanyaan Taylor tersedak air minumnya.

"Selena kamu gapapa?" tanya Taylor dan membantu Selena.

"apa apan kamu tanya gitu? Udah jelas dari sikap kita berdua kalo aku ga menyuakinya" tegas Selena ke Taylor.

"tapi aku baru pernah lihat sosokmu seperti ini. Biasanya dari benci bisa jadi cinta. Katanya juga benci dan cinta hanya dibatasi setipis helai rambut" ucap Taylor yang membuat Selena tak percaya dengan apa yang dikatakan Taylor.

"Gini yah Taylor. Itu semua cuma kata kata, ya mungkin memang ada yang seperti itu.  Tapi aku yakin benciku tidak akan menjadi cinta" Selena menjawab dengan begitu percaya dirinya.

"kalo memang kamu tidak menyukainya, setidaknya sedikitlah bersikap baik padanya"

"ga akan. Kalo dia baik mungkin aku juga akan baik padanya"

"oke terserah apa mau mu. Yang penting aku sudah mengatakannya padamu. Jangan sampai kamu menyesali perbuatanmu sendiri" jawab Taylor lagi sambil beranjak dari kursi menuju kamarnya.

"eh kamu mau kemana tay? "

"ke kamar. Aku lelah sekali, aku mau tidur dulu"

Selena hanya bisa memasrahkan kepergian Taylor.

Ia berusaha mencerna semua yang dikatakan Taylor. Bagaimana jika yang Taylor katakan memang benar. Ah tapi itu tidak mungkin. Benci yang jadi cinta itu kan hanya ftv atau fiksi semata.

Ga tau ini cerita apaan. Maaf kalo jelek ya.
Vote and comment nya jangan lupa 💋

My Perfect Husband (JB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang