Chapter 1

37 0 0
                                    

Hari yang menyebalkan. Nilai ulangan matematika gue mencapai tidak lebih dari angka empat. Sewaktu SMP gue nggak sebegini bodohnya kok, sumpah. Ucha menamai hari ini sebagai hari berhentinya-otak-siswa-bekerja. Bayangkan saja, jam pertama dimulai dengan pelajaran matematika, lalu dilanjutkan dengan fisika. Istirahat setelahnya, kimia kemudian dan diakhiri dengan pelajaran kewirausahaan. Lengkap sudah.

Berakhirnya hari kamis atau hari mengerikan ini merupakan suatu penantian panjang seluruh siswa, terutama bagi anggota geng. Heran juga, udah gede gini masih aja pake geng-gengan. Tapi yah sudah terjadi begitu saja. Sebelumnya gue dan teman-teman mampir ke mushola dulu buat shalat dzuhur.

Layaknya cewek pada umumnya setiap kali berkumpul, ributnya minta ampun. Begitu juga dengan teman-temanku. Tenang saja, gue orangnya cukup pendiam kok. Tapi, si Lina tewas-tewasan menyanggah opiniku. Kemudian, gue dan cewek-cewek sableng ini berjalan menuju parkiran motor siswa. Jumlah total anggota geng kami ada 7 orang, dan mereka semua berjenis perempuan. Berasal dari kelas yang sama yaitu kelas XI IPA 3. Nama geng kami adalah Loved Alone atau disingkat dengan LA (baca: el-e). Entah bagaimana bisa gue dan mereka tiba-tiba bersatu bak Power Rangers ditambah 2 anggota. Mungkin dikarenakan karakter masing-masing yang sangat mencolok membuat kami bisa berkumpul. Ada Sasha yang drama queen. Dilla yang cewek banget, sensitif tanpa melihat jadwal kapan PMS atau tidak. Lina si kacamata yang tertutup. Astrid cewek gamer yang suka banget sama anime. Ucha cewek jadi-jadian, kelakuannya yang mirip dengan cowok. Ada Nia yang pemalu tapi malu-maluin kalau sudah kenal dekat. Dan juga gue. Gue yang kata mereka kekanakan tapi demen ceplas-ceplos dan jangan lupa gue ini pendiam!!

Karena jumlah kami yang ganjil, hanya Nia yang tidak mendapat boncengan di motornya. Sedang gue, Astrid sudah siap dibelakangku. Setiap hari gue selalu pulang bersama mereka. Mereka sudah seperti sista bayangan bagiku.

Tiba-tiba Astrid menepuk bahu gue, My, gue butuh refreshing nih.

Sama gue juga, habis terkuras isi otak gue hari ini, Sungguh, nggak ada hari yang lebih memusingkan selain hari Kamis.

Sontak gue pun menepikan motor, dan mereka semua mengikuti. Di pinggir jalan yang agak ramai, gue membuka rapat dadakan ini.

Neng, kayaknya kita perlu hepi-hepi deh, gue buka rapat.

Mata-mata didepan gue mengerjap kebingungan.

Udah terlalu lama kita belajar dan pikiran kita butuh istirahat. Gimana kalo kita sekarang ijin sama orang tua trus nonton film? lanjutku.

Terlihat banyak ekspresi. Ada yang senang sekali, ragu, dan takut.

Berarti siang ini kita gak pulang? tanya Sasha ragu-ragu.

Iya, untuk kali ini aja. Jangan lupa ijin ortu dulu dan bilang yang sebenarnya. Gak ada bohong yaaa.. gue kembali bersemangat. Sudah lama juga gak kumpul sama cewek-cewek sableng ini.

Tapi dimana kita nontonnya? Jangan di tempat sewa DVD ya, dompet gue lagi puasa, tukas Dilla. Dia ini orangnya super perhitungan, tapi jangan salah sangka dulu. Dia merantau soalnya.

Di kosan gue aja deh, lagi sepi kalo jam segini. Mbak-mbak di kamar sebelah lagi pada kuliah. How? sahut Ucha.

Sejenak perhatian gue teralihkan oleh ramainya kendaraan. Banyak sekali remaja seumuranku ingin sekolah tapi apa daya biaya mereka tak ada. Sedang kita yang termasuk mampu, berusaha tuk bersenang-senang. Hmm, gimana ya?

Loved AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang