Assalamualaykum! ucapku ketika memasuki kamar Ucha. Dan terlihatlah teman-temanku dengan kaus oblong mereka, seragamnya telah ditanggalkan. Mereka menjawab salam ditambah cengiran yang mengarah pada tas plastik ditanganku.
Duuh, pengertian banget lu My pantes aja tadi gue kebingungan mikirin lu lagi dimana kok belon-belon sampe ya.. kata Lina. Gayanya yang asli dibuat-buat cemas.
Pala lu kangen. Bilanga aja lu cinta ama bungkusan yang gue bawa, geregetan gue sepak pelan kaki Lina yang berada dekat pintu. Lina tergelak.
Kamar Ucha memang tidak begitu besar, mungkin sekitar 3 x 3 meter. Tapi cukup untuk menampung teman-teman sablengku.
Eh, kita nonton Insidious 1 yuk!! Belum pada nonton kan? sahut Ucha. Koleksi filmnya memang paling banyak diantara kita semua.
Gak serem kan..? kata Nia pelan.
Ampun deh, masih jaman serem? Kagak deng.. tapi kata temen gue filmnya seru banget! tukas Ucha.
Kami pun duduk berdempetan didepan laptop. Yang badannya besar macam Astrid duduk di belakang. Entah kenapa gue disuruh duduk di belakang padahal badan gue nggak besar-besar amat. Jadi urutannya kayak gini, Astrid, gue, Dilla dan Ucha di belakang. Nia, Lina dan Sasha di depan. Peluk gulingnya berjamaah, ding! Setiap barisan menggerogoti satu bungkusan gede cemilan keripik. Bukannya ngerasa takut gue malah ngerasa berisik banget dengan suara keripik yang terkoyak didalam mulut. Tapi tetap saja yang namanya film misteri suka bikin kaget. Ketika sebuah scene memperlihatkan sosok merah berada di atas plafon... Nia teriak tanpa diperintah dan o-to-ma-ti-s semuanya teriak!! Gue blingsatan tarik guling buat tutup muka. Tapi Dilla malah jerit-jerit kesakitan. Gue buka mata dan ternyata lengan baju Dilla kutarik-tarik. Dan Astrid gak kalah amburadul, dia nyelipin kepala diantara barisan depan. Ucha yang biasa stay cool kali ini merebut guling sekuat tenaga dari Dilla. Hanya Nia yang waras, dia langsung menekan tombol pause di laptop. Sedang Lina dan Sasha berpelukan tak lupa dengan jeritan-jeritannya.
Sejenak gue takuut banget. Kemudian, hape gue bergetar. Ada sms.
From: Zein_Anwar
Hai, Hemmy. lg apa ?
Langsung gue balas dengan cepat pesan tersebut.
From: Hemmy_Ahranisa
Hai juga, zen. Lg nntn breng. Km? ^^
Senang rasanya, ketika ada orang yang perhatian sama gue. Mungkin gue terlihat mesem-mesem sendiri, karena tiba-tiba Dilla colek tangan gue.
Dapet sms darimana lu? Senyum-senyum mengerikan. Geli gue liatnya
Aduh gimana ya? Kasi tau mereka? Gak bisa. Mereka gak boleh tau tentang ini!
Eh, ngg.. dari Papa, Dil. Gue ditanya udah makan siang apa belum niih. Kemal deh lu, sanggahku berusaha mengendalikan intonasi nada. Kalau jawab terlalu cepat Dilla bisa curiga.
Ciaah, anak papa tersayang Apaan tuh kemal?
Kepo maksimal, gue leletkan lidah ke Dilla.
Dilla menonjok bahuku. Akhirnya suasana di kamar Ucha senyap. Yang kulihat filmnya masih ter-pause. Semuanya masih agak shock dengan teriakan Nia tadi. Dan masih dengan posisi kerusuhan. Tak terasa nafasku juga sedikit ngos-ngosan.
Kalian masih mau nonton film itu lagi? tanya Nia. Suaranya begitu bergetar sampai-sampai gue takut dia bakal menangis. Nia memang begitu. Perempuan yang perasa sekali. Kadang, hanya membaca buku tentang ayah dan ibu dia langsung meneteskan air mata.
Hening.
YA LANJUT DONG!! ucap Ucha bersemangat. Lah tadi bukannya dia yang paling heboh rebutan guling ya?
Ketika gue hampir menyanggah perkataan Ucha, hapeku bergetar lagi.
From: Zein_anwar
Lg bosen, my. Hibur dong :p
Bimbang menghampiriku sekarang. Peraturan utama Loved Alone adalah tidak boleh pacaran. Kami paham hal ini karena dalam agama pun tidak memperbolehkannya. Akan tetapi sekarang gue dekat dengan Zein. Karena beberapa hari yang lalu gue sempat bermasalah dengan Metty ketika lomba mading antar kelas yang diselenggarakan sekolah. Metty, cewek yang bermasalah dengan gue ternyata sepupu Zein. Jujur, gue nggak pernah mendekati Zein sama sekali. Walau sekelas gue selalu menjaga jarak dengan teman-teman cowok. Kemudian, Zein yang memulainya dengan ngirim chat melalui Facebook ketika gue bermasalah dengan sepupunya. Darinya gue mendapat solusi dan langsung berbaikan dengan Metty. Setelah itu, Zein jadi sering sekali mengirim chat ke gue. Pada awalnya gue hanya sekedar membalas. Namun lama-kelamaan justru komunikasi kami menjadi lebih intens. Bertukar nomor hape, mengirim pesan setiap malam dan banyak hal lagi yang biasa dilakukan oleh orang pacaran. Gue nggak berpacaran dengannya, sungguh. Enggan gue mengakuinya. Tapi semua aktivitas gue sama dia seperti orang pacaran. Dan anggota Loved Alone belum tahu sama sekali tentang ini.
From: Hemmy_Ahranisa
Hibur gratis? Mimpi dulu sana! :D
Gue masih bingung. Tapi karena sudah terlanjur dekat susah rasanya melepaskan Zein begitu saja.
Ketika pikiran gue sudah nggak terpusat pada Zein, gue menyadari bahwa terjadi adu mulut antara Ucha dan Sasha.
Nggak! Ganti pokoknya!! teriak Sasha. Mukanya agak merah karena marah.
Dasar penakut. Anak mami. Pantes aja lu dikasi nama Sasha, tukas Ucha panas. Ucha kadang agak kejam membalas perkataan seseorang meski seseorang itu cewek.
Gue sikut Astrid di sebelah, Mereka berdua kenapa? gue berbisik dengan menutup mulut.
Yah, lu sih maen hape mulu. Itu si Sasha gak mau ngelanjutin nonton. Dia pingin nonton yang lain
Tapi Ucha nggak mau kan? sambungku berusaha tetap berbisik. Astrid mengangguk.
Dilla memihak Ucha dan Lina memihak Sasha. Nia terdiam takut untuk menengahi. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 15.10. Sebentar lagi adzan shalat ashar.
Gini aja deh, kita udahan nontonnya. Trus sekarang belajar. Bokap gue dah sms ni kapan kita pulang. Gimana? kata Astrid kemudian. Astrid memang tidak begitu suka perkelahian. Tapi kalau dia yang bermasalah, sulit baginya untuk minta maaf. Karenanya sering sekali kami semua membujuknya untuk meminta maaf. Tidak baik bermasalah dengan seseorang lebih dari 3 hari.
Ehm.. gue juga agak kaget sama film tadi, masih terbayang scen-scene kemunculan hantu di kepala gue. Nia, berapa lama lagi filmnya habis?
Sekitar 20 menitan lagi, My.
Semuanya terlihat tegang kecuali Astrid. Bukan berarti kami membentuk geng dan tidak akan ada masalah. Kami berbeda. Sangat berbeda tiap masing-masing anggota. Memungkinkan adanya masalah karena perbedaan diantara kami semua. Tujuan dibentuknya geng ini adalah untuk tidak melihat perbedaan-perbedaan itu. Menguatkan satu sama lain ketika satu anggotanya ditimpa musibah. Gue butuh teman. Kami saling membutuhkan dengan yang lain. Tidak lupa menegur mereka yang melenceng dari syariat agama. Gue dan mereka bersama karena mempunyai visi yang sama. Menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kita lanjutin nonton aja ya. Bukan gue mihak Ucha, tapi lagi sebentar mau adzan. Kalo lanjut belajar gue belum siap, deal? lanjutku.
Tapi gue gak terima kata-kata si Ucha ke Sasha, My! Keterlaluan ngatain orang kayak gitu! tukas Lina mulai marah.
Gue juga mikirnya gitu. Hmm, Cha, kata-kata lu itu kata Nia membuka suara.
Dilla memegang lengan Ucha dan berusaha membuatnya untuk minta maaf. Terlihat Ucha sedang berpikir keras. Ucha cewek yang lumayan keras. Dia pernah mondok dan menjadi pribadi yang sangat disiplin perbuatannya juga perkataannya. Akan tetapi Ucha suka bercanda sehingga mengimbangi sifat kerasnya.
Oke-oke gue minta maaf. Bisa gak kalian gak usah liatin gue kayak gitu, Ucha mendengus lalu membuang muka.
Sasha tersenyum. Kemudian mengusap matanya, ternyata dia menangis. Lina memeluknya. Gue saling tukar pandang sama Nia. Dilla menggebuk lengan Ucha dengan guling. Ucha pun tertawa. Kami semua tertawa. Hal-hal kecil dengan ending seperti ini terasa haru dan sedikit konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loved Alone
Short StorySerial mini dari kehidupan sekolah seorang remajaa bernama Hemy Ahranisa. Diambil dari kisah nyata, kemudian diadaptasi menjadi cerita lain tanpa mengubah makna ceritanya. :) Hemy yang merupakan anggota Loved Alone, dimana grup ini dibentuk untuk sa...