Part 1

73 16 6
                                    


Rana baru saja sampai di SMP Bambang Pranowo Internasional School alias BAPIS. Dia bersama temannya, Shea, mau mengambil ijazah SMP-nya.

Setelah menyapa guru-guru di ruang guru dan mengambil ijazahnya, Rana dan Shea pergi ke ruang kepala sekolah. Tak seperti di sekolah lain, seluruh murid SMP Bapis sangat dekat dengan kepala sekolah, Pak Akmal. Rana dan Shea berniat untuk menyapa Pak Akmal.

"Eh, bentar deh Ran," kata Shea menghentikan langkah Rana.

"Kenapa?"

"Aku mau pipis dulu," kata Shea dengan tatapan polos.

Rana mengeluarkan suara puh pelan. Shea menatap Rana sambil nyengir lebar. Lalu Shea berlari ke toilet sambil berteriak, "Kalo mau duluan gak papa, kok!!"

Rana jelas tidak mau pergi duluan. Nanti kalau hanya dia dan Pak Akmal saja yang dikantor, mau ngobrol apa mereka?

Jadi, selagi menunggu, Rana memainkan hp-nya dulu. Buka-buka chat berisi official account, Facebook, dan lain-lain. Lalu, tiba-tiba dia mencium bau parfum familiar. Wajah Rana mendadak memerah. Rana segera mengalihkan matanya ke arah lain, sementara itu segerombol anak cowok lewat di depannya.

Jantung Rana berdebar kencang. Doi tadi lewat!! Batinnya sumringah. Ya ampun! Ya ampun! Ya ampun! Rana menghentak-hentakkan kakinya saking bahagianya.

"Ra-Rana? Kamu kenapa?" tanya Shea heran. Dia sudah kembali dari toilet.

"Eh, nggak papa. Yuk kita ke kantor Pak Akmal!" ajak Rana mengalihkan pembicaraan.

"Yeee, dasar mengalihkan pembicaraan!" dengus Shea. "Pasti tadi ANU lewat yaa?"

Rana menggeleng cepat. "Apaan sih! Eh, Shea, si Olive kan udah nikah!"

"Eh serius!? Kita kan baru kelas satu! Kenapa dia udah nikah!? Jangan-jangan beneran apa yang dia bilang pas lagi di perpisahan? Tentang dia pengen nikah habis lulus!?" jerit Shea histeris. "Ya ampuun! Kapan nikahannya! Kok aku gak dikasih undangan sama dia!?"

"Gak tahu. Aku juga nggak di kasih undangan sama dia. Kayaknya dia kawin lari deh sama pacarnya, si Ferdinan!" jawab Rana berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Cih, dasar tuh dua sejoli. Bener-bener dah!" seru Shea. "Bukannya belajar dulu! Malah pengen punya anak dulu! Eww!"

"Assalamualaikum!" Rana membuka pintu kantor kepala sekolah. Shea mengekor dibelakangnya.

"Walaikumsalam," sahut suara bapak-bapak dari dalam kantor. "Eh, Rana, Shea. Ngapain kalian kesini?"

"Yee... Pak Akmal, emang kita nggak boleh dateng kesini? Kita kan habis ngambil ijazah," sahut Shea nyelonong masuk. Dia mulai cerocos panjang lebar tentang SMA barunya. Tentang temannya yang nyebelin-lah, dan lain-lain.

.

"Aduuh, aku haus nih," kata Shea setelah mereka pergi dari kantor kepala sekolah. "Eh, Ran, kok kamu nggak bawa tas ijazahnya? Ketinggalan ya?"

"Eh, eh, eh, eh!?" Rana mulai panik. "Kayaknya ketinggalan di kantor Pak Akmal deh! Bentar ya, tungguin aku! Jangan ninggalin! Kalo kamu pulang, ntar aku naik angkot! Terus dari sini kerumah kan total biayanya enam ribu! Sayang banget kan!"

"Iya iya iya! Dah sana ambil tasnya!" potong Shea sebal mendengar keluh-kesah Rana. Rana pun segera kembali ke kantor Pak Akmal dengan berlari.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang