Ranu menatap pintu gerbang SMA Bapis sambil menelan ludah. Setelah kejadian tabrak-injek-ijazah-terus-bikin-marah-Rana membuatnya harus meminta maaf secara langsung. Apalagi Rana juga anak teman ibunya. Bisa gawat kalau ibunya tahu masalah ini. Ranu juga tidak mau membuat nama keluarganya buruk.
"Kamu, bukannya sekarang murid SMP sedang sekolah? Apa yang kau lakukan disini?" tegur seorang satpam.
"Aku mau bertemu seseorang," jawab Ranu singkat.
Setelah meyakinkan si satpam, Ranu mendapat izin dari masuk ke SMA Bapis. Dia mengingat kelas Rana dari Ibu Rana saat beliau mengobrol dengan ibunya. Ranu nguping.
"Maaf," kata Ranu pada dua orang perempuan berseragam SMA Bapis yang sedang mengobrol. Spontan, kedua gadis itu terdiam dan terpesona dengan ketampanan Ranu. "Kelas X-1 IPA dimana ya?"
"Eh, iya, anu... ng, ada di ujung lorong sana," tunjuk salah satu dari gadis itu gugup.
"Makasih," ucap Ranu singkat. Dia segera pergi ke arah yang di tunjukkan para gadis itu.
Selama berjalan, Ranu di perhatikan (baca: dipelototin) oleh para anak-anak SMA yang sedang istirahat. Jelas saja, seragamnya paling mencolok. Juga wajahnya yang tampan, membuat gadis-gadis disana berusaha mendekatinya. Sayangnya Ranu adalah orang yang sama sekali tidak peka. Dia bahkan hanya fokus ke plang nama setiap ruangan yang ia lewati.
"Oh, ini dia...," gumam Ranu. Dia pun membuka pintu kelas X-1 IPA.
.
Rana menggerutu kesal. Soal fisika di depannya benar-benar sangat sulit. Rana tidak bisa menjawabnya sama sekali. Dia mencoba bertanya ke temannya yang pintar, tapi temannya itu malah menjawabnya asal-asalan.
"Uhuhuhu..., kau ini temanku bukan sih!?" desis Rana meratapi soalnya setelah ditolak oleh temannya itu.
"Aduh, Rana... soal itu bisa lo kerjain lain waktu. Sekarang waktunya istirahat, ya istirahat!" sahut Shanna, temannya yang pintar, sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Aku heran kenapa dia bisa menjadi pintar dengan pemikiran seperti itu! Batin Rana. "Tapi aku, 'kan—"
"Assalamualaikum. Maaf, Rana Saputro-nya ada?" Rana dan Shanna spontan menengok.
Shanna langsung berdiri, menimbulkan suara berisik antara meja dan kursi. "Lo... lo itu kan...! Rantaro Purworejo!" seru Shanna asal sebut.
Wajah Rana mulai memerah melihat Ranu masuk ke kelas mereka. "Sst Shanna!" desisnya.
Ranu menghampiri mereka. Dia menatap Rana. "Bisa... bicara sebentar?" tanya Ranu.
Shanna spontan mendorong Rana. "Sana! Ntar gue yang bakal ngerjain tugas fisika lo! Oke?" Shanna mengedipkan sebelah matanya.
"Eh tapi—!"
"Udah sana!" seru Shanna mengusir.
"Eh, umm... m-m-mau bicara apa, ya?" tanya Rana gugup sekaligus takut. Di belakang Ranu terdapat banyak gadis-gadis cantik dari kelas sebelah yang menatapnya horor.
"Err... yah," mendadak Ranu salting. Dia menggaruk kepalanya canggung. "Gue cuman mau minta maaf yang pas hari Sabtu kemarin."
"Yang mana?" tanya Rana bingung.
Nih cewek cepet banget lupanya! Padahal baru kemarin kejadiannya! Batin Ranu pengen headbang. "Yang gue nginjek ijazah lo," jawab Ranu.
"Oh, yang it—oh," wajah Rana berubah keruh. "Iy-iya gak papa."
"Serius? Ijazahnya udah bersih belom?" tanya Ranu khawatir.
"Lumayan. Tapi masih ada BEKAS SEPATUMU," jawab Rana menekan dua kata terakhir sambil menatap sinis Ranu. Dia sebenarnya masih belum memaafkan Ranu.
"Maaf," kata Ranu menunduk, merasa bersalah.
Rana malah merasa tidak enak. "Iya gak papa," sahut Rana.
"Ya udah. Nih, buat lo sama temen-temen lo," kata Ranu mengeluarkan kotak kue dari tasnya. "Nyokap gue baru bikin kue tadi pagi. Katanya buat sogokan biar lo maafin gue."
Jujur amat nih bocah! Batin Rana menerima kota kue itu. "Erm, iya, makasih."
"Oh ya, nih jatah buat keluarga lo juga ada," Ranu memberikan satu kotak kue lagi. "Di makan ya." Ranu tersenyum.
BLUSH!! Wajah Rana merah padam. "E-eh, iya! M-makasih! S-s-salam buat ibu kamu!" seru Rana. "A-ada lagi yang mau diomongin sama aku?"
"Nggak ada sih. Ya udah, gue mau langsung pulang," jawab Ranu menggaruk rambutnya canggung.
"Oh, oke. Makasih ya, kuenya!" Rana tersenyum manis.
Ranu terpana. Lalu berdeham sejenak. "Iya. Sama-sama. Hm, jadi, ceritanya lo gak nganterin gue ke depan nih?"
"Eh, emang harus ya?" tanya Rana balik dengan tatapan (sok) polos.
"Wah.. gak sopan banget nih sama tamu," sindir Ranu.
"Kalo Rana-nya nggak mau nganterin, kita mau kok!" tiba-tiba dari belakang Ranu muncul dua orang gadis ber-make up menor. Mereka tersenyum sok cantik.
Rana menatap kedua gadis itu geli. "Nyokap gue bilang, jangan ikut orang aneh," kata Ranu menyindir ke dua gadis itu. Kedua gadis itu langsung kecewa berat dan malu dibilang orang aneh.
Ranu menengok pada Rana. "Ya udah. Gue pulang dulu. Assalamualaikum," kata Ranu melambaikan tangan pada Rana. Seiisi kelas langsung menjawab salam Ranu.
"CIEEE!!" koor sekelas langsung mengerubungi Rana. Mereka bertanya bertubi-tubi.
"Itu tadi siapa Ran? Kok ganteng?"
"Pacar ya, Na? Kok gak ngenalin ke aku sih??"
"Duh, kalian cocok deh!"
Shanna yang sedang mengerjakan tugas Rana menahan tawa. Duuh, mereka emang cocok! Batin Shanna. Sementara Rana sibuk mengelak pertanyaan teman-temannya.
"Shan, itu si Rana kenapa?" tanya Zarin dari kelas sebelah. "Dari sebelah kedengeran banget suaranya."
"Oh, nggak, kok," jawab Shanna tersenyum penuh arti. "Ranu sama Rana habis ngobrol berdua doang."
Wajah Zarin langsung berbinar-binar. "SERIUS?!"
Yep, Rana, Shanna, Zarin, dan Shea dulu teman dekat saat SMP Bapis. Sayangnya Shea masuk IPS, dan Zarin beda kelas dari Rana dan Shanna. Sekarang masih dekat, tapi tidak terlalu.
Disisi lain, Ranu sedang berjalan cepat keluar sekolah SMA Bapis. Wajahnya memerah sedikit. "Kenapa tadi gue cepat nyaman sama dia ya? Kenapa tadi gue ngode pengen dianterin sampe depan ya? Gue kenapa ya?" gumam Ranu mengepalkan tangannya.
.
To be continue...
.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love
RomanceRana Saputro, gadis berumur 15 tahun yang memiliki hobi tidak jelas dan berubah-ubah. Dia seperti gadis pada umumnya, suka main handphone dan punya orang yang disukai. Tapi, Rana adalah tipe gadis yang pemalu, jadi dia sampai lulus SMP tidak bisa me...