2

24.7K 2.4K 97
                                    

Cuaca cukup cerah sore ini. Dosen baru saja keluar beberapa menit lalu. Lapar! Itulah yang kini Sungyoung rasakan. Mengingat bahwa tadi ia melewatkan makan siangnya untuk pergi ke kantor itu.

"Sungyoung-ahhhh..."

Teriakan lengking seorang gadis, terdengar memenuhi koridor. Yang dipanggil langsung berbalik dan tersenyum saat melihat siapa yang datang.

"Jihye Eonni!!"

Grep!

Wanita bernama Oh Jihye itu langsung memeluk tubuh Sungyoung. "Bogoshipo!"

"Nado. Eonni belum pulang? Kupikir kelasmu berakhir tadi siang."

Jihye melepaskan pelukannya. "Aku menunggumu. Ada sesuatu yang ingin kuceritakan."

"Pasti tentang Oh Sehun!"

Wanita cantik itu lalu tersenyum lebar. "Kau memang sangat mengertiku. Kajja! Aku akan mentraktirmu."






"Apa? Kau serius, eonni?" Tanya Sungyoung seraya meminum orange jusnya

"Iya. Kemarin aku ke apartementnya lalu melihat beberapa buku tentang sihir. Apa dia ingin menjadi harry potter?"

"Mengerikan! Kupikir kekasihmu sedang tertarik dengan dunia game. Tapi ini sangat parah."

"Maka dari itu. Aku sangat jengkel melihatnya seperti orang abnormal. Bukan hanya itu, sekarang bahkan ia jarang menemuiku."

"Sampai segitunya? Ya Tuhan, apa pria itu tidak cukup menjadi idiot? Apa harus menjadi sinting juga?"

Puk!

"YAK! Kau mengatai pria tampanku, huh??"

Tangan Sungyoung mengusap puncak kepalanya yang menjadi sasaran kamus tebal milik Jihye. "Appo!!!!"

Jihye mengetuk-ngetuk kakinya dengan keras. Ciri khasnya saat ia merasa bingung dan cemas. "Bagaimana ini?"

"Bagaimana kalau kau mengancam akan memustuskannya jika ia tidak berhenti?"

"Aku tidak mau putus dengannya."

"Hanya sebuah ancaman. Siapa tau ia langsung berhenti."

Jarinya mengetuk diatas meja. Sambil menggigit bibir bawahnya, Jihye nampak berfikir sejenak.

"Baiklah. Aku akan mencobanya."

*****
Cklk!

Pintu apartement terbuka. Dengan langkah ringan, Sungyoung memasuki tempat tinggalnya selama beberapa tahun ini.

"SELAMAT DATANG CALON KEPALA DESAIN!!!!!!"

Teriakan lantang terdengar jelas saat Sungyoung sudah memasuki apartementnya. Ruang tengahnya berubah. Ada beberapa balon dan pernak pernik yang menghiasi. Belum lagi meja yang terisi penuh oleh makanan lezat.

"Hyeriiiii .... Dayoooooon!!! Aaaaaaaaaaa!"

Dan ketiga gadis itu berpelukan dan meloncat-loncat dengan bahagia. Hyeri dan Dayoon adalah sahabat Sungyoung sekaligus tetangga. Mereka tinggal bersama di sebuah apartement mewah.

"Yak! Dari mana kalian tau aku ditawari menjadi kepala desainer?" Tanya Sungyoung dengan nada terengah.

"Bodoh! Bukannya tadi kau yang meneleponku dan memberitahu semuanya?" Sengit Dayoon.

Sepersekian detik Sungyoung memasang wajah bodohnya. Ia nampak berfikir untuk mengingat. Adalah! Gadis ini memang sudah pikun akut.

"Ohhhhh yaa. Aku ingat. Hehehe."

"Sudahlah itu tidak penting. Ayo, kita makan sekarang." Ucap Hyeri. 

Kedua sahabarnya itu langsung menarik tangan Sungyoung untuk duduk di atas sofa. Berbagai menu makanan yang menjadi kesukaan Sungyoung. Ini bagus!

Satu lahapan pertama, Sungyoung memilih sushi tuna. Favoritnya! Hah .. persahabatan selama 10 tahun membuat membuat mereka sudah hafal pribadi masing-masing.

"O, Sungyoung-ah .. kenapa kau bisa secepat itu ditawarkan menjadi kepala?" Tanya Hyeri dengan sesuap daging dimulutnya.

"Aku juga kaget. Mereka bilang, produk mereka menurun selama beberapa bulan terakhir. Team desainer tidak bisa diandalkan."

"Ya kuakui. Desainmu memang benar-benar menakjubkan." Timpal Dayoon.

Hyeri mengangguk. "Beberapa perusahaan bahkan membayar ribuan dollar hanya untuk beberapa gambar."

Sungyoung menghela nafas. "Tapi sejujurnya cita-citaku bukan menjadi desainer."

"God! Setelah mendapat banyak uang dari menggambar, kau masih saja berharap menjadi anggota intel?"

"Ayolah, Sungyoung! Kau ini wanita. Menjadi anggota Intelejen Negara sangat berbahaya."

Gadis itu meletakkan sumpitnya lalu mengambil kaleng cola. "Ya ya ya. Lagipula sekarang peraturannya sangat ketat. Aku tidak boleh menikah selama 10 tahun sejak aku pertama kali masuk sebagai anggota."

"Nah iya. Kau itu wanita normal yang perlu menikah dan memiliki keluarga kecil." Sahut Dayoon.

"Mengenai pria, apa kau sudah memiliki seseorang yang kau taksir?" Tanya Hyeri yang semakin merapatkan duduknya pada Sungyoung.

"Apa pria yang menemui kau di kantor tadi tampan?"

"Apa ada seseorang disana yang membuatmembuatmu berdegup kencang?"

"Kapan kau menyusul kami? Aku bahkan akan bertunangan dengan Jeonghan."

"Seungcheol bahkan sudah akan menikahiku saat aku lulus kuliah nanti."

"Sungyoung, bukannya tidak lucu nanti saat kami sudah menikah dan memiliki anak lalu kau yang masih sendirian dengan semua pekerjaanmu yang sangat banyak itu."

"Sambutlah Kim Rowoon dengan baik! Dia sudah terang-terangan mendekatimu."

"YAK! KALIAN BISA DiAM TIDAK????"

Bentakkan Sungyoung membuat mulut kedua gadis itu langsung menutup. Selalu seperti ini jika mereka membahas tentang pria. Ayolah, sahabat mana yang tidak gemas melihat salah satu sahabatnya seperti alergi pada pria. Sungyoung bahkan belum pernah pacaran sejak ia dilahirkan ke dunia.

"Untuk pertama kalinya, aku merasa gugup pada pria." Ucap Sungyoung pelan.

"Jinjja? Siapa pria itu? Apa yang sudah ia lakukan padamu?" Cecar Hyeri.

"Aku tidak tahu namanya. Tapi dia juga ada di perusahaan itu."

"Apa dia yang menemuimu?" Tanya Dayoon.

"Bukan."

"Lalu?"

"Dia berada di ruang lain. Aku salah masuk ruangan."

Hyeri mencibir sinis. "Bodohmu tidak pernah hilang rupanya." Sebait kalimat itu langsung membuat Sungyoung menatapnya tajam.

"Apa dia menyapamu?" Dayoon semakin penasaran.

"Ya. Tapi bukan seperti biasanya."

"Kau berbelit-belit. Cepat katakan kenapa kau bisa dibuat gugup olehnya?!" Hyeri sangat gemas melihatnya.

"Dia ...."

Hyeri dan Dayoon semakin mendekatkan tubuhnya.

"Tadi dia .."

Kedua gadis itu semakin penasaran.










"Aku memergokinya tengah bercumbu dengan seorang gadis."

Plak!

Bugh!

Dua hantaman yang mengenai bahu dan punggungnya.

"Kau benar-benar gadis batu!"

"Sinting! Ya, kau memang sinting!

*****

Mata tajam itu menelisik setiap baris huruf dan angka dalam sebuah laporan yang ia pegang. Sesekali ia mengigit ujung pulpen, nampak seperti berfikir.

Tok tok tok

Fokusnya teralihkan, menatap daun pintu yang mulai terbuka lalu memunculkan sosok familiar untuknya.

"Laporan terakhir yang harus kau periksa hari ini, Kim Sajangnim!" Ucapnya seraya menyerahkan map hijau diatas meja.

"Ayolah, hyung! Kau tidak perlu memanggilku semenjijikan itu!"

"Cepat periksa saja, bodoh!"

Mingyu mendesis sinis. Dihadapannya ini adalah Jeon Wonwoo, hyung kesayangannya. Padahal disini jabatan Mingyu yang lebih tinggi, tapi Wonwoo-lah yang sering memerintah dan membentak. Mingyu diam saja, karena jika tidak ada Wonwoo yang seperti itu ia akan menjadi malas dan seenaknya.

"Pekerjaanku selesai! Jam makan siang! Aku harus pergi." Ucap Wonwoo.

"Kau mau kemana?"

"Ke pub! Tentu saja aku akan pergi makan, Kim Mingyu!!!"

"Kau tidak mengajakku?" Tanya Mingyu kesal.

"Pekerjaanmu kan banyak."

"Tapi aku juga manusia yang butuh makan untuk bisa berfikir dengan baik."

Wonwoo menghela nafasnya. Terpaksa ia harus menemani Mingyu lembur hari ini. Mengingat berapa banyak tumpuk map di meja kerja Mingyu. "Baiklah. Kali ini aku yang menentukan dimana kita makan."

"Kupikir kau berkata akan mentraktirku."

"Sial! Sudahlah, mau ikut atau tidak?"

"Asal pelayannya sexy dan cantik, aku akan ikut!

*

Tring!

"Pesanan nomor 17!"

Sungyoung dan Hyebin saling memandang sejenak. Setelah mengantarkan pesanan ke meja lain, Sungyoung yang berjalan untuk mengambil pesanan nomor 17.

"Sungyoung-ah, biar aku yang mengantarkan ini. Kau istirahat dulu sebentar." Ujar Hyebin seraya mengusap lembut peluh di kening Sungyoung. Rekannya itu selalu bekerja lebih keras dari yang seharusnya.

"Kalian ingin orange jus?" Tanya Jihye pada Sungyoung. Ya, Oh Jihye yang mempunyai cafe ini.

"Gratis?" Tanya Hyebin dan Sungyoung serempak.

Jihye memutar bola matanya malas. "Heol! 20 dollar!"

"Kau tau? Aku adalah bos terkejam dimuka bumi ini." Sinis Hyebin

"Dia sedang depresi karena pacarnya akan menjadi seorang dukun." Sahut Sungyoung.

"YAK! KALIAN INGIN KUTENDANG DARI SINI?" Bentak Jihye yang hanya dibalas cengiran oleh kedua gadis itu.

Tring!

Pintu kaca itu terbuka hingga membunyikan bel yang cukup nyaring. Ketiganya menoleh dan terpesona beberapa saat oleh kedua pria tampan dengan balutan jas rapi memasuki cafe.

"Annyeong, Sungyoung-ssi!" Sapa Wonwoo dengan senyum terbaiknya.

Sepersekian detik yang Sungyoung lakukan hanyalah diam. Dia terlalu terpana dengan Wonwoo, kenapa pria ini terlihat jauh lebih tampan dan keren dari yang kemarin? Apa karena kini ia memakai setelan lengkap? Atau karena ....

"Jadi kau kesini ingin menemui gadis ini? Apa dia pacarmu? Apa kau menyukainya, hyung?" Cerar Mingyu tanpa peduli bahwa Sungyoung dan yang lainnya menatap bingung padanya.

Wonwoo memejamkan matamya menahan kesal. "Lebih baik kau cari tempat duduk dan tunggu disana sebelum aku mematahkan kakimu, Kim Mingyu!





Setelah membenahi penampilannya, barulah Sungyoung melangkah mantap menuju meja yang ditempati Wonwoo dan pria aneh itu.

"Maaf membuatmu menunggu lama." Ucap Sungyoung yang lamgsung duduk dihadapan Wonwoo.

"Gwenchana. Apa kau sudah makan siang? Pesanlah! Biar aku yang traktir."

"Tidak perlu, terima kasih."

Dalam keasyikan mereka berdua, ada Mingyu yang tengah menyenderkan kepalanya di jendela kaca seraya meminum minumannya dari sedotan. Matanya menelisik seluruh hal yang ada pada Sungyoung, bahkan ia tahu ada tahinlalat kecil di leher dekat telinganya. Semuanya perhatilkan, bahkan sampai dadanya.

"36B! Ukuran yang cukup besar." Guman Mingyu dalam hati.

"Jadi, apa kau sudah yakin ingin bergabung dengan kami?" Tanya Wonwoo.

"Aku yakin. Mungkin sudah saatnya aku memanfaatkan bakatku."

Wonwoo tersenyum puas. "Aku sangat senang mendengarnya."

Tepat saat Wonwoo mengeluarkan sebuah map berisi kontrak, Mingyu langsung menahannya. "Tunggu, apa gadis ini akan bekerja di perusahaan?" Tanyanya.

"Hm. Ia akan menjadi kepala desainer."

"Mwo? Kau tidak pernah membicarakan ini sebelumnya."

"Aku tak perlu mendiskusikan hal seperti denganmu."

"Yak! Walau bagaimanapun aku ini CEO. Aku bosmu! Aku yang memiliki perusahaan ini!"

"Kalau kau bosnya, pemiliknya, harusnya kau lebih mengutamakan dan mengurusnya dengan benar. Bukan malah menghancurkannya perlahan dengan menyewa jalang, berjudi dan berfoya-foya seperti orang idiot!"

Skak!

Mingyu langsung terdiam di tempat. Ya, ia membenarkan semua yang diucapkan Wonwoo.

Tring!!

Bel kembali berbunyi, itu artinya ada pelanggan yang memasuki cafe atau keluar dari cafe.

Brak!!

Terkejut? Tentu saja. Saat sedang tenang namun tiba-tiba ada yang datang dan menggebrak meja cukup kuat.

"Apa kau yang bernama Kim Mingyu?" Tanya seorang wanita dengan mada dingin dan tatapan mata tajam.

"Ya, aku Kim Mingyu."

Plak!

Suaranya cukup keras, sudah bisa ditebak jika itu tamparan yang cukup memberikan rasa sakit.

"JADI KAU PRIA BRENGSEK YANG TELAH MENGHAMILI ANAKKU DAN TIDAK MAU BERTANGGUNG JAWAB?!"

Seluruh pengunjung nampak menikmati drama yang ada dihadapan mereka. Mereka semua saling berbisik, itu membuat Hyebin dan Jihye merasa cemas.

"Nyonya, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Sekarang lebih baik kau duduk dulu." Nada pelan Wonwoo berharap bisa meluluhkan nyonya itu.

"Tidak bisa! Pokoknya aku tidak mau tahu, nikahi anakku!"

Melihat pemandangan ini membuat Sungyoung hanya bisa terdiam membisu ditempat duduknyam matanya melirik kecil pada Mingyu yang nampak santai, bahkan sesekali menatap ke luar jendela. Apa ini sudah biasa untuknya?

"Kau yakin jika anak yang dikandung anakmu itu adalah benihku?"

Rahang wanita itu mengeras, tangannya juga mengepal sempurna. Bisa saja ia melayangkan tinjuan keras pada wajah Mingyu.

Tanpa disangka, wanita itu menatap tajam pada Sungyoung yang sedari tadi hanya diam. "Apa karena gadis ini kau tidak mau bertanggung jawab?"

Takut? Tentu saja. Wanita glamor itu berjalan perlahan mendekati Sungyoung. Dan ..

Sreetttt

"Aaaaaaahhhhhhhh...."

Rambutnya ditarik dengan kuat!

"Yak, nyonya! Lepaskan dia!" Pekik Wonwoo seraya mencoba melepaskan cengkraman tangan ibu itu yang cukup kuat.

"Apa kau? Apa kau yang merayu Mingyu agar ia tidak mau bertanggung jawab pada anakku? Jawab! Dasar wajita jalang! Wanita tidak tahu diri!"

"Aaaaa appoyo! Lepaskan, kumohon!" Rasanya sakit sekali. Bahkan Sungyoung sampai menitikkan air matanya.

Mingyu langsung menarik tubuh wanita itu dengan sekali tarikan. Matanya menajam, siap menembus bahkan merobek manik siapapun yang melihatnya.

"Berhenti menjadi orang sinting! Dia sama sekali tak bersalah. Urusanmu denganku! Bukan dengan gadis ini!" Ucap Mingyu tajam.

"Jadi benar, karena gadis ini kau tidak mau bertanggung jawab? Apa dia kekasihmu? Tunanganmu? Atau calon istrimu?"

"Siapapun dia dalam hidupku, bukankah itu bukan urusanmu? Kau tidak punya hak atau wewenang untuk mengatur hidupku dan memaksakan apapun yang kau inginkan padaku!"

"Yak- sekkiya!!! Aku hanya meminta kau menikahi anakku dan bertanggung jawab atas anakmu."

"Sekali lagi kutanya, apa kau yakin janin dirahimnya adalah anakku?" Tanya Mingyu dengan pandangan yang sangat menusuk.

"Kau...."

"Asal kau tahu saja, anakmu tidak sebaik yang kau fikir. Dia liar dan berpergian bukan hanya dengan satu pria."

Plak!

Mungkin tamparan keras seperti itu sudah terlalu biasa untuk Mingyu. Makanya Sungyoung cukup aneh melihat Mingyu malah tersenyum sinis.

"Kau benar-benar brengsek! Kau pasti akan mendapat hukuman karena sikap brengsekmu itu!"

"Hukuman dari siapa? Polisi? Polisi di negara ini saja bahkan membungkuk hormat padaku."

Seluruh manusia disana tidak bisa mengalihkan pandangan barang sedetikpun. Wanita paruh baya itu semakin murka, terlihat dari wajahnya yang mulai memerah.

"Jadilah bayi, sialan! Bayi yang malang dan tak punya siapapun. Jadilah bayi yang tidak memiliki orang tua. Agar kau bisa merasakan bagaimana menjadi anakmu yang tidak diakui oleh ayahnya sendiri. Bajingan!"

Setelah mengatakan serentetan kalimat itu, wanita itu langsung pergi ke luar.

"Hah! Jadi dia tadi mengutukku begitu?" Tanya Mingyu jengah.

Wonwoo menghela nafas dengan kasar. "Kau harus berubah, Mingyu."

*****
Tengah malam mulai datang, langit malam ini cerah. Terlihat banyak bintang yang bertaburan disana. Suasana di cafe juga tenang, tidak terlalu banyak pengunjung saat ini.

Adalah Sungyoung yang tengah termenung sendirian. Pikirannya berkenala takmenentu. Sebenarnya ada satu hal yang mengganggunya. Kim Mingyu. Entahlah. Hanya saja ia merasa ada yang tak beres dengan hatinya. Ada rasa penasaran begitu besar. Semua itu menyangkut Kim Mingyu, calon bosnya.

"Sungyoung.." tepukan ringan dibahu Sungyoung membuat gadis yang tengah duduk disamping jendela itu tersadar dari lamunannya.

"Hyebin.."

"Kau belum pulang? Jam kerjamu kan sudah selesai."

"Sebentar lagi."

Hyebin menghela nafas dan menepuk-nepuk bahu Sungyoung. "Kau sedang memikirkan apa?"

"Eobsoyo."

Gadis itu hanya mengangguk pelan mendengar jawaban Sungyoung. "Pulang sana! Bukankah besok kau ada jam kuliah?"

"Kau sendiri? Aku tak tega membiarkanmu sendiran."

"Seokmin oppa akan datang. Dia bilang akan membantuku membereskan cafe."

"Oh jadi kau mengusirku agar bisa berduaan dengannya? Kau jahat sekali!" Canda Sungyoung dengan wajah kecewa yang dibuat buat.

"Yak! Anniya! Bukan itu maksudku."

Sungyoung tertawa kecil dan menepuk-nepuk bahu Hyebin. "Arra. Aku pulang duluan kalau begitu, ya?"

"Hmm. Hati-hati!"

Sungyoung tersenyum dan mengangguk. Setelah mengambil tas dan mantelnya, ia segera beranjak keluar. Jarak cafe ke apartemennya tidak terlalu jauh jika berjalan kaki sebenarnya. Hanya sekitar 15-20 menit. Berhubung bis terakhir sudah lewat, jadi Sungyoung terpaksa berjalan menyusuri jalanan. Udara cukup dingin!

"Aaaahhh..."

Langkah kakinya langsung berhenti seketika. Matanya menyipit saat melihat seseorang yang tengah berlutut dengan menarik rambutnya sendiri. Ia terus merintih seperti kesakitan.

"Omo!" Sungyoung langsung menghampiri orang itu secepat mungkin. Ikut berjongkok dan memegang bahunya.

"Tuan, apa kau mabuk? Atau penyakitmu kambuh?" Tanya Sungyoung dengan nada khawatir.

Kepala yang semula tertunduk itu kini perlahan naik. God!








































Kim Mingyu
































































"Mama!"



Typo everywhere ya guys :"""
Aku mager review lg wkwk.

Baby Kim (Mingyu Seventeen) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang