BAGIAN 01

10 0 0
                                    

"Ardra...!".Sebuah teriakan bak terompet tahun baruan 2017 itu, membuyarkan lamunan seorang gadis SMA berusia 16 tahun yang tengah duduk di dalam kelas sambil melihat ke arah luar jendela. Gadis bernama Ardra itu sedang duduk di dalam kelasnya sambil melamun (entah memikirkan apa)

" Apaan... Ganggu gue aja." kini Ardra menoleh ke Maria dengan memasang wajah marah, karena kaget oleh suara Maria yang melengking. "Sorry.., lagian sih ngelamun mulu. Pagi pagi udah melamun aja. Nanti kesambet loh"

Ardra hanya membalikan tubuhnya ke arah kiri sambil tangannya menumpu wajahnya yang menghadap ke jendela.
Dari jendela terlihat pemandangan belakang kelas. Di sana terdapat sebuah padang rumput yang luas,tepatnya sebuah taman yang di penuhi oleh tanaman indah, dan kursi baik untuk dua orang, maupun untuk satu orang.

"Abis tadi gue liat lo senyum senyum. Gue kira lo kerasukan, kan gue jadi takut. Emang lo ngelamunin apa sih.. Serius banget. Hah?" Maria khawatir dengan sahabatnya.
Maria memang sayang banget sama Ardra, seperti kakak dan adik.

Kini Ardra berbalik kearah Maria dengan tatapan gugup.
"Okey, gue bakal cerita. Tapi lo jangan ketawain gue ya?" Maria hanya bingung, tak mengerti apa maksud Ardra.

"Hah, maksud lo apaan sih. Ngomongnya yang jelas napa. Gue gak ngerti." Maria hanya bingung. Tatapannya penuh tanda tanya.

Sebenarnya Ardra ingin menceritakan tentang mimpinya semalam. Di dalam mimpinya, ia sedang duduk di sebuah ayunan di taman yang indah. Taman yang begitu indah dengan banyak warna bunga tulip, bunga kesukaan Ardra. Tapi dia hanya duduk sendirian, dan taman itu sangat sepi.
Tiba-tiba ada seorang pria yang datang mendekati Ardra. Pria itu memakai kaos putih dilapisi kemeja hitam dengan celana jeans hitam. Dan rambutnya sedikit di tarik ke atas dengam rapih. Dia juga memegang satu ikat bunga tulip merah di tangan kanannya.
Wajahnya tidak terlihat begitu jelas. Tapi mimpi itu terpotong oleh suara bunda yang membuat Ardra terpaksa mengakhiri mimpinya. Ardra menceritakannya dengan sanangat ditail hingga akhir cerita.

"Hahaha, anjir itu beneran dra? Hahaha' Maria tertawa geli mendengar cerita dari Ardra. "Mungkin, dia itu pangeran impian lo. Tapi masih misterius. Kayak di film film gitu dehh" goda Maria yang kembali tertawa.

"Ngaco lo. Jaman sekarang mana ada pangeran sih ". Mereka tertawa receh karena Maria terus menggoda Ardra dengan kalimat yang ngaco.

" Hai Ardraa!! Loh, ini pada kenapa?" tanya Bayu yang baru dateng. "Eh, hai Bay. Tau nih Maria tiba-tiba ketawa gak jelas" respon Ardra sambil sedikit tertawa. Lalu menarik nafas karena capek melihat Maria tertawa, yang membuatnya jadi ikutan tertawa.

"Kok jadi gue sih?" Maria memukul bahu Ardra dengan pelan. "Jadi gini.." Maria menceritakannya dengan tiba-tiba. "Ih kok lo ceritain sih." ucap Ardra kesal.
"Bhahaha... Dra, jangan jangan lo mimpiin gue lagi ya?suka kan lu sama guaa" goda Bayu yang kini sudah duduk dibelakangnya Ardra.

"Dasar lo. Eh tapi ini rahasia ya. Jangan lo kasih tau Novi sama Mira. Tau sendiri tuh anak dua mulutnya udah kayak ember bocor punya emak gue." kata Ardra penuh penekanan dengan kata ember bocor.

"Hahaha... segala emak di bawa bawa anjir" kata Bayu sambil tertawa.

Dan mereka pun tertawa hingga bel masuk berbunyi.


Hai...!
Sorry ya kalo ceritanya masih ada yang salah atau kata kata yang kurang nyambung.
Maklum,soalnya ini cerita pertama gue.

Believe In Your DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang