Decision

72 6 5
                                    

Semua orang di dalam café itu menatap Ryana dengan penasaran, dari atas sampai bawah semuanya terangkum jelas pada semua pasang mata di sana. Suasana yang tadinya hangat, sekarang cenderung panas, orang-orang berteriak memanggil namanya tertahan, mengeluarkan ponsel, memotret Ryana. Selain asisten, ternyata ada dua bodyguard yang menyusul masuk ke café. Keadaan dengan cepat kembali diamankan, tidak ada yang boleh ambil foto Ryana sembarangan. Meski masih ada saja yang mengambil foto diam-diam dan mereka masih memerhatikan Ryana tetapi tidak seheboh tadi.

Ragat, hanya bisa diam menatap wanita di hadapannya, membatin dan memikirkan akan banyak hal yang dibicarakan orang-orang, mengenai Ryana Bidadari Cantik, dan dia berpikir bahwa omongan orang itu tidak dilebih-lebihkan, ketika Ryana membuka kacamata, wajah itu semakin jelas saja dan kecantikan itu bukan hanya mitos. Ragat benar-benar menghentikan obrolannya dengan Faisal, apalagi memakan kue atau meminum kopi. Suasana di meja itu berubah mencekam. Faisal yang mungkin menjadi tujuan Ryana susah-susah ke café ini, malah menyendok sepotong kue red velvet milik Ragat, benar-benar acuh akan kedatangan majikannya itu. Seketika Ragat berdeham, berusaha mencairkan suasana.

"Ehem !"

"Ada apa ini, tiba-tiba peri cantik datang, apa kamu kesasar, Ryana?" tanya Ragat basa-basi

Ragat memang sering iseng, tapi kadang keisengannya patut diwaspadai, misalnya keisengan Ragat untuk menggaet Arfi. Kali ini keisengannya berbuah busuk, yang diisengi malah menyalak

"Aku tidak ada urusan dengan kamu, memangnya kita kenal?" Dia berbicara begitu tanpa menatap Ragat, yang otomatis membuat hati Ragat hancur lebur, peri cantik yang munafik batinnya.

Ryana menunggu Faisal merespon kehadirannya. Meski sebenarnya Faisal merasa tidak nyaman dengan keadaan ini, Arfi di meja kasir meski sibuk melayani pelanggan, juga ikut penasaran dengan apa yang terjadi dengan mereka.

"Ryana ... kamu lagi diet gula, kan?" suara Faisal tetap terdengar baritone, yang ditanya hanya diam, terus-terusan menatap galak.

"Kamu juga, enggak suka kopi, kan?" Faisal memasang wajah pura-pura bertanya sungguhan sambil memainkan tangannya yang lentik memegang sendok kecil.

Tanpa basa-basi lagi Ryana menyuruh asisten perempuan yang berdandan amat sangat norak dalam pandangan Faisal itu menyerahkan tablet yang berisi pesan dari seseorang, siapa lagi kalau bukan pesan Mamahnya Ryana. Faisal langsung mengambil tablet itu, pelan-pelan membacanya, tapi pikirannya malah kacau, seketika Faisal terlihat cemas, bingung dengan pesan yang baru saja dia baca.

"Kamu malah buat keadaan ini rumit, Ryana!" Faisal berusaha mengotrol diri, orang-orang menatapnya bingung, termasuk Ragat dan Arfi.

"Aku hanya ingin bebas, kamu kan bisa cari MUA yang hasil make-upnya lebih bagus dariku, Ryana !"

"Kalau kamu kesulitan mencarinya, biar aku cari dulu pengganti MUA untukmu, baru aku pergi?"

"Hm?" Faisal hanya bisa memikirkan hal itu saja, selain menyetujui tawaran Mamahnya Ryana dari pesan text itu.

Ryana merasa menang, dia mengerikan. Faisal seolah burung yang terperangkap dalam kandang. Faisal hanya ingin terbang, menjangkau dunia luar yang menyegarkan jiwanya, dunia yang bisa menyetujui keinginannya. Ryana derdeham, tidak akan setuju dengan apapun yang membuat pihaknya rugi.

"Jika kamu mau sebentar bertahan, ancaman ini tidak akan terjadi, Sal." Dia berbisik dekat telinga Faisal

"Tapi sampai kapan, Ry?"

Orang-orang semakin penasaran. Faisal memikirkan jalan keluarnya sendiri, apakah benar-benar salah mencari jalan keluar dari penjara, padahal itu haknya. Ragat menatapnya dengan penuh tanya, menggerakkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara. "Kenapa?" Faisal menggeleng, dan mengangkat telapak kanannya sedikit, isyarat bilang tidak papa pada Ragat.

"Tapi jangan lukai orang-orang yang aku cintai, Ry !" Faisal benar-benar kesal, giginya bergemeletuk, kali ini pikirannya benar-benar kacau, dia tiba-tiba meraih kepala Ryana, mencium bibir Ryana.

"Astaga!" pekik semua orang di dalam café itu, dengan sigap mengambil foto kejadian itu. Faisal berhasil mecium bibir Ryana agak lama, meski Ryana berontak, tenaga Faisal untuk menahan Ryana melepas ciuman itu tidak berhasil dilakukan. Beberapa saat kemudian Faisal melepaskan Ryana.

"Kamu gila ya, Sal !" teriak Ryana benar-benar kaget dan kacau

Semua menatap bingung kejadian itu, akhirnya Ryana keluar dari café terburu-buru, diikuti asisten dan kedua bodyguardnya. Orang-orang tadi yang sempat mengambil foto dengan sigap langsung menyebarkan gosip hangat itu ke media sosial, meski dengan judul yang sangat mengerikan. Seperti begini "Bancinya Ryana Gila" atau "Ryana Dicium Lintah Banci"

Tidak tahan dengan tatapan aneh semua orang di sana, Faisal ditemani Ragat bergegas keluar café, memilih segera masuk ke dalam mobil Ragat. Sekilas tadi terlihat tanda tanya besar di wajah Arfi, dia berharap semoga Faisal baik-baik saja, mulanya dia ingin menghampiri Faisal, tapi berpikir sekali lagi, keadaan sedang sangat rumit, dan dia bertahan diam di meja kasir.

Di dalam mobil Ragat, Faisal malah bingung dengan apa yang baru saja dia lakukan

"Kamu gila ya?"tanya Ragat memastikan

"Iya sepertinya aku sudah gila."

"Argghhhh !"

"Kenapa aku menciumnya?" Faisal memarahi dirinya sendiri

"Itu yang harusnya kamu jawab, Sal." Ragat mengingatkan, betapa keadaan akan semakin sulit untuk memungkinkan Faisal melanjutkan sekolah ke London

"Kamu tahu tidak, apa yang akan lebih membahayakan bila Mamahnya Ryana membuat artikel penuh kebohongan itu muncul di publik?" Faisal melotot, suara baritonenya tidak kedengaran lagi, dia berkata penuh penekanan tegas seperti suara laki-laki sungguhan.

Ragat hanya menggeleng, dia sama sekali tidak melihat isi pesan di tablet itu, Faisal menjelaskan jika Mamahnya Ryana membuat artikel kebohongan tentangnya itu, bukan hanya dia yang akan terluka, Ragat dan Arfi, tapi terutama Arfi akan tersakiti juga.

"Kenapa aku dan Arfi dibawa-bawa, Sal?" Belum sempat pertanyaan itu dijawab, Faisal menyalakan mobil Ragat, menjalankannya tanpa persetujuan pemiliknya.

"Itu kenapa, aku mencium Ryana." Dia hanya ingin pembenaran atas apa yang dia lakukan tadi terhadap Ryana, bahwa dia ingin tindakannya tidak salah. Itu merupakan bentuk pembelaan

Mobil melaju dengan kecepatan maksimal menuju rumah masa kecil Ragat dan Faisal. Mungkin sekarang Mamahnya Ryana merencanakan hal lainnya lagi, keinginan Faisal bisa saja terkabul, dengan gosip yang tersebar tentang Ryana dan Faisal bisa saja membuat mereka melepaskan Faisal pergi.

***

Di lantai 104 apartemen mewah itu. Ryana masih meledak-ledak, setelah membaca satu per satu berita yang banyak dikarang hatersnya. Kamarnya berantakan, bantal, selimut seprai semua tidak pada tempatnya, dia hanya terus-terusan seolah menghapus sesuatu dari bibirnya dengan tangan kosong.

Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kamar, seorang wanita dewasa, berpenampilan sangat elok namun cenderung agak berlebihan sebab semua yang menempel di badannya adalah barang-barang bermerk. Bibirnya dibingkai lipstick merah cerah, dan rambutnya dibiarkan terurai. Ryana masih memukul-mukul kasurnya dan wanita itu duduk di kursi yang agak jauh dari kasur

"Ryana sayang ... " Ucapnya lembut, tapi disambut sinis

"Aku tidak mau tahu, Mah !" Teriaknya nyaring

"Pokoknya semua berita itu enggak benar semua !" Dia menatap serius ke arah Mamahnya yang duduk santai itu

"Apa kau mau Faisal menderita, sayang?" tawaran itu begitu remeh keluar dari mulutnya

Ryana menghentikan kekesalannya, membuatnya segera berpikir jernih, dia duduk di kasurnya yang berantakan, berusaha memilih perkataan yang tepat,

"Kalau Mamah berani membuat Faisal menderita, Ryana akan berhenti jadi artis, Mah!"


Beautiful LiarWhere stories live. Discover now